Tampilkan postingan dengan label acara tv. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label acara tv. Tampilkan semua postingan

SUCA 2016 : Tentang Tawa, Tangis Bahagia, dan Kekuatan Emansipasi Wanita

Sabtu, Oktober 15, 2016



Setelah sukses dengan Stand Up Comedy Academy 1 di tahun 2015, Indosiar akhirnya kembali menayangkan ajang pemilihan para komika berbakat di SUCA 2 yang mulai tayang pada 25 Juli 2016 lalu.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan SUCA 1 yang dimenangkan oleh Cemen, Epi Sekuriti, dan Muzdalifah  menjadi alasan utama mengapa Indosiar kembali mengadakan ajang komedi bertajuk Stand Up Comedy Academy 2 yang berakhir pada malam grandfinal 9 September 2016. 

Seperti halnya acara Stand Up Comedy Academy 1, acara Stand Comedy Academy 2 Tahun 2016 ini juga meninggalkan catatan-catatan yang berkesan, bukan hanya tentang komika yang bertanding, akan tetapi juga tentang acara SUCA 2 secara keseluruhan. Dan berikut ini adalah catatan serta kenangan istimewa yang tak boleh dilupakan dari gelaran SUCA 2 Indosiar:

1. Kawah Candradimuka Para Komika

Para Kesatria Komika di SUCA 2

Keberanian Indosiar untuk menayangkan Stand Up Comedy Academy dengan konsep stripping setiap hari pada jam prime time memang patut diacungi jempol. Hal ini tentunya butuh usaha dan kerja keras dari para crew dan pengisi acara untuk menyajikan acara yang berkualitas setiap harinya.

Pengisi acara di sini bukan hanya host, juri, serta mentor saja, akan tetapi termasuk juga para komika sebagai peserta. Para komika memang tidak harus menata panggung atau memandu acara, akan tetapi komika memiliki tugas penting sebagai tokoh utama acara, yaitu mereka setiap hari harus menulis materi berkualitas dan menghadirkannya ke hadapