Menyingkap Pesona Wajah Madura

Minggu, November 30, 2014



             Negeri Indonesia diciptakan Tuhan dengan segala macam pesonanya, dari Sabang hingga Merauke, dari Timor hingga Talaut. Akan tetapi, bagi orang mancanegara, ketika membicarakan Indonesia sama dengan (hanya) membicarakan Pulau Bali. Padahal, Indonesia tak hanya Bali, masih banyak tempat di negeri ini yang menyimpan pesonanya, salah satunya adalah Pulau Madura.

Peta Pulau Madura (Sumber : penelusurrelmati.wordpress.com)
            Bagi saya, Madura memiliki kesan dan kisah tersendiri, karena beberapa tahun terakhir saya sangat berhasrat bisa menjelajah Madura secara keseluruhan, tidak hanya sekadar menyeberang jembatan Suramadu kemudian berbalik pulang seperti yang pernah saya lakukan pada tahun 2010.

          Sebelumnya, seperti orang kebanyakan, pengetahuan tentang Madura yang saya dapat dari buku-buku Ilmu Pengetahuan Sosial di bangku sekolah sangatlah minim, karena pengetahuan tentang Madura dari buku teks pelajaran hanya sebatas sebutan Madura sebagai Pulau Garam dan sebuah wilayah yang memiliki kesenian khas Karapan Sapi, ya, hanya sebatas itu.    

            Pengetahuan saya tentang Madura sedikit bertambah ketika pada tanggal 10 Juni 2009, jembatan Suramadu diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Akan tetapi ternyata euforia jembatan Suramadu ini tak membuat banyak orang untuk terlalu lama terpesona, termasuk sama yang saat tahun 2010 sudah merasa puas hanya dengan melewati jembatan Suramadu dan mengagumi kegagahan Suramadu meski hanya sekilas. 

            Hingga kemudian, pandangan saya terhadap Madura berubah 180 derajat. Ketika saya duduk di bangku kuliah dan mengenal banyak kawan dari Madura, saya mendapat banyak cerita tentang budaya Madura, religiusitas masyarakatnya, serta harta karun keindahan alam yang belum tersentuh modernitas. Dari cerita-cerita kampung halaman mereka itu barulah saya mengerti, memahami, bahkan diam-diam saya telah jatuh cinta dengan Madura dan segala pesona yang dimilikinya.  

            Suatu ketika, karena rasa cinta yang diam-diam tumbuh itu, saya mengatakan pada sahabat saya jika Madura menjadi tempat yang sangat ingin saya jelajahi. Mendengar keinginan saya itu, sahabat saya yang berasal dari Ibu Kota Jakarta menjadi heran, “Mau apa ke Madura? Memangnya di Madura ada apa, sih?” begitulah yang dikatakan sahabat saya. Dan saya yakin bukan hanya sahabat saya yang memiliki keheranan seperti itu, tapi juga banyak masyarakat di Indonesia yang tidak tahu akan potensi wisata dan pesona keindahan Madura.  

            Dari pertanyaan sahabat saya itu menjadi contoh bahwa memang benar masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak tahu akan potensi-potensi wisata yang dimiliki oleh Madura. Kenapa hal itu bisa terjadi? Ada beberapa alasan yang mempengaruhi, yaitu kurangnya promosi wisata Madura, dan kurangnya optimalisasi potensi wisata Madura.
  
              Perkembangan Wisata Madura, Antara Harapan dan Tantangan
           Setiap orang tentunya memiliki keinginan untuk melihat negaranya maju dan dikenal hingga ke seantero dunia, termasuk juga saya. Meskipun saya bukan orang Madura, tapi saya adalah orang Indonesia yang mana Madura adalah bagian di dalamnya. 

 Dan siapa sangka, karena mendengar banyak kisah dari kawan tentang kampung halamannya, kini saya telah benar-benar jatuh cinta pada Madura dengan segala potensi dan pesonanya, dan saya memiliki harapan jika suatu hari nanti Madura bisa menjadi sebuah tempat yang dijadikan pilihan untuk dikunjungi dan semakin dikenal, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia karena memang Madura memiliki banyak potensi yang layak sebagai destinasi wisata.   

Jembatan Suramadu (Sumber : www.gameedukasi.com)

       Sebelum menjabarkan apa saja potensi wisata Madura yang harus dioptimalkan untuk menarik wisatawan ke Madura dan apa saja yang harus dilakukan untuk promosi wisata Madura, ada  baiknya lebih dulu diketahui serta dianalisis apa saja Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), yang dimiliki Madura, dan apa saja Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) yang dihadapi oleh Madura.

a.      Strengths (Kekuatan)
  •  Potensi Alam
  • Budaya Madura
  • Sumber Daya Manusia
b.      Weakness (Kelemahan)
  • Kurangnya optimalisasi potensi yang dimiliki
  • Minimnya sarana dan prasarana pendukung 
c.       Opportunities (Peluang)
  •  Menjadi Tujuan Wisata Alam
  •  Menjadi Tujuan Wisata Budaya
  • Menjadi Tujuan Wisata Religi
  •  Bidang Teknologi Informasi
d.      Threats (Ancaman)
  • Perekonomian dan Pembangunan Madura tidak berkembang

Dari penjabaran Kekuatan, Kelemahan, Peluang, serta Ancaman yang dihadapi ada tiga hal utama yang menjadi kekuatan Madura, yaitu Potensi Alam, Budaya Madura, dan Sumber Daya Manusia. 

Sebagai sebuah wilayah yang memiliki jalur pantai, ini tentunya menjadi kelebihan Madura dengan pantai-pantai indah yang dimilikinya. Budaya Madura yang unik dan khas juga adalah kekuatan yang bisa dioptimalkan, selain itu Sumber Daya Manusia atau masyarakat Madura yang memiliki nilai keakraban dan kekerabatan yang khas juga menjadi kekuatan bagi Madura. Teknologi yang saat ini berkembang juga menjadi peluang yang bisa disandingkan dengan kekuatan-kekuatan yang ada.

Dari kekuatan inilah seharusnya dioptimalkan agar bisa mencapai keuntungan dari adanya peluang yang ada, serta nantinya bisa mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi.        

Inovasi Pengelolaan Pariwisata Madura : Kreatifitas berlandaskan Lokalitas
Pengembangan dan pengelolaan pariwisata tak hanya membutuhkan kebijakan yang berpusat pada birokrasi semata, akan tetapi juga membutuhkan kreatifitas serta inovasi yang nantinya diharapkan dapat menumbuhkan daya tarik obyek wisata sehingga bisa menarik minat dan kunjungan wisatawan. Apalagi tahun 2015 mendatang merupakan awal diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), dan ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat Indonesia.

Ada berbagai macam inovasi dalam pengelolaan pariwisata Madura yang nantinya dapat diaplikasikan dan dikembangkan, dan tentu saja inovasi-inovasi berikut ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Madura tanpa meninggalkan lokalitas yang dimiliki. 

1.      Aplikasi Android TTM : TOUCHING THE MADURA

Saat ini teknologi terus menerus mengalami perkembangan, salah satu teknologi yang saat ini begitu dekat dengan masyarakat adalah adanya Smartphone. Bahkan, Smartphone kini menjadi salah satu barang penting yang bertranformasi dari barang tersier menjadi barang primer sehingga tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, khususnya bagi masyarakat modern. 

Sejak adanya aplikasi android dalam Smartphone semakin membuat ponsel pintar ini menjadi primadona karena segala sesuatu yang diinginkan oleh penggunanya ada dalam genggaman dan tinggal ‘klik’. 

Kekuatan Teknologi inilah yang harus dimanfaatkan dalam pengembangan pariwisata Madura. Adanya Sumber Daya Manusia dan Teknologi harus dioptimalkan. Bagaimana para ahli IT Madura mengembangkan sebuah aplikasi dalam ponsel android yang nantinya bisa didownload lewat playstore. Saya menyebut aplikasi ini dengan sebutan TTM (Touching The Madura).

Apa saja yang ada dalam aplikasi ini? Tentu saja segala hal yang berkaitan dengan Madura, baik itu peta, obyek wisata, tempat kuliner, transportasi, rumah sakit, pusat oleh-oleh, pom bensin, jadwal acara budaya (karapan sapi, sapi sonok, rokat tasek, dsb), serta aneka macam info seputar Madura yang bisa membantu para wisatawan yang hendak atau sedang berwisata di Madura, tak hanya wisatawan dari Indonesia tetapi juga wisatawan asing.  

 Kenapa saya memberi nama aplikasi ini dengan TTM (Touching The Madura)? Di dalam nama tersebut mengandung filosofi bahwa masyarakat luas akan bisa mengenal Madura lewat Touch atau lewat sentuhan di smartphone, selain itu dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat bisa ‘menyentuh’ Madura secara keseluruhan dan lebih mendalam sehingga nantinya keindahan dan pesona Madura pun bisa menyentuh ke dalam hati masyarakat Indonesia maupun Dunia.    

2.      Pembangunan Pusat Budaya Madura

Madura memiliki kebudayaan yang kompleks dan lengkap, akan tetapi Madura tak memiliki sebuah tempat yang menjadi pusat kebudayaan Madura dimana semua yang dimiliki Madura ada di tempat tersebut. 

Madura harus mengoptimalkan kekuatan seni dan budaya yang dimiliki. Oleh karena itu, di Madura ini perlu dibangun sebuah tempat yang menjadi pusat budaya Madura. Ada apa saja di Pusat Budaya tersebut? Tentu saja segala macam hal yang berkaitan dengan budaya yang dimiliki Madura. Seperti rumah adat Madura, toko serta workshop industri kerajinan Madura, pusat kuliner, seta di tempat ini nantinya bisa menjadi pusat penyelenggaraan berbagai macam festival budaya Madura, yang mana di Pusat Budaya tersebut juga tersedia panggung untuk menampilkan berbagai macam kesenian. 

Tari Moang Sangkal (Sumber : id.wikipedia.org)
Selain itu, di Pusat Budaya Madura ini nantinya juga tersedia taman bunga dan taman bermain anak untuk bersantai keluarga. Oleh karena itu, bisa dikatakan Pusat Budaya Madura ini adalah The Little Madura yang tak hanya menjadi tempat wisata seni dan budaya, tetapi juga menjadi tempat wisata keluarga yang lengkap.

3.      Penyelenggaraan Festival Sastra Pesisir

Madura tak hanya melahirkan garam dan berbagai macam budaya, namun dari Madura juga terlahir banyak tokoh sastra yang diperhitungkan di kancah sastra Nasional, seperti Abdul Hadi WM dan D. Zawawi Imron. Tak hanya tokoh sastra senior saja, kini pun banyak terlahir sastrawan-sastrawan muda dari Madura. Hal ini bisa dilihat dari halaman-halaman sastra di surat kabar setiap hari minggu, baik cerpen, puisi, maupun esai sastra yang diisi oleh para penyair dan cerpenis Madura. 

