Memutus Mata Rantai Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Selasa, Agustus 15, 2023

Di masa sekolah dulu tentunya kita sering belajar dan diberi pengetahuan bahwa hutan di Indonesia disebut sebagai paru-paru dunia, bahkan saking hijaunya warna kepulauannya, negeri ini juga dijuluki Zamrud Khatulistiwa.

Sebutan-sebutan tersebut memang benar adanya jika melihat di tahun 1970-1980an, hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan jumlah yang begitu luas sehingga negara-negara lain pun bergantung sirkulasi oksigennya pada negara ini.

Namun kini semuanya berubah, hutan tidak lagi menjadi paru-paru dunia, bahkan justru sebaliknya sering kali ia menjadi sumber emisi karbon karena bencana kebakaran yang sering melanda. Pentingnya menggugah kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran hutan dan lahan ini jugalah yang menjadi salah satu dasar #EcoBloggerSquad menyelenggarakan Online Gathering pada 11 Agustus 2023 lalu dengan Tema ‘Bersama Bergerak Berdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan’.

Dalam kesempatan Online Gathering tersebut, hadir pula narasumber dari @pantaugambut, yaitu Kak Yola Abas atau yang akrab disapa Kak Ola.


Mengenal Lebih Dekat Lahan Gambut

Berdasarkan data dari BBSLDP Tahun 2011, Indonesia lahan gambut seluas 14,9 juta hektar, dengan 5,8 juta hektar lahan telah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit, perkebunan untuk Industri, sawah, pemukiman, atau area komersil.

Gambut merupakan lahan basah yang terbentuk dari timbunan material organik, seperti sisa pohon, dedaunan dan rerumputan yang tidak terdekomposisi dengan sempurna, yang mana kemudian menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal.

Lahan gambut memiliki seperti spons yang mampu menyerap serta menyimpan air dalam jumlah banyak sehingga tetap basah sepanjang tahun. Namun, seiring berjalannya waktu, ada lebih dari 9 juta hektar lahan gambut sudah terdegradasi akibat pengalihan fungsi lahan. Ada beberapa penyebab terjadinya alih fungsi lahan ini, yaitu:

-   - Penebangan skala besar yang bertujuan untuk mengosongkan lahan.

-   - Pembuatan kanal-kanal untuk mengeringkan lahan, hal ini mengakibatkan turunnya ketebalan lahan gambut dan fungsi lahan gambut sebagai spons penyerap air menjadi hilang. Dan karena lahan gambut yang menjadi kering, ia jadi mudah terbakar. 

Lahan gambut yang sudah kering akan kehilangan fungsinya untuk menyerap air, maka ia akan rentan terbakar dan susah untuk dipadamkan dan butuh waktu yang sangat lama untuk pulih dan kembali pada fungsi alaminya.

Alih fungsi lahan sekarang ini banyak atas nama pembangunan, sehingga banyak area hutan yang beralihfungsi menjadi perkebunan, industri, hingga jalan tol. Alih fungsi lahan memiliki beberapa akibat:

- Karhutla

- Peningkatan

- Emisi Karbon

- Global Warming

Peran Penting Lahan Gambut

Lahan gambut memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem sekitar pada khususnya dan menunjang keseimbangan alam pada umumnya.

Mengurangi Dampak Bencana Banjir dan Kemarau

Lahan gambut memiliki daya serap yang tinggi sehingga memiliki fungsi layaknya tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 % dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.

Menunjang Perekonomian Masyarakat Lokal

Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut. 

Habitat untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Beragam flora dan fauna dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut, bahkan banyak yang merupakan flora dan fauna endemik yang hanya ada di sekitar lahan gambut. Beberapa jenis flora juga sangat berguna bagi kebutuhan masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup dan ekosistem gambut lainnya.

Lahan Gambut Menjaga Perubahan Iklim

Gambut memiliki cadangan karbon yang besar karena memiliki kandungan dua kali lebih banyak karbon dari hutan  yang ada di seluruh dunia. Ketika lahan gambut terganggu, seperti  dikeringkan, dan kemudian mengalami alih fungsi, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan akhirnya menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca yang tentunya berefek besar pada perubahan iklim.

Ketika Lahan Gambut Terbakar

Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar, bahkan api kecil saja bisa memicu kebakaran di lahan gambut. Api ini dapat menyebar hingga kedalaman lahan gambut 4 meter. Meskipun api di permukaan lahan gambut sudah padam, bukan berarti api yang ada di dalam lahan sudah padam juga. Bahkan, api yang berada di kedalaman lahan gambut dapat bertahan hingga berbulan-bulan lalu menjalar ke tempat lain.

Lahan gambut memang tidak semestinya dikeringkan, karena lahan gambut sejatinya harus selalu basah karena dapat mencegah kebakaran hutan. Apalagi, usaha untuk mengeringkan satu hektar lahan gambut mengakibatkan pengeluaran rata-rata 55 metrik ton CO2 setiap tahunnya, setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.

Kita harus ingat bahwa pernah terjadi Karhutla besar di Indonesia tahun 1997-1998 di mana mengakibatkan jutaan hektar hutan terbakar, jutaan orang terkena polusi udara hingga ke negara tetangga, juga pengeluaran emisi karbon hingga 2,7 gigaton setara CO2

Tahun 2015 juga kembali terjadi karhutla besar yang mana terjadi di 32 provinsi dengan 28 juta orang terdampak karena adanya kebakaran hutan dan lahan ini.  Karhutla besar ini mengakibatkan kerusakan area sekitar 2,6 juta hektar (33% di lahan gambut).

Mengenal Kesatuan Hidrologis Gambut

KHG atau Kesatuan Hidrologis Gambut adalah suatu ekosistem gambut yang letaknya di antara dua ekosistem air seperti sungai dan rawa. Lahan gambut sendiri bisa terbagi-bagi ke dalam beberapa wilayah hidrologis yang terpisah oleh batas-batas air tersebut.

Dalam satu ekosistem KHG, terdapat keanekaragaman hayati yang bersifat endemik sehingga hanya bisa ditemukan di atas lahan gambut saja. Beberapa tumbuhan endemik ini seperti Purun, Jelutong, dan Ramin. Tanaman-tanaman ini disebut juga Paludikultur yaitu tanaman yang dapat tumbuh di atas lahan gambut yang tidak butuh drainase atau pengeringan.

Selain flora, terdapat pula beberapa fauna khas lahan gambut seperti Bekantan, Orang Utan, Langur, Harimau Sumatra, Beruang Madu, atau Buaya Sinyulong. Ikan Gabus, Ikan Baung, bahkan ikan terkecil di dunia Ikan Paedocypris Progenetica 9mm.

Meski begitu, tak hanya flora dan fauna yang ada di sekitar lahan gambut, namun juga banyak terdapat pemukiman masyarakat adat yang mana mengandalkan lahan gambut untuk penghidupan sehari-hari sehingga keberadaan lahan gambut ini sangatlah penting.

Lahan Gambut yang Sehat

Lahan gambut yang sehat harus selalu basah, dan untuk mengukurnya bisa melihat keanekaragaman apa saja yang ada di atasnya, karena KHG merupakan satu kesatuan, maka perlu diingat bahwa lahan gambut yang terbasahi tidak hanya satu titik saja, tapi juga keseluruhan.

Lahan gambut yang terbakar harus direstorasi secepatnya agar kondisi hidrologis dan strukturnya kembali pulih, bisa dilakukan dengan cara Pembasahan, Penanaman Kembali dan Revitalisasi Ekonomi bagi masyarakat sekitar KHG.

Degradasi lahan gambut bisa berupa amblesnya tanah atau terlepasnya karbon dalam jumlah besar ke udara yang bisa mempercepat kenaikan suhu global dan memperparah krisis iklim. Oleh karena itu restorasi lahan gambut harus berbasis KHG agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Pada Tahun 2023 ini, ada area KHG di 10 provinsi yang rentan terjadi Karhutla, yaitu:

  • Kalimantan Tengah
  • Papua Selatan
  • Kalimantan Barat
  • Riau
  • Sumatera Selatan
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Jambi
  • Papua Barat
  • Kalimantan Barat - Kalimantan Tengah
Dari 33% area KHG yang dibebani oleh konsesi industri ekstraktif, didominasi sebanyak 50% oleh konsesi dengan izin Hak Guna Usaha (HGU) yang didominasi Kelapa Sawit.

Pantau Gambut menemukan sebanyak 5.030 titik panas selama bulan Januari hingga Mei tahun 2023, selain itu juga ditemukan dugaan terjadinya Karhutla di area KHG pada 29 lokasi selama Januari hingga Mei 2023, yang mana 10 lokasi berada hanya pada bulan Mei. Ini menunjukkan bahwa kerentanan Karhutla di Indonesia semakin meningkat setelah memasuki musim kemarau dan fase El Nino.

Pada bulan Januari hingga Mei 2023 tersebut, Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis menjadi kota/kabupaten dengan sebaran karhutla terbanyak, serta KHG Sungai Itokan-Sungai Siak kecil juga menjadi KHG yang mempunyai sebaran titik panas terbanyak di Indonesia di periode yang sama.

Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan

Ada banyak sekali dampak Karhutla, dari rusaknya ekosistem yang mana berpengaruh ke rusaknya rantai makanan dan hilangnya keanekaragaman hayati, kemudian terjadi kabut asap yang berpengaruh ke kesehatan, transportasi dan pendidikan, lalu hilangnya ruang hidup warga sekitar, selain itu juga mempercepat laju perubahan iklim, dan yang tidak kalah penting tentunya kerugian ekonomi negara.

Upaya Pengendalian Karhutla

Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan Kebakaran Hutan dan Lahan, dari pencegahan, pemadaman, hingga penanganan pasca kebakaran.

Pencegahan

Upaya pencegahan Karhutla bisa dilakukan dengan sosialisasi terkait bahaya kebakaran hutan, merevisi peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberian perizinan di lahan gambut, juga melakukan pengamatan titik rawan kebakaran dengan lebih intensif.

Pemadaman

Proses pemadaman bisa dilakukan dengan beragam cara, yaitu:

-       -   Pembuatan Sekat Bakar

-       -   Pemadaman Manual

-       -   Water Bombing

-       -   Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)

Penanganan Pasca Kebakaran

Penanganan pasca kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka menangani suatu area setelah terbakar. Penanganan pasca kebakaran dapat dilakukan dengan pembuatan kebijakan mengenai restorasi gambut, kemudian melakukan restorasi gambut (rewetting, revegetation, revitalitation) yang telah terdegradasi, kemudian melakukan monitoring.

Tantangan Pencegahan Karhutla

Semua pihak harus bekerja sama dalam hal mencegah terjadinya karhutla yang akan mengakibatkan kerugian ekonomi maupun lingkungan.

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penggunaan api di lahan gambut.
  • Implementasi komitmen dan kebijakan restorasi gambut tak terkoordinasi dan berkelanjutan.
  • Tumpang tindih antar status kepemilikan lahan gambut dan izin penggunaannya kerap menjadi penghalang dalam pelaksanaan program restorasi gambut.
  • Evaluasi terhadap izin-izin yang sudah terbit tidak berjalan dengan baik. 
  • Pemberian izin yang terburu-buru tanpa kajian lingkungan.
  • Penegakan hukum yang tidak mempunyai efek jera.
  • Kebutuhan dana yang besar dan komitmen jangka panjang untuk merestorasi gambut. 
  • Belum ada peta gambut yang detail yang dapat membantu dalam penyusunan rencana restorasi gambut yang tepat sasaran. 
  • Diperlukan partisipasi masyarakat dalam menyumbang pengetahuan pengelolaan gambut tradisional yang berkelanjutan dan dalam memantau kelangsungan program restorasi gambut di lapangan. 

Kebakaran hutan dan lahan memang menjadi salah satu hal yang harus kita cegah sedini mungkin, agar hutan dan lahan di Indonesia nantinya tidak hanya menjadi cerita dan dongeng untuk anak cucu kita di masa depan atau hanya bisa dinikmati lewat foto dan gambar karena hutannya sudah tak ada.

Kita juga perlu untuk terus sebarkan awareness tentang pentingnya lahan gambut, konsisten menyuarakan isu perlindungan lahan gambut, serta mendorong komitmen pemerintah agar serius dalam pengelolaan dan perlindungan lahan gambut.

Maka ayo kita semua #BergerakBerdaya untuk melindungi hutan kita, salah satunya lewat gerakan yang diinisiasi oleh teamupforimpact.org. Let’s Team Up For Impact dengan ikut tantangan harian bersama tanam pohon di hutan tanpa ke hutan. Caranya dengan ikuti challenge pilihanmu setiap hari dan kumpulkan poinnya. Saat terkumpul 1.400 poin, akan ada 1 pohon yang ditanam atas namamu di hutan. Keren banget, kan? Yuk ikutan!(*)

 

Read More

Maksimalkan Potensi Diri bersama Platform Kursus Online GreatNusa

Rabu, Juli 26, 2023


Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang saya ambil ketika saya memutuskan untuk menikah dengan laki-laki yang saya cintai. Terlebih lagi ketika kemudian saya memiliki anak, saya tak ragu lagi untuk menjadikan keluarga sebagai prioritas saya. 

Saya memilih menyimpan ijazah S2 saya di dalam almari, dan mulai memantapkan langkah untuk WFA aka Work From Anywhere atau istilah kerennya ‘freelancer’. Bisa dikatakan, dunia freelancer bukanlah hal baru bagi saya, karena saya memang sudah melakoninya semenjak kuliah dengan berbekal kemampuan menulis yang saya miliki. 

Bertahun-tahun saya terus mengasah kemampuan menulis saya di media massa cetak, hingga kemudian beralih ke media televisi dan media online. Seiring berjalannya waktu, di mana teknologi semakin berkembang dan dunia digital memuncaki mata rantai informasi, maka sebagai freelancer, mau tidak mau juga harus ikut menambah skill dan memaksimalkan potensi diri yang dimiliki agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman.

Memaksimalkan Potensi Diri

Beberapa waktu lalu saat deeptalk bersama suami, saya mengutarakan keinginan untuk menjalani kursus yang bisa menunjang pekerjaan. Suami saya menyarankan untuk mencari kursus online karena lebih fleksibel. 

Saya pun menyetujui usulan suami, dan langkah saya selanjutnya adalah mencari lembaga kursus online terpercaya yang bisa memenuhi tujuan saya untuk memaksimalkan potensi diri. 

Setelah cukup lama berselancar di internet untuk mencari kursus digital marketing, akhirnya saya menemukan platform kursus online yang bisa mengakomodir kebutuhan saya, yaitu GreatNusa. 

Apa Itu GreatNusa? 

GreatNusa merupakan portal pembelajaran daring yang memiliki visi fostering & empowering bangsa Indonesia melalui akses belajar yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja untuk para lifelong learners.

GreatNusa juga memiliki beragam materi pembelajaran berkualitas dengan pemateri expert terpilih dari institusi pendidikan terkemuka sebagai dukungan kepada pemerintah Indonesia untuk mencapai SDM Unggul Indonesia Maju. 

Berkarakter HEBAT


GreatNusa memiliki komitmen untuk membentuk karakter HEBAT lewat nilai-nilai berikut ini:

HARMONIS: GreatNusa membangun kolaborasi unggul dengan para mitra s erta pemangku kepentingan untuk menjawab kebutuhan, mendukung profesi dan aktualisasi diri serta tetap menghargai perbedaan pendapat agar tujuan bersama bisa tercapai. 

EKSELEN: GreatNusa memiliki komitmen untuk memberikan kualitas materi pembelajaran terbaik sesuai dengan kebutuhan sehingga sehingga dapat mendukung aspirasi karir para pemelajar Great Nusa. 

BERANI: GreatNusa memiliki komitmen yang mana selalu sigap dalam melihat perubahan serta menjadi solusi atas kebutuhan dalam peningkatan skill para pemelajar GreatNusa melalui media pembelajaran yang aplikatif, interaktif, serta personalized.

AMANAH: GreatNusa menyediakan produk serta pelayanan dengan sepenuh hati serta tetap melakukan perbaikan terus menerus agar bisa menyajikan produk serta pelayanan terbaik bagi para pemelajar GreatNusa.  

TANGGUH: GreatNusa selalu berusaha untuk menjadi jawaban atas permasalahan terkait peningkatan skill untuk menjadi SDM Unggul di Indonesia. 

Kenapa Memilih GreatNusa?

Kenapa memilih kursus di portal kursus online GreatNusa?  Ada beberapa faktor yang mendasarinya. 

1. Banyak Pilihan Kursus

GreatNusa memiliki beragam pilihan kursus yang bisa diikuti sesuai minat kita, apa sajakah itu?

- Data & Technology

- Business & Management

- Data & Technology

- Design & Creative

- Digital Marketing

- Finance & Acoounting

- Language

- Leadership

- Project Management

- Salest & Marketing

- Soft Skill

Selain itu ada juga pilihan kategori lainnya seperti:

- Event

- Webinar

- Studi Kasus Indonesia

Beragam pilihan kursus ini bisa dipilih berdasarkan level, harga, peringkat (rating), serta durasi video.

Setiap pilihan kursus juga ditampilkan mengenai penjelasan rinci tentang kursus tersebut, seperti waktu akses, jumlah sesi, durasi, level kursus serta rating. 

2. 1000+ Video Pembelajaran

GreatNusa memiliki lebih dari 1000 video kursus yang bisa diakses. Setiap kursus juga memiliki batas  waktu akses  yang berbeda-beda (6 bulan/1 tahun) yang mana bisa kita pilih sendiri. Kita juga bisa mengulang materi, kuis, bahkan tugas yang sedang berjalan maupun sudah selesai. Meski begitu, kita tetap harus memperhatikan kembali pengerjaan tugas atau kuis yang memiliki batas waktu pengerjaan. 

3. Pengajar Terbaik


Pengajar kursus di GreatNusa merupakan orang-orang expert dan mumpuni dari para praktisi dan akademisi dari institusi pendidikan terkemuka. 

4. Terdapat Rating dan Review

Setiap kursus ada kolom rating dan review yang ditampilkan secara transparan, sehingga kitapun bisa mengetahui bagaimana kursus tersebut lewat rating dan review para pembelajar yang sudah mengikutinya.   

5. Bersertifikat

Buat kamu yang mengikuti kursus berbayar, kamu juga akan mendapatkan sertifikat kursus setelah menyelesaikan seluruh materi kursus. Jangan lupa untuk menulis nama profil sesuai nama yang ada di kartu identitas kamu, ya, karena nama yang tercetak di sertifikat nantinya sesuai dengan nama yang tercantum di halaman profil. 

6. Pembelajaran Fleksibel dan Adaptif 

Kita belajar di GreatNusa kapanpun dan dimanapun dan tentunya sesuai minat dan pilihan kita. Apalagi durasi video pembelajarannya bisa diakses berbulan-bulan, jadi kita nggak perlu khawatir tertinggal materi. 

7. Kolaborasi 


Pembelajar bisa berkolaborasi dengan komunitas pembelajar serta berbagai mitra yang berkolaborasi dengan GreatNusa. Bentuk kolaborasi ini bisa berupa self learning, blended learning, juga study case dan webinar. 

Nah, itu dia beragam hal yang akan bisa didapatkan apabila kita mengikuti kursus online di GreatNusa. Dengan mengikuti beragam kursus serta webinar di GreatNusa sesuai kebutuhan kita untuk upskilling, maka potensi kita bisa berkembang lebih maksimal. Ayo, tunggu apalagi, segera daftarkan diri kamu ke https://greatnusa.com dan pilih kursus terbaik sesuai minat kamu. Yuk, maksimalkan potensi diri bersama platform kursus online GreatNusa.(*) 


Read More

Urgensi Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Sabtu, Juni 03, 2023

Hutan Indonesia merupakan hutan hujan terluas ketiga di dunia yang luasnya mencapai 142 juta hektare (ha) pada tahun 2020. Sedangkan hutan terluas di dunia pertama adalah Hutan Amazon (468 juta ha) dan disusul oleh Cekungan Kongo (188 juta ha). 

Dengan luas hutan Indonesia tersebut, maka diharapkan bisa berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 17-23 persen di tahun 2030 mendatang. Meski begitu, keberadaan hutan Indonesia juga mengalami ancaman dari deforestasi serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Apalagi pada tahun 2020, tingkat deforestasi hutan mencapai 115 ribu ha dan 1,6 juta ha lahan terdampak karhutla di tahun 2019 yang menyebabkan dilepaskannya 708 juta ton emisi CO2. 


Pentingnya sikap masyarakat untuk lebih peduli dengan Hutan ini mendorong Blogger Perempuan dan Eco Blogger Squad bekerja sama dengan komunitas Hutan Itu Indonesia dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari mengadakan Online Gathering pada 29 Mei 2023 lalu dengan tema ‘Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim’

Komunitas Hutan Itu Indonesia yang dalam acara ini diwakili oleh Christian Natali menjelaskan bahwa keberadaan komunitas tersebut salah satunya bertujuan untuk mengajak lebih banyak orang Indonesia, termasuk orang muda perkotaan untuk lebih cinta dan beraksi untuk menjaga hutan. 

Keberadaan hutan ini memang sangat penting karena menjadi salah satu hal yang menjaga bumi dari gempuran perubahan iklim, apalagi dari data-data yang ada, selama beberapa dekade terakhir bumi kita sudah mengalami kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,4 derajat. Hal lain yang kasat mata dan bisa menjadi contoh dampak perubahan iklim adalah adanya kekeringan, arus angin atau bencana badai seroja, juga mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. 

Dalam 5 tahun terakhir Indonesia sudah kehilangan hutan 3.5x luas Pulau Bali dan terjadi deforestasi sebesar 28 juta hektar hingga tahun 2030 karena industri Pulp, kertas dan kelapa sawit. Indonesia juga mengalami kerugian 75 trilyun rupiah yang disebabkan oleh karhutla di tahun 2019.

Hingga saat ini, isu hutan tidak terlalu tersentuh oleh masyarakat awam kebanyakan, hal ini karena ada beberapa sebab:


1. Di Luar Radar

Sedikit pemberitaan atau kabar di media nasional atau media sosial yang membahas tentang urgensi hutan. 

2. Diskoneksi

Banyak masyarakat awam yang tidak terkoneksi dengan hutan karena tempat tinggalnya yang jauh dari hutan sehingga tidak merasakan dampak langsung dari keberadaan hutan. 

3. Pesimis dan Negatif

Banyaknya pemberitaan negatif tentang hutan 

Studi dari Hutan Itu Indonesia di tahun 2017 menyatakan bahwa 82,7% responden menyatakan keprihatinan tentang kondisi hutan Indonesia, tetapi hanya 27,3% saja yang menyadari bahwa perilaku manusia berdampak terhadap kondisi hutan saat ini. 

Lalu, sebagai masyarakat awam yang tinggal jauh dari hutan, apa saja sih yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga hutan? Ada 5 Panggilan Aksi (Call to Action) yang bisa kita lakukan, yaitu:



1. Bercerita Tentang Hutan

2. Berwisata ke Hutan

3. Donasi Adopsi Hutan

4. Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu

5. Merayakan Hari Hutan Indonesia

Produk Lokal Berbasis Alam dan Mitigasi Perubahan Iklim

Alam adalah supermarket, di mana banyak hal selain kayu bisa diambil dari alam dan kemudian bisa digunakan atau diambil manfaatnya. Barang-barang hasil alam ini bisa dikonsumsi, seperti buah-buahan, namun tak sedikit juga yang kemudian bisa dikembangkan menjadi benda pakai.

Banyak produk alam yang kemudian berkembang menjadi produk-produk lain, seperti bambu yang bisa menjadi benda-benda rumah tangga. Selain itu, ada pula produk-produk alam yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pendukung untuk produksi benda baru, salah satunya di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan adalah penggunaan Gambo / Gambir untuk yang digunakan sebagai pewarna alami kain. 

Gambo/Gambir merupakan tanaman perdu yang hidup tumpang sari di antara perkebunan karet. Getah Gambir biasanya digunakan sebagai obat, sedangkan untuk sisa limbahnya dimanfaatkan sebagai pewarna kain, sehingga kemudian kainnya dikenal sebagai Kain Gambo. 

Hal ini dijelaskan oleh Aziza Nurul Amanah perwakilan dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari dalam Online Gathering Eco Blogger Squad tanggal 28 Mei 2023 sesi kedua. Lingkar Temu Kabupaten Lestari merupakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten untuk mewujudkan pembangunan yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai agenda nasional melalui gotong royong multipihak.

Dalam kesempatan tersebut, Aziza juga menjelaskan, jika sebelumnya produk masyarakat hanya berhenti pada Kain Gambo saja, maka dari pihak Lingkar Temu Kabupaten Lestari mencoba untuk membantu membuka jalan kreasi masyarakat dengan membuat produk-produk turunannya seperti scarf, hoodie, card holder, dompet, dan lain sebagainya yang tentunya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. 

Anak Muda Bersama Bergerak Berdaya

Seperti halnya Komunitas Hutan Itu Indonesia yang berisi anak-anak muda yang peduli akan hutan, di Musi Banyuasin juga terdapat Komunitas Selaras (Sentra Ekonomi Lestari Serasan Sekate) yang merupakan wadah anak muda yang berperan aktif dan berkolaborasi untuk mewujudkan pembangunan lestari melalui visi ekonomi lestari. 


Hal ini tentunya membuktikan bahwa alam itu bisa menjadi sahabat yang baik apabila dilestarikan dan dipelihara. Tak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga bisa membantu penghidupan. 

Nah, sekarang saatnya, bagi kita, para pemuda untuk bersama bergerak berdaya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk ikut melestarikan alam dan hutan kita. Jangan sampai, anak dan cucu kita nanti hanya mengenal alam dan hutan lewat gambar dan foto saja. (*)

Referensi:

- Online Gathering Eco Blogger Squad, 28 Mei 2023.

- Artikel Katadata.co.id dengan judul ‘Hutan Indonesia Harapan Dunia’



Read More

Tanah, Hutan, dan Masyarakat Adat; Ketika Kearifan Lokal Sebagai Garda Terdepan Pelestarian Alam

Selasa, April 11, 2023

Perubahan Iklim saat ini menjadi isu yang penting, tidak hanya untuk terus dibahas, tapi juga bagaimana kita juga ikut berperan dalam penanggulangan perubahan iklim ini. Perlu diketahui juga, di saat masyarakat wilayah perkotaan menjadi penyumbang emisi dan gas karbon, ada pihak yang selalu ada di garda terdepan pelestarian alam namun tidak pernah mendapatkan perhatian, mereka adalah Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal. 

Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal merupakan penyumbang terbesar bagi pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati, apalagi sudah jelas didokumentasikan, ada 80% keanekaragaman hayati yang dikelola dan dilindungi oleh MAKL. 

Masyarakat Adat

Penelitian World Resources Institute tahun 2016 menunjukkan bahwa di mana MAKL diberikan hak untuk mengelola lingkungannya, di situlah laju deforestasi lebih rendah dibandingkan kawasan serupa yang tidak dikelola oleh MAKL.

Dengan adanya urgensi mengenai perubahan iklim dan masyarakat adat dan komunitas lokal ini, Eco Blogger Squad dan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) beberapa waktu lalu menyelenggarakan online gathering dengan tema ‘Peran Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dalam Menjaga Bumi’ dengan pembicara Sekjen AMAN, Kak Rukka Sombolinggi. 

AMAN sendiri merupakan organisasi kemasyarakatan independen yang memiliki visi mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera untuk masyarakat adat di Indonesia. AMAN bekerja di tingkat lokal, nasional dan internasional untuk mengadvokasi masyarakat adat.

Siapa Masyarakat Adat di Indonesia/Nusantara?

Dalam acara online gathering tersebut, Kak Rukka menjelaskan mengenai siapa itu masyarakat adat yang ada di Indonesia/Nusantara ini. Masyarakat Adat merupakan sekelompok manusia yang oleh ikatan geneologis dan/atau teritorial yang menyejarah, turun temurun lintas generasi, memiliki identitas budaya yang sama dan mempunyai ikatan batin yang kuat atas suatu ruang geografis tertentu sebagai wujud ‘rumah bersama’ yang dijaga serta dikelola secara turun temurun sebagai wilayah kehidupan leluhurnya. 

Eco Blogger Squad

Ikatan batiniah serta kesetiaan yang mengakar kuat antara Masyarakat Adat dengan wilayah adatnya ini akhirnya membentuk kosmologi, budaya, serta kehidupan spiritual mereka tak bisa dipisahkan dari alam semesta di sekitarnya. 

Kekuatan Masyarakat Adat sebagai penjaga bumi dan pelindung hutan ini sudah teruji dan terbukti ketika dunia menghadapi krisis global, dan salah satunya ketika pandemi covid 19 melanda. Sayangnya, Masyarakat Adat sendiri perlahan tersingkir dalam derap industrialisasi sejak 250 tahun lalu bersamaan dengan modernisasi yang menyertainya. 

Tanah dan Masyarakat Adat

Masyarakat Adat memandang tanah yang didiaminya sebagai identitas. Sebagai contoh masyarakat Toraja yang memiliki sejarah dan keberadaan tanah yang dimiliki secara turun temurun. Di Toraja ada disebutkan sikap ‘Talulolonan’, di mana tiga bersaudara (manusia, hewan dan alam) harus saling menjaga

Masyarakat Adat sendiri saat ini berbeda-beda, ada yang masih tinggal di pedalaman, namun ada juga yang tanahnya sudah berubah menjadi perkotaan, ada yang hidup di hutan, di laut, daerah danau, sabana. Jadi, hutan memang bukan satu-satunya tempat Masyarakat Hidup. 

Apalagi Masyarakat Adat di Indonesia memiliki sejarah yang berbeda-beda, misalnya Masyarakat Adat yang tinggal di dekat pesisir akan lebih cepat tergerus peradabannya karena memang wilayah pesisir atau pelabuhan menjadi pintu masuk colonialism.

Bersama berdirinya rezim Orde Baru, keberadaan Masyarakat Adat menjadi diseragamkan dengan adanya penyebutan ‘Desa’ dengan UU 5 Tahun 1979 hingga akhirnya membuat situasi Masyarakat Adat saat ini semakin tergusur dari wilayahnya sendiri.

Dalam buku ‘Kisah Masyarakat Adat Memperjuangkan Tanah Ulayat’ yang diterbitkan oleh TEMPO Publishing menyebutkan bahwa Para tetua adat di jantung Kalimantan tak bisa berkutik saat menghadapi dominasi pengusaha kayu, di mana mereka memiliki ‘senjata’ berupa hak pengusahaan hutan. 

Masyarakat Adat yang tadinya hidup dalam  wilayah dan ruang lingkup yang luas dan menganggap tanah di sekitar mereka adalah warisan nenek moyang, akhirnya hanya bisa menonton dan terpaku melihat wilayah adat ditebang dan dilenyapkan. 

Padahal, tanah bagi masyarakat adat bukanlah sekadar sumber ekonomi, namun juga mempunyai dimensi magis yang mencakup masa lalu, kini, dan mendatang, termasuk di dalamnya adalah aspek keseimbangan alam. 

Setelah Indonesia merdeka, jumlah tanah Masyarakat Adat berkurang sangat drastis. Contohnya saja di wilayah Sumatera Utara, luas tanah adat awalnya 325 ribu hektare. Kemudian tahun 1960-an merosot menjadi 125 ribu hektare dan di tahun 1970-an tersisa 50-60 ribu hektare saja, dan pastinya di tahun sekarang ini jumlah tanah adat semakin sempit.  

Keistimewaan dan Potensi Ekonomi Masyarakat Adat di Indonesia

Wilayah Adat memiliki potensi sumber daya yang luar biasa potensial, baik itu Sumber Daya Alam, kebudayaan, spiritual, ekonomi, dan politik. Beragam tradisi, bahasa, dan kebudayaan sangat indah, namun menurut Kak Rukka, yang terbaik adalah masyarakat adat masih menjaga alamnya.

Menjaga ekosistem terbaik itu indah untuk masyarakat adatnya dan lebih indah lagi untuk orang lain di luar masyarakat adatnya. “Udara yang kita hirup di Jakarta (kota besar) berasal dari tempat lain. Inilah yang sering dilupakan dan tidak pernah dihargai, betapa besar kontribusi masyarakat adat dan bahkan menyebut masyarakat adat sebagai masyarakat primitif,” tukas Kak Rukka. 

Sekjen AMAN

Masyarakat Adat Karampuang dan Konservasi Hutan 

Ada banyak Masyarakat Adat yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Masyarakat Adat Karampuang yang berada di Sulawesi Selatan yang terletak di pantai timur bagian selatan Jazirah Sulawesi Selatan. 

Karampuang terletak di Dusun Karampuang, Desa Tompobulu, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. 

Masyarakat Adat Karampuang adalah bagian sub etnis Bugis yang bermukim di Desa Tompobulu, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai. Masyarakat Desa Tompobulu berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda dari segi sosial budaya dan kepercayaan, yaitu komunitas adat Karampuang dan Masyarakat Bugis yang beragama Islam. 

Sejak dulu, Masyarakat Adat Karampuang ini mempunyai warisan kebudayaan leluhur yang kemudian menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya ialah kebudayaan untuk senantiasa menjaga dan melestarikan alam, khususnya hutan. 

Masyarakat Adat Karampuang secara rutin menyelenggarakan ritual membersihkan lingkungan dan sumber air, kamudian mengadakan penghijauan. Bagi mereka, moralitas masyarakat adat karampuang bukan hanya menyangkut perilaku terhadap sesama, namun juga menyangkut hubungan mereka terhadap hutan. 

Apabila sikap batin dan perilaku ada yang salah, kemudian merusak tatanan manusia dengan hutan, diyakini akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri dan komunitas Masyarakat Adat Karampuang. 

Berikut ini adalah beberapa prinsip masyarakat adat Karampuang yang berkaitan dengan alam dan pengelolaan lingkungan hidup.


a. Mappakalebbi’ ale hanua (sikap hormat terhadap alam)

Sikap hormat di sini adalah Masyarakat Adat Karampuang tidak boleh menebang kayu di hutan untuk kepentingan ekonomi, apalagi melakukan  tindakan yang bisa merusak serta menghancurkan hutan dan isinya. 

b. Jujung matane’ (prinsip tanggung jawab)

Kerusakan dan kelestarian hutan beserta isinya merupakan tanggung jawab Masyarakat Adat Karampuang. Misalnya apabila terjadi kebakaran hutan, maka seluruh Masyarakat Adat Karampuang memiliki tanggung jawab untuk memadamkan api meskipun sumber airnya jauh.

c. Mappakatau ale’ (memanusiakan hutan)

Dengan sikap memanusiakan hutan ini adalah pengendali moral dalam masyarakat hutan agar tidak merusak dan mencemari hutan juga kehidupan di dalamnya. 

d. Makkamase ale’ (prinsip kasih sayang dan kepedulian)

Semua pihak selalu mengajak masyarakat untuk selalu menyayangi hutan, karena jika bukan mereka yang menjaga hutan maka hutan nantinya akan habis dengan sendirinya. 

e. De’namakkasolang (prinsip tidak merusak)

Prinsip tidak merusak mempunyai fungsi untuk memunculkan kesadaran bagi masyarakat adat Karampuang dengan mematuhi larangan-larangan terhadap hutan. 

f. Tuo kamase mase (prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam)

Masyarakat Adat Karampuang sangat menjauhi sikap rakus dan tamak yang hanya mengumpulkan harta dan mengeruk hasil hutan sebanyak-banyaknya. Masyarakat dilarang menggunakan hutan menjadi sawah untuk keperluan pribadi, mereka hanya diizinkan menggunakan lahan hutan untuk kepentingan bersama. 

g. Adele’ (prinsip keadilan)

Prinisp keadilan berbicara tentang akses yang sama untuk semua kelompok dan anggota masyarakat yang ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya hutan serta pelestarian hutan. 

h. Assamaturuseng (prinsip demokrasi)

Prinsip demokrasi berbicara tentang kebijakan pemerintah terhadap proses pengelolaan hutan yang dilakukan Masyarakat Adat Karampuang. 

Masyarakat Adat Karampuang juga memiliki kriteria dan jenis pohon yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat adat Karampuang:

a. Umur Kayu

Umur kayu yang boleh ditebang harus lebih dari 15 tahun dan berdiameter minimal 40 cm. Dan dalam masyarakat Adat Karampuang, untuk Kayu Bitti, Kayu Ufang, dan Kayu Cendana hanya boleh digunakan untuk memeperbaiki rumah adat karena merupakan kayu yang kuat.

b. Izin Mengambil Hasil Hutan

Apabila masyarakat ingin mengambil hasil hutan, harus minta izin pada pemangku adat yaitu Gella. Apabila masyarakt mengambil hasil hutan tanpa izin, maka akan dikenakan sanksi. 

c. Menanam Pohon Kembali

Sebelum menebang pohon, masyarakat adat Karampuang harus menanam pohon 10 buah sebagai ganti. Pohon yang ditanam tidak harus sama dengan pohon yang ditebang, tetapi harus masuk kategori pohon besar dan keras yang nantinya bisa digunakan untuk pembuatan rumah adat.

Melihat dari kebiasaan Masyarakat Adat Karampuang ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa betapa pentingnya tanah dan wilayah bagi masyarakat adat dan juga bisa dilihat bahwa masyarakat adat merupakan garda terdepan dalam pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim. 

Oleh sebab itu, kita harus terus mendukung Masyarakat Adat dan tidak mengucilkan mereka, atau bahkan menyebut mereka kuno dan primitif, karena pada dasarnya mereka adalah manusia yang memilih setia prinsip hidup bersama keseimbangan alam, hingga akhirnya membuat kita yang ada di kota besar masih menghirup udara segar yang berasal dari tanah-tanah adat  dan hutan-hutan adat yang mereka jaga. (*)


Referensi:

- Online Gathering Eco Blogger Squad 06 April 2023

- Buku "Kisah Masyarakat Adat Memperjuangkan Tanah Ulayat", Pusat Data dan Analisis TEMPO, 2022

- Buku "Kearifan Lokal dalam Konservasi Hutan Masyarakat Adat Karampuang, Dr. Erman Syarif, S.Pd, M.Pd, Media Nusa Creative, 2019


 


Read More

Jihad Literasi; Kisah Seorang Kuli Bangunan yang Mendirikan Taman Baca, Meluaskan Manfaat untuk Umat

Rabu, April 05, 2023

Derap langkah kaki terdengar riuh beradu dengan lantai kayu, disusul celoteh riang anak-anak mengubah suasana yang tadinya lengang menjadi ramai dan ceria. Anak-anak yang baru saja datang, kemudian duduk di lantai, di belakang meja-meja kecil yang sudah tertata sebelumnya. 

Begitulah suasana yang setiap harinya terlihat di rumah Agus Pujianto, seorang kuli bangunan yang berdomisili di Desa Donorejo, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak. 

Pemandangan ini memang lazim terlihat di rumah Agus dan istrinya, Munawaroh, karena sejak bulan November tahun 2020, pasangan suami istri ini memulai kegiatan Taman Bacaan dan Bimbel Gratis di rumah mereka. 


Ketika Mimpi Menjadi Nyata

Tak pernah terbayangkan di benak Agus dan Munawaroh, jika impian mereka untuk mendirikan taman bacaan dan bimbel gratis bisa benar-benar terwujud. Berawal dari cuitan Agus Pujianto di akun twitternya @Klungsu01 yang bercerita tentang impian mereka, hingga kemudian cuitan itu viral dan mendapat ribuan tanda suka. 

Tangkapan Layar Akun Twitter @Klungsu01

Banyak orang yang kemudian mengirim buku-buku, alat tulis, juga uang tunai yang kemudian digunakan Agus dan Istri untuk mewujudkan Taman Bacaan dan Bimbel Gratis yang mereka beri nama ‘Anak Cerdas Donorejo’. Perlahan tapi pasti, Taman Bacaan dan Bimbel Gratis ACD semakin berkembang, bahkan kini ada puluhan anak yang mengikuti Bimbingan Belajar Gratis di rumah Agus. 

“Untuk saat ini ada sekitar 70 anak yang ikut kegiatan Bimbel Gratis yang terbagi ke dalam 6 kelas dengan 6 relawan guru pembimbing, salah satunya istri saya,” tutur Agus. Ia juga menjelaskan jika kegiatan Bimbel Gratis ini diadakan setiap Jum’at sore, pukul 15:30 – 17:30 WIB dan Minggu pagi, pukul 08:00 – 10:00 WIB.


Pembagian kelas ini memang harus dilakukan karena banyaknya anak yang ikut belajar. Selain itu, karena kondisi rumah Agus yang tidak memungkinkan untuk menampung setiap kelas, maka kegiatan belajar juga ditempatkan di teras rumah mertua dan teras rumah kakak iparnya. 

Setelah Bimbel Gratis berjalan dengan baik, kini Agus dan Istri juga membuka kegiatan Kelompok Belajar PAUD usia 3-5 tahun yang diikuti 34 anak yang terbagi 2 kelas. Kegiatan tersebut dilaksanakan 2x  dalam seminggu yaitu hari Selasa dan Rabu, pukul 08:00-09:00 WIB. 

Meluaskan Manfaat di Tengah Keterbatasan 

Hingga saat ini, Agus dan istrinya menjalankan taman bacaan dan bimbel gratis di tengah keterbatasan, terutama dalam hal dana, karena semua kegiatan operasional taman bacaan dan bimbel gratis, termasuk menyiapkan buku tulis dan peralatan tulis masih mengandalkan bantuan dari donatur. 

“Kendala yang saat ini kami hadapi adalah belum mendapatkan donatur tetap, sedangkan pekerjaan saya hanya kuli bangunan, jadi pendapatan saya saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya saja,” ucap Agus.

Meskipun banyak kendala, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah empat puluh tahun lalu ini mengungkapkan jika salah satu hal yang ia syukuri adalah apa yang ia lakukan ini mendapat dukungan semangat dari banyak pihak, termasuk keluarga dan tetangga. 

“Keluarga besar kami sangat mendukung kegiatan ini dan anak-anak saya sangat senang karena bisa belajar bersama teman-temannya. Pihak Desa Donorejo juga sangat baik dan mensupport kegiatan belajar gratis ini.”

Menurut Agus, ada banyak hal yang harus mereka  benahi, tapi mereka optimis masih banyak orang baik yang akan peduli pada pendidikan anak bangsa.

“Kami hanya berusaha semampu kami untuk ikut berkontribusi menambah pengetahuan anak-anak dan semoga anak-anak semakin giat belajar untuk masa depan yang lebih baik,” ucapnya penuh harap.

Melihat pasangan Agus Pujianto dan istrinya, Munawaroh, yang hanya tamatan SMP namun begitu gigih untuk jihad literasi, membuat rasa malu sekaligus iri langsung menerpa diri saya. Betapa selama ini ternyata masih banyak orang-orang yang begitu gigih memberikan kemanfaatan, meskipun di tengah keterbatasan. Lalu, bagaimana dengan kita? Bagaimana kita bisa ikut meluaskan manfaat seperti halnya pasangan suami istri dari Demak tersebut?

Meluaskan Manfaat Bersama LMI

Saat ini ada banyak cara untuk meluaskan manfaat, khususnya dari apa yang kita miliki, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

Ketika kita memiliki tenaga, kita bisa memberikan manfaat dengan tenaga kita, begitu juga ketika kita memiliki harta, kita bisa memberikan manfaat lewat harta yang kita punya. 

Lalu kemana kita harus menyalurkan dana yang kita miliki? Sedangkan saat ini banyak lembaga abal-abal yang menghimpun dana tanpa izin dan ternyata uang tersebut tidak tersalurkan kepada yang berhak. 

Jangan khawatir ya, Sobat. Mau menyalurkan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf secara aman dan bisa tersalurkan dengan tepat kepada mereka yang berhak? Lembaga Manajemen Infaq (LMI) jawabannya. 

Mengenal LMI Lebih Dekat

Lembaga Manajemen Infaq (LMI) merupakan lembaga filantropi profesional yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang kurang mampu melalui penghimppunan dana sosial berupa zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. 

LMI berdiri pda tahun 1995 dan berpusat di Kota Surabaya, dan seiring bergulirnya waktu, saat ini LMI sudah mempunyai 8 perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. LMI merupakan lembaga penghimpunan dana yang legal dan sudah terdaftar di Kemenkumham (SK Menkumham: AHU-1279.AH.01.04 Thn.2009), Kementerian Agama (SK Mneteri Agama RI: No.672 Thn 2021) dan BWI (SK BWI: 3.300231 Thn.2019).

Program-program LMI

LMI memiliki banyak sekali program dari dana sosial yang sudah terhimpun, sehingga manfaat yang diberikan pun bisa dirasakan pada mustahiq yang lebih luas lagi. Inilah konsep meluaskan manfaat yang dipegang teguh oleh LMI. Selain menyalurkan infak, zakat, fidyah dan wakaf, berikut ini adalah beberapa program yang dimiliki LMI dalam penyaluran dana sosial dalam konteks yang lebih luas.

1. Program Tani Nusantara 

Sumber: IG @lmizakat

Program Tani Nusantara merupakan salah satu program pemberdayaan LMI, yang mana LMI menyalurkan dana bantuan pertanian dengan harapan dapat mengentaskan petani dari jeratan para rentenir dan kesulitan modal usaha ketika akan mulai bertani. Saat ini sudah banyak petani yang terbantu dengan adanya program ini sehingga sedikit demi sedikit bisa melunasi utangnya. 

2. Beasiswa LMI

Sumber: IG @lmizakat

LMI juga menyalurkan beasiswa pendidikan untuk anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu yang sudah berhasil menerima manfaat beasiswa LMI ini adalah Nurliana, yang berhasil lulus FKG sebagai Dokter Gigi. 

3. Program Sedekah Qur’an

Program Sedekah Qur’an merupakan program pemberdayaan bidang dakwah yang dilaksanakan untuk menyalurkan Al Qur’an kepada santri/santriwati di pelosok negeri. Adanya program ini diharapkan bisa menjadi jembatan kebaikan yang tetap kokoh sepanjang masa. 

4. Green Indonesia Project

Green Indonesia Project adalah program LMI dalam rangka merawat dan menjaga alam Indonesia, serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Salah satu gerakan yang sudah dilaksanakan adalah dengan penanaman 10.000 pohon di lereng meratus, juga pada periode Januari-Juli 2022, program ini sudah berhasil menanam 37.500 pohon yang mana setara dengan mengurangi CO2 sebesar 661 ton per tahun. 

5. Pembangunan Huntara (Hunian Sementara)

Huntara atau Hunian Sementara ini dibangun oleh LMI untuk para penyintas bencana alam, salah satu program Huntara yang sudah terealisasi adalah pembangunan Huntara untuk penyintas Gempa Cianjur. 

6. Magang Kampus Zakat 

Sumber: IG @lmizakat

Lewat program kampus zakat yang berafiliasi dengan kampus merdeka, LMI menerima mahasiswa magang yang ingin belajar lebih dalam mengenai Zakat dan dana sosial lainnya. 

7. Qurban Holic

LMI menerima kurban dan meluaskan manfaatnya lewat penyaluran daging kurban ke tempat-tempat yang jauh. Salah satunya penyaluran daging qurban ke saudara muslim di Kampung Wamega, Raja Ampat, Papua. Akses transportasi yang sulit hingga tingkat ekonomi warga yang rendah menjadi penyebab tidak adanya qurban di daerah tersebut, dari itulah LMI hadir untuk membahagiakan para saudara kita di sana agar bisa menikmati daging qurban idul adha. LMI mengemas daging qurban ke dalam bentuk kaleng, sehingga lebih tahan lama sehingga bisa dikirim ke daerah terpencil. 

8. Kado Lebaran

Ada banyak saudara muslim kita yang hanya bisa merayakan Idul Fitri di tengah keterbatasan, oleh sebab itu LMI menyalurkan kado lebaran kepada mereka yang berhak agar mereka tetap bisa tersenyum bahagia saat hari raya tiba.  

Itulah sebagian program yang dilaksanakan oleh LMI, dan masih banyak lagi program-program bermanfaat LMI lainnya yang disalurkan ke dalam beberapa bidang, yaitu:

- Ekonomi

- Dakwah

- Kemanusiaan

- Pendidikan

- Kesehatan

- Qurban

- Ramadan

Bagaimana Cara Zakat, Infak, Wakaf dan Qurban Lewat LMI?

Ingin melakukan zakat, infak, wakaf dan qurban lewat LMI? Caranya mudah sekali, Sobat. Ada beberapa kanal yang memang terbagi khusus untuk melakukan zakat, infak, wakaf, dan qurban lewat LMI. 

1. Wakaf 

Website wakafo.org

Untuk wakaf, Sobat bisa akses website www.wakafo.org, yang merupakan platform pembayaran WAKAF LMI. Caranya sangat mudah dan insyaaAllah terpercaya. Di Wakafo ini, Sobat bisa melaksanakan wakaf uang dengan metode pembayaran secara online atau menggunakan QR Code. Di website ini juga bisa dilihat dengan jelas berapa total muwakif dan berapa total wakaf uang yang sudah diterima, dan semuanya ditampilkan dengan jelas dan transparan. 

2. Infak

Website Infak.in

Sobat ingin berinfak lewat LMI? Sobat bisa mengakses website infak.in yang merupakan platform penyaluran INFAK melalui LMI. Di sini sobat bisa bersedekah dengan mudah dan transparan

3. Qurban

Apabila Sobat ingin berkurban lewat LMI, Sobat juga bisa mengakses website qurbanholic.lmizakat.id. Sobat bisa menggunakan sistem menabung rutin, atau bisa juga dengan ikut membeli hewan kurban lewat LMI. Ketika hari-hari tertentu jelang Idul Adha, LMI juga biasanya mengadakan Flash Sale lho untuk penjualan hewan qurban dengan harga terjangkau. 

4. Zakat

LMI- Kemudahan Berzakat

Selain lewat website, Sobat juga bisa lho membayar zakat, infak dan bersedekah lewat akun official LMI di e-commerce kesayangan Sobat, yaitu 

Shopee: shopee.co.id/lmi.official

Tokopedia: tokopedia.com/lmizakat



Laporan Penyaluran LMI

LMI selalu transparan dalam hal laporan penyaluran dana sosial yang masuk, setiap ada kegiatan, program penyaluran dan lain sebagainya juga selalu terbuka dan diunggah, baik itu di website resmi LMI, lmizakat.id maupun media sosial LMI: IG @lmizakat dan Facebook: lmizakat.org 

Sumber: IG @lmizakat

Langkah LMI untuk selalu berusaha meluaskan manfaat ini juga mendapat apresiasi lewat penghargaan-penghargaan yang diterima, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: 

- Lembaga dengan Fundraising Penggalangan Dana Langsung Terbaik 2022 dalam Indonesia Fundraising Award 2022. 

- LAZ Nasional dengan Pertumbuhan Muzakki Terbanyak dalam Baznas Award 2023.



Dan tentunya penghargaan terbesar bagi LMI adalah bisa melihat senyum orang-orang yang bisa merasakan manfaat lewat bantuan dan dana sosial yang disalurkan oleh LMI kepada masyarakat luas. Senyum para dhuafa, korban bencana, anak-anak penghafal al quran, anak-anak yatim, dan orang-orang yang terbantu dari donasi yang dihimpun LMI adalah kekuatan bagi LMI agar bisa terus meluaskan manfaat. (*)

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” yang diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena 



Referensi:
- Website lmizakat.id
- Website Wakafo.org
- Website Infak.in
- Instagram @lmizakat

Read More