Banyaknya sastrawan Madura ini menjadi kekuatan yang dimiliki oleh Madura, dan ini juga bisa menjadi potensi untuk menarik wisatawan datang ke Madura dengan menyelenggarakan ‘Festival Sastra Pesisir’. 

Festival Sastra Pesisir ini bisa menjadi acara rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya dengan mengundang sastrawan-sastrawan dari seluruh Indonesia, bahkan mancanegara. Kenapa harus sastra? Selain televisi, dan internet, media promosi yang paling berpengaruh adalah lewat tulisan. Diharapkan dari Festival Sastra Pesisir ini nantinya, para sastrawan yang datang ke Madura bisa mengenalkan keindahan Madura ke area yang lebih luas. 

Selain itu, dari acara ini diharapkan pula para sastrawan Madura bisa lebih mengangkat tanah kelahirannya menjadi tema dalam tulisan untuk lebih mengenalkan Madura, seperti yang telah dilakukan oleh Badrul Munir Chair penulis novel Kalompang yang mengambil setting tempat kehidupan nelayan di Kalompang-Sumenep. 

Untuk tempat penyelenggaraan Festival Sastra Pesisir tentunya dipilih di wilayah pesisir yang banyak mengeksplore keindahan pantai Madura, seperti Pantai Slopeng, Pantai Lombang, Pantai Rongkang, Pantai Mamburit, dan pantai-pantai lainnya yang keindahannya tak kalah dengan pantai-pantai di Bali dan Lombok. 

4.      Penyelenggarakan Festival dan Kegiatan Olahraga Internasional 
 
a)      Suramadu 10 K
Pada tahun 2009 pernah diselenggarakan ‘Suramadu International Run’ atau Suramadu 10K, namun sayangnya acara ini tidak berlanjut dan hanya menjadi semacam euforia atas diresmikannya Jembatan Suramadu. Padahal acara semacam ini bisa menjadi magnet bagi para wisatawan mancanegara. Apalagi saat ini aktivitas lari jarak jauh bukan lagi menjadi semacam olahraga semata, akan tetapi menjadi sebuah life style, karena banyak pelari amatir (bukan atlet) yang merogoh kocek dalam-dalam demi mengikuti acara International Run di berbagai negara.

b)     Tour de Madura
Kegiatan Internasional yang juga bisa dilaksanakan di Madura adalah Tour de Madura. Saat ini selain olahraga lari, olahraga sepeda juga sedang menjadi primadona. Apalagi Madura memiliki kontur geografis yang mana memiliki jalur tepi pantai, sehingga ketika Tour de Madura ini dilaksanakan, bisa dengan melewati jalur tersebut. Selain berolahraga, peserta juga bisa menikmati keindahan pemandangan pantai-pantai Madura. Sehingga peserta nasional dan Internasional nanti akan dapat mengabarkan kepada dunia bahwa Madura itu indah dan mempesona.  

c)      Festival Batik
Madura memiliki kekuatan di seni dan budayanya, salah satunya adalah Batik Madura. Sekarang ini Batik Madura sangat populer dan diminati banyak orang, akan tetapi banyak yang melakukan pembelian hanya lewat online tanpa pernah mengunjungi sentra batik yang ada di Madura. Oleh karena itu, dengan adanya Festival Batik ini diharapkan para wisatawan pada umumnya dan pecinta batik pada khususnya bisa lebih mengenal Batik Madura lebih dalam lagi, sehingga bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke Madura. 

5.      Menyediakan Lokasi untuk Selfie On The Spot

Jejaring sosial saat ini menjadi media yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia. Hampir semua orang di dunia memiliki jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain sebagainya. Bahkan menurut data Kominfo, hampir 63 juta orang di Indonesia merupakan pengguna aktif jejaring sosial.  

Pengguna jejaring sosial atau media sosial ini tak hanya memanfaatkan media sosial untuk berbagi informasi maupun menyambung silaturrahim saja, tetapi juga untuk mengupload foto ketika berada di suatu tempat demi sekadar menunjukkan keeksisan di media sosial. Apalagi sekarang ada istilah selfie dan groufie, berfoto sendiri atau beramai-ramai. 

Dengan banyaknya jejaring sosial yang ada, para wisatawan yang datang ke Madura pastinya juga ingin berfoto atau eksis di tempat yang menjadi landmark Madura, apalagi kalau bukan Jembatan Suramadu. Akan tetapi karena adanya larangan berfoto di sepanjang jembatan Suramadu menyebabkan para wisatawan kesulitan ketika ingin berfoto dengan latar belakang jembatan yang diresmikan 10 Juni 2009 ini.

Oleh karena itu, di sekitar Jembatan Suramadu selayaknya dibangun spot yang nyaman untuk para wisatawan berfoto atau ber-selfie ria dengan latar belakang Suramadu. Pembangunan spot ini tentunya adalah area yang ramah alam dan tidak merusak lingkungan.

Meskipun ini terdengar sepele, akan tetapi selfie spot menjadi penting apalagi di era media sosial yang terus berkembang, sehingga diharapkan suatu saat nanti Suramadu bisa menjadi land mark yang mendunia, sehingga wisatawan yang nantinya datang ke Madura bisa mengatakan ‘belum datang ke Madura jika belum berfoto di Suramadu’, layaknya wisatawan yang datang ke Singapura yang selalu mengatakan ‘belum datang ke Singapura jika belum berfoto di Patung Merlion’.

6.      Optimalisasi Stake Holder

Optimalisasi Stake Holder ini juga menjadi hal yang penting yang harus dilakukan. Stake Holder di sini seperti Media (Koran, Televisi, Radio, Internet), Travel Writer, Travel Blogger. Optimalisasi ini bisa dilakukan dengan cara mengundang para wartawan media, travel writer dan travel blogger untuk menjelajah beragam destinasi wisata di Madura, baik itu wisata kuliner, wisata budaya, wisata religi, maupun wisata alam di pulau-pulau kecil di sekitar Madura seperti Gili Labak yang bisa dijadikan tempat wisata primadona dengan snorkling di lautnya yang jernih dan biru. 

Gili Labak (Sumber : plat-m.com)
Saat ini banyak acara di televisi yang menyiarkan program jelajah wisata, dan banyak media cetak yang menyediakan space rubrik travel. Gaya hidup sebagai traveler juga semakin menjamur, hal ini bisa dilihat banyaknya tulisan tentang wisata di blog dan buku-buku yang berisi tentang pengalaman keliling Indonesia atau Dunia. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan banyak media dan beragam stake holder, ini menjadi faktor pendukung untuk peningkatan kunjungan wisata di Madura.   

Demikian 6 (enam) inovasi utama yang bisa dilakukan untuk meningkatkan performa pariwisata di Madura. Inovasi-inovasi tersebut di atas bisa terbagi ke dalam 3 (tiga) setting waktu, inovasi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Kenapa harus dibagi ke dalam tiga jangka waktu, karena hal ini berkaitan dengan faktor kebijakan birokrasi serta anggaran dana yang ada. Seperti Pembangunan Pusat Budaya Madura ini tentunya menjadi inovasi jangka panjang, selain karena membutuhkan anggaran yang cukup banyak, juga membutuhkan pertimbangan dimana Pusat Budaya Madura ini akan dibangun. 

Sedangkan untuk jangka pendek dan jangka menengah seperti inovasi Aplikasi Android Touching The Madura, serta Penyelenggaraan Festival Sastra Pesisir maupun Event Internasional yang bisa dilakukan dalam jangka waktu yang dekat dengan pengoptimalan Sumber Daya Manusia di bidang IT dan Sastra, sedangkan untuk biaya tentu saja bisa bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Kementerian Dikdasmen dan Kebudayaan.

Selain inovasi di atas, hal-hal lain yang harus diperhatikan dan ditingkatkan agar para wisatawan ketagihan datang ke Madura adalah dengan optimalisasi hal-hal berikut ini :

a.      Sarana Transportasi yang Terintegrasi.
Sarana transportasi ini menjadi faktor krusial dalam memajukan suatu wilayah, apalagi yang berkaitan dengan wisata. Para wisatawan tentunya membutuhkan kemudahan sarana transportasi yang melayani mobilitas para wisatawan dari satu objek wisata ke objek wisata lainnya. Jika belum bisa menyediakan bus resmi, maka bisa disediakan penyewaan mobil atau motor yang bisa digunakan wisatawan untuk menjelajah madura.   

b.      Informasi Wisata
Informasi wisata selain via inovasi aplikasi android, juga harus disediakan beragam info lewat adanya peta wisata, papan penunjuk jalan yang dipasang di tempat-tempat strategis, atau pembagian brosur wisata yang dibagikan oleh para petugas jaga tol saat melayani para pengemudi yang akan melewati Suramadu.

c.       Paket Wisata Menarik
Pemerintah Daerah juga harus bekerja sama dengan para pengusaha Tour & Travel dalam menyediakan paket wisata menarik, tak hanya di seputar Pulau Besar Madura (Suramadu-Kuliner Bebek), tetapi juga paket wisata untuk menjelajah pantai atau pulau-pulau kecil nan indah yang belum tersentuh modernitas.

            Demikian inovasi-inovasi dan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk percepatan serta fasilitasi pembangunan wilayah Madura. Akan tetapi inovasi saja tak cukup, karena inovasi-inovasi ini baru bisa dilakukan secara optimal apabila adanya kerjasama serta kontribusi aktif dari pemerintah (pusat maupun daerah) sebagai decision maker atau pengambil kebijakan, kemudian dari masyarakat Madura, media, serta stake holder lainnya.
     
              Dengan adanya inovasi-inovasi yang saya paparkan di sini dalam rangka menyingkap pesona wajah Madura, semoga bisa berkontribusi dan membuka peluang untuk percepatan serta fasilitasi pembangunan wilayah Madura ke depan. Semoga pesona Madura bisa semakin terpancar sehingga banyak orang akan sadar dan datang ke Madura untuk melihat sendiri pesona kecantikannya. (*)
Read More

Bidadari di Wajah Ibu

Selasa, Juni 24, 2014

Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia
Sayup-sayup kudengar lagu itu dari kejauhan, dari balik tembok tetangga yang sedang menyalakan televisi. Pikiranku melayang ke masa dua puluh tahun lalu, ketika engkau mengajarkanku lagu ini, bu. Sebuah lagu yang akan kunyanyikan di depan kelas taman kanak-kanak.
Dengan kesabaran penuh setiap kata dan nada kau ajarkan, demi melihat aku menyanyikannya di depan teman-teman dan guruku. Dan kuingat jelas, kau tersenyum dan bertepuk tangan paling keras dari balik jendela kelas.
Ibu, kulihat ada bidadari di wajahmu ....

Me and My Mom



Betapa banyak tersimpan air mata dalam setiap langkahmu membesarkanku dan mendidikku, Bu. Engkau membantu ayah membanting tulang, demi menegakkan perekonomian keluarga kecil kita.
Subuh baru saja usai, akan tetapi peluh sudah membasahi keningmu, Bu. Engkau mengupas puluhan butir kelapa menggunakan besi tegak berujung lancip. Memasukkan butiran kelapa itu kedalam karung besar dan mengangkutnya ke atas becak menuju pasar kecil di bawah tanggul desa.
Aku yang kala itu masih kecil, kau dudukkan di atas pangkuanmu, membuatku senyaman mungkin di antara himpitan karung-karung kelapa yang sudah tersusun rapi di atas becak. Perlahan tapi pasti, tukang becak mengayuh becaknya untuk mengantarkan kita menjual kelapa-kepala ini demi mendapatkan tambahan uang untuk makan keluarga kita.
        Kau gendong satu persatu karung di belakang punggungmu dan kau tempatkan di antara puluhan pedagang yang lain. Kita duduk bersisian, dan kau mulai berteriak menawarkan kelapa yang kita bawa. Pasar yang terbuka membuat sinar matahari yang mulai terik membuatku kepanasan, dengan sigap kau mendekap tubuhku di sampingmu dan menyelimuti kepalaku menggunakan selendang yang tadi kau gunakan untuk menggendong karung berisi kelapa.
     Kita menunggu pembeli berjam-jam, hingga kemudian kau membangunkanku yang tertidur di pangkuanmu, dan kulihat masih ada sisa kelapa yang belum juga terjual meski hari telah siang. Ketika kembali ke rumah, kita tak lagi naik becak, kau akan menggendong sisa kelapa di punggungmu dan kita pun berjalan bersisian. Kau menggandengku dengan erat agar aku tak terjerembab di antara lubang-lubang yang menganga di jalanan.
         Jujur, Bu. Hingga kini pun aku tak tahu berapa berat kelapa-kelapa yang seringkali kau ikat di belakang punggungmu. Aku tak tahu bagaimana rasa sakitnya tanganmu ketika menguliti buah kelapa, yang bisa kurasakan adalah rasa kasar di telapak tanganmu sebagai tanda perjuanganmu yang tak pernah ada kata pamrih.
         Kau begitu menyayangiku, Bu, meskipun kau bukan tipe ibu yang suka memanjakan anak-anaknya dengan barang-barang mewah. Apakah engkau masih ingat boneka berambut pirang dengan mata biru cantiknya yang bisa berkedip itu, Bu? Aku merengek dan menangis meminta boneka itu. Tapi engkau menggeleng, dan justru menawarkan padaku boneka tanpa rambut yang matanya tak bisa berkedip.
Aku pun menerima boneka yang kau tawarkan itu, paling tidak aku punya boneka baru, meskipun dari sudut mataku masih ada harapan untuk memiliki boneka cantik bermata biru yang masih terpajang di etalase toko. Hingga bertahun-tahun kemudian, barulah kutahu ketika itu uangmu tak cukup untuk membeli boneka berambut pirang itu.
Ibu, kulihat ada bidadari di wajahmu ....


Malam itu langit menyambut langkahmu dengan gerimis, kau dekap tubuh kecilku yang panas tinggi dan mengalami kejang, dan malam itu kau putuskan membawaku ke puskesmas desa.
Dokter mendiagnosa tubuh rapuhku terserang tifus dan harus menginap beberapa hari di puskesmas. Kulihat kecemasan di wajahmu, ketika melihat selang infus tertancap di pergelangan tangan kiriku. Dengan setia kau membujukku meminum obat-obatan pahit itu, dan dengan sabar pula kau bersihkan cairan yang kumuntahkan karena perutku tak kuat menerima makanan dan minuman. Tiga hari kau biarkan dirimu tertidur di tepian ranjang puskesmas tempatku dirawat, demi melihatku tidur dengan nyenyak dan tenang.
Ibu, masihkah kau ingat ketika aku pulang sekolah dengan mata sembab. Kau bingung karena takut ada anak nakal yang telah menyakitiku. Hingga aku pun bercerita jika mata kananku ternyata tak bisa melihat dengan sempurna.
Tes kesehatan mata ketika pelajaran olahraga menjadi seperti sebuah tamparan keras bagiku, ketika mata kananku ditutup, aku bisa melihat dengan sempurna menggunakan mata kiriku. Namun, hal berbeda terjadi ketika mata kiriku ditutup, ada kabut yang menyelimuti pandangan mata kananku.
Esok harinya, ayah membawaku ke dokter mata, dan ternyata mata kananku minus tiga, padahal kala itu usiaku masih 9 tahun. Ketika ayah pergi ke optik, ternyata harga kacamata di sana begitu mahal, hingga engkau pun memutuskan untuk membeli kacamata di pasar dengan harga yang jauh lebih murah.
Aku yang kala itu masih duduk di bangku SD, tak mau menggunakan kacamata yang dibeli di pasar itu karena memang ukuran dan bentuknya tak sebagus yang ada di optik mahal, kawan-kawan mengejekku, mengatakan jika kacamataku seperti nenek-nenek dan ukurannya terlalu besar seperti mata capung. Aku menangis, dan tak mau lagi memakai kacamata itu.
Engkau pun kebingungan menghadapiku, Bu. Kau semakin cemas dan takut jika kesehatan mata kananku semakin menurun, dan ketakutanmu pun terbukti, hingga minus mataku semakin meninggi hingga mencapai minus 10.
Ibu, kulihat ada bidadari di wajahmu ....


Tak ada kata putus asa dalam hidupmu demi kebahagiaan anak-anakmu. Menghadapi keenggananku untuk menggunakan kacamata, kau putuskan untuk membawaku ke pengobatan alternatif. Dengan setia kau membujukku dan menemaniku pergi ke pengobatan-pengobatan alternatif yang dipercaya banyak orang bisa menyembuhkan minus mataku, dan pastinya tak hanya materi yang terkuras, namun juga kau rasakan capek yang teramat sangat, namun tak pernah kau tunjukkan itu.
Suatu hari aku bilang capek dan lelah mendatangi pengobatan-pengobatan alternatif namun tak ada hasilnya itu. Namun, kau terus membesarkan hatiku, segala sesuatu itu harus ikhtiar, harus berusaha, begitu yang kau katakan.
Dengan semangat kau terus mencari informasi tentang pengobatan-pengobatan alternatif itu, banyak kota yang telah kita datangi bersama, Solo, Demak, Jepara, Kudus, Semarang, dan kota-kota kecil lainnya Dan jika dihitung ada belasan pengobatan alternatif yang telah kita datangi, kita naik turun bus, dan berjalan berkilo-kilo untuk mencapai tempat pengobatan alternatif itu. Dari yang berupa pijat syaraf, pengobatan dengan salep yang didatangkan dari Papua dan Arab, hingga pengobatan-pengobatan alternatif dengan perantara batu bertuah. Namun, hasilnya tetap nihil. Tapi, kau tak pernah menyerah demi kesembuhanku.
Hingga, di usiaku yang ke-23, mata kananku sudah mencapai minus 14. Aku hanya dapat pasrah dengan kesehatan mataku. Suatu hari aku pun menemukan informasi adanya operasi mata yang bisa menyembuhkan mataku. Dengan ragu aku mengutarakannya padamu, meski tak terlalu berharap engkau akan setuju karena biayanya yang mahal.
Namun, dugaanku keliru, dengan semangat kau menyetujui keinginanku untuk melakukan operasi. “Tak apa, bukankah ini yang kita cari selama ini? Pengobatan yang dapat menyembuhkan matamu. Ibu ada tabungan 3 juta, untuk sisanya tak perlu kau pikirkan, yang penting matamu sembuh,” ucapmu ketika itu, bu. Mata kananku pun bisa kembali melihat dengan normal, bu, setelah 14 tahun akhirnya aku tahu bagaimana rasanya menangkap cahaya dari mata kananku, dan lagi-lagi kulihat bidadari ada di wajahmu, Bu.
Ibu, aku sadar hingga usiaku 24 tahun ini, aku belum bisa jauh darimu, aku masih membutuhkanmu segala nasihat-nasihatmu. Engkau memang tak pernah mengucap kata ‘cinta’ padaku dan adik-adikku, tapi aku tahu, bu, cintamu serupa bulan purnama, begitu penuh, utuh, dan sempurna. Bagaimana cintamu telah tercipta dan terbukti dari belaianmu ketika subuh, pesanmu untuk selalu hati-hati dan tak lupa untuk sholat dimanapun berada. Meski pendidikanmu tak lebih dari sekolah dasar, bu, tapi engkau telah buktikan dengan segala kerja keras dan doa, kau berhasil mengantarkan anak-anakmu untuk kuliah, bahkan kini aku berhasil mendapatkan beasiswa S2 berkat doa-doamu, bu.
Ibu, aku ingin menjadi sepertimu. Wanita teristimewa yang duduk di singgasana cinta kasih, berjubah keikhlasan, dan bermahkotakan kesabaran. Setiap langkahmu, senyummu, dan hembusan nafasmu adalah doa untuk anak-anakmu.
Biarkan aku menjadi kebanggaan untukmu bu, dan ijinkan aku belajar menjadi wanita sepertimu, serupa bidadari yang selalu kulihat dalam wajahmu, Ibu.(*)
PS : I Love Mom - Bukune, 2015

Read More

Catatan Perjalanan - Borneo, I'm In Love (Part 1)

Jumat, Mei 09, 2014



Hai, para pembaca yang budiman, hehehe. Jika sebelumnya isi blog ini adalah cerpen atau review novel. Kali ini aku mau cerita tentang catatan perjalananku ke Borneo aka Banua aka Kalimantan. Sebenarnya ini perjalananku bulan lalu, sih. Tapi karena kesibukan kuliah dan setumpuk tugas baru sempet ditulis sekarang :D

Sebelum aku cerita soal perjalananku di Borneo, tepatnya di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Aku mau cerita dikit gimana aku bisa sampai ke sana, yaaa ^_^. Cekidot.

Sebagai anak masa kini, tahu dong kalau sosmed udah jadi salah satu kebutuhan hidup masa kini selain pulsa dan bensin. Tiap hari, baru buka mata eh langsung buka sosmed, iya, kan? Hayoo, ngakuuu. Nah, ceritanya, suatu hari ada pengumuman lomba nulis surat di twitternya Penerbit Moka. Lomba nulis surat ini tentang Novel Galuh Hati karya Mas Randu Alamsyah bertajuk ‘Surat untuk Abul’. Udah lama ngincer novel ini sejak diworo-woroin di time line Moka Media, tapi lagi-lagi belum sempat beli gara-gara duitnya udah habis duluan buat jajan (heheh). Nah, gara-gara ada Lomba Surat untuk Abul ini, hasrat beli buku ini semakin menjadi.

Singkat cerita, aku pun beli novel Galuh Hati yang bercerita tentang kehidupan para penambang intan di Cempaka, Banjarbaru. Isi novelnya keren lho, makanya aku bisa baca selama 4 jam langsung. Penasaran? Bisa beli kok di toko buku seluruh Indonesia :D

 
Cover Novel Galuh Hati

Dua hari setelah kirim tuh surat, aku dapat telpon dari Mas Harie, adminnya On Off Solutindo sebagai penyelenggara lomba yang bilang kalau aku jadi pemenang Lomba Surat untuk Abul yang hadiahnya jalan-jalan ke penambangan intan di Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Tiga hari setelah dapat telpon itu, aku capcus deh ke Borneo ^_^

Aku di Borneo selama 3 hari 2 malam, tepatnya di Kota Banjarbaru yang membuatku jatuh cinta dengan segala keunikan kotanya, budayanya, serta keramahtamahan masyarakatnya. Untuk lebih jelasnya ini ceritaku selama di sana ^_^

Day 1 (18 April 2014)
Aku terbang dari Bandara Ahmad Yani – Semarang pukul 15.00 WIB, tiba pukul 17.30 WITA di Bandara Syamsudin Noor – Banjarbaru, KalSel. Sampai di bandara, aku udah ditungguin sama kakak cantik yang ternyata Duta Wisata Kota Banjarbaru. 

Sebelum ke hotel, aku diajak sama si kakak cantik bernama Syidah ini makan makanan khas Banjarbaru, nama makanannya ‘Pais Patin’ atau kalau di Jawa mirip-mirip pepes ikan patin gitu deh. Maaf, ya, gak ada fotonya, awalnya sih mau foto tuh Pais Patin, tapi takut dikira alay sama si kakak cantik. Hohoho.

Malamnya aku harus ke Balaikota buat Gladi Resik acara malam HUT Kota Banjarbaru ke -15. Masih baru, kan? Karena kota ini memang wilayah pemekaran sejak tahun 1999.

Sampai di depan balaikota aku ketemu sama Yosef, ketua Pawadahan Nanang-Galuh Kota Banjarbaru. FYI dikit ya, Pawadahan Nanang Galuh ini adalah semacam perkumpulan anggota duta wisata Kota Banjarbaru. Nanang-Galuh itu sebutan semacam Abang-None di Jakarta atau Kenang-Dhenok di Semarang.

Karena acara Gladi Resik belum dimulai, Yosef bawa aku muterin Lapangan Murjani (pusat kota) kemudian ke Minggu Raya (tempat berkumpulnya para seniman Banjarbaru), lalu ke Taman Van Der Pijl. Lumayan jauh sih sebenarnya, tapi karena kakiku udah terlatih buat jalan jauh, ya oke-oke sajalah ^_^.

Sebelum Gladi Resik dimulai, aku bertemu dengan Ibu Lesa (Kepala Dinas Pariwisata sekaligus Ketua Panitia HUT Kota Banjarbaru Ke-15) dan gak ketinggalan, ketemu Abul, eh maksudnya Mas Randu Alamsyah penulis novel Galuh Hati yang kece badai, hohoho  :D.

Ngapain aku ikut GR HUT Kota Banjarbaru Ke-15? Karena aku dan Mas Randu Alamsyah akan berdampingan membacakan pengantar Novel Galuh Hati dan Surat untuk Abul yang aku tulis pada acara puncak HUT Kota Banjarbaru bertajuk One Night for Cempaka. Sebelum balik ke hotel, nggak ketinggalan minta tanda tangan dulu sama penulisnya Novel Galuh Hati. 'Jadilah Galuh Hati untuk Cempaka', tulis Mas Randu di atas tanda tangannya. So Sweet ^_^

Me and Mas Randu Alamsyah

 
Day 2 (19 April 2014)

Go To Cempaka
Aku janjian sama Yosef dan Risman yang mau nganterin aku ke penambangan intan, tepatnya di Desa Pumpung, Cempaka, Banjarbaru. Selain Yosef dan Risman, aku ditemenin juga sama Fika yang juga Galuh Banjarbaru.

Bisa dibayangin dong gimana rasanya dikelilingi orang-orang yang paham banget soal pariwisata kotanya, berasa nonton film dokumenter, hehehe. Apa sih yang dijelasin Fika, Yosef, dan Risman selama perjalanan menuju Cempaka? Berikut ini ringkasannya :)

Kalau dengar kata Kota Intan, pastinya yang ada di pikiran kita adalah Martapura? Iya, kan? Padahal sebenarnya, Martapura ini cuma tempat penyepuhan serta tempat jual beli intan aja, dan tempat pertambangan intan aslinya itu di Cempaka. Cantik kan nama desanya? Kayak nama bunga yang sering dipakai riasan pengantin ^_^. Di Cempaka, intan disebut juga dengan Galuh, sama ketika menyebut wanita. Intan dan Wanita, emang sama-sama cantik, kan? ^_^

Cempaka itu letaknya dalam wilayah kota Banjarbaru. Kota ini sebenernya udah ada sejak puluhan tahun yang lalu yang mana tata kotanya dirancang sama Van Der Pijl yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama taman kota, soalnya Van der Pijl ini emang konsen banget dengan adanya ruang terbuka hijau.

Banjarbaru ini bisa dibilang unik lho, karena letaknya di gunung tempat para penambang intan di Cempaka beristirahat. Makanya, saking banyaknya para penambang itulah, akhirnya banyak pemukiman di daerah Banjarbaru.

Puncak dari Gunung Apam ini masih bisa lho dilihat sampai sekarang, bisa dikatakan ini adalah tempat tertinggi di kota Banjarbaru yang saat ini menjadi tanjakan tertinggi dari Banjarbaru menuju Martapura, tepatnya di Depan Bank BRI Banjarbaru.

Nama Banjarbaru ini sebenarnya adalah nama yang tidak disengaja, dulu gubernur pertama Banjarbaru ditanya apa nama wilayah yang didiaminya, karena bingung disebutlah Banjarbaru (Kota Banjar yang baru) yang ternyata bertahan hingga sekarang.

Balik lagi ngomongin Cempaka. Cempaka ini adalah sebuah wilayah kecamatan yang didalamnya terdiri dari beberapa desa, salah satunya adalah Desa Pumpung. Asal tahu aja, hampir seluruh penduduk desa ini mata pencahariannya adalah sebagai pendulang intan dan tempat ini juga menjadi satu-satunya tempat pendulangan intan di dunia yang masih menggunakan cara tradisional. 

Berbeda dengan Banjarbaru yang penduduknya bukan asli Kalimantan Selatan, dan bahkan banyak yang berasal dari luar Pulau Kalimantan. Di Desa Pumpung ini penduduknya masih asli bukan pendatang dan mereka bekerja menjadi pendulang intan secara turun-temurun sejak masa Hindia-Belanda.

Jarak Desa Pumpung sendiri adalah 7 km arah tenggara dari Kota Banjarbaru. Saat masuk jalan kampung, di sebelah kiri jalan ada monumen yang di bagian puncaknya ada hiasan intan buatan yang besarnya serupa kepala kerbau.

Hiasan intan yang ada di puncak tugu itu sebagai tanda kebanggaan atas penemuan intan besar seberat 166,75 di tahun 1965 yang kemudian Presiden Soekarno memberi nama Intan Trisakti. Tapi, situasi perekonomian yang waktu itu karut marut, harga Intan Trisakti yang seharusnya 10 Trilyun rupiah, berubah jadi 3,5 juta rupiah. Dan yang lebih tragis lagi, keberadaan Intan Trisakti yang menjadi kebanggaan warga Desa Pumpung udah gak tahu lagi dimana rimbanya. 
 
Mungkin karena itu juga monumen Intan Trisakti ini udah nggak lagi terurus, catnya udah pudar dan disekelilingnya juga banyak ditumbuhi semak belukar.

Sebelum sampai ke tempat pendulangan, kami melewati para pendulang yang sedang asyik mawarung (makan di warung), menikmati wadai 41, kue khas banjar yang terdiri dari 41 macam. 

Tak lama, kami akhirnya masuk ke kawasan pendulangan. Sepanjang mata memandang adalah tanah kuning seluas 4 hektar yang memiliki banyak cerukan lebar bekas pendulangan intan. 

Salah satu pendulang mengajak kami ke sebuah cerukan yang di dalamnya sedang di lakukan pendulangan. Sebelum sampai ke cerukan tersebut, kami harus melewati beberapa cerukan yang sudah tak lagi digunakan. Di bagian lain terdapat bambu-bambu melintang bernama Kasbuk serta mesin genset yang menyedot air untuk membuat lubang baru. 

Kasbuk di Pendulangan Intan

Dari beberapa cerukan yang aku lewati, cerukan-cerukan tempat mendulang intan punya kedalaman yang bervariasi, dari satu meter hingga belasan meter. Cerukan-cerukan itu terlihat sepi, gak banyak yang mendulang karena cuaca emang lagi panas banget di siang hari. Katanya tempat pendulangan ini akan ramai saat sore hari. 

Pendulangan biasanya dilakukan secara berkelompok sehingga hasil dari pendulangan akan dibagi sejumlah orang yang berada dalam kelompok tersebut. Nggak lama, kami udah sampai di sebuah cerukan dimana seorang pendulang sedang melinggang. Melinggang adalah aktivitas mencari intan menggunakan linggangan, sebuah alat berbentuk caping terbalik yang terbuat dari kayu ulin atau kayu jingga. 

Pelinggang itu menenggelamkan tubuhnya sampai sebatas leher, mengambil pasir dan lumpur yang berada di dasar cerukan kemudian ia menggoyangkan linggangan untuk menemukan butiran-butiran intan. 

Aktivitas Melinggang Galuh

Penasaran, aku pun mencoba melinggang dari tepian cerukan, dan ternyata oh ternyata linggangan yang bentuknya sangat halus dan rapi karena memang dibuat khusus untuk melinggang lumayan berat, sodara-sodara. Jadinya aku cuma nunggu si bapak pendulang intan, siapa tahu dapat intan hehe.

Icha Melinggang ^_^

Tapi ternyata nungguin intan itu sampai ketemu nggak sebentar. Kata Bapak Pendulangnya, mendulang zaman sekarang  udah nggak kayak dulu lagi. Kalau dulu bisa dapat intan 10 gram tiap hari, tapi sekarang harus sabar melinggang berminggu atau berbulan-bulan lebih dulu untuk mendapatkannya.

Para pelinggang juga harus jeli buat nemuin intan dan harus bisa bedain mana intan, batu akik, atau batu biasa karena di tempat pendulangan intan ini emang nggak hanya ada intan aja, tapi juga banyak batuan mulia yang lainnya kayak delima, safir, dan kecubung.    Pendulang yang tadi mengantar kami nunjukin aneka batuan mulia serta intan dari dalam tas pinggangnya. Batu-batu mulia itu disimpan dalam lipatan kertas rokok, mataku langsung bling-bling rasanya lihat intan dan batu mulia yang warna-warni itu. 

Intan dan Batuan Mulia

Mendulang intan juga nggak boleh dilakukan sembarangan, ada aturan yang harus dipatuhi, seperti nggak boleh meludah dan ketika melinggang juga harus menyebut intan dengan sebutan ‘Galuh’. Sebelum mendulang juga ada ritual khusus yang dilakukan untuk menemukan tempat yang tepat untuk melakukan pendulangan, jadi nggak boleh sembarangan. 

Penasaran dengan cerita selanjutnya? Apa aja sih yang aku lakuin di Banjarbaru? Tunggu di Borneo, I’m In Love – Part 2, ya ^_^

Read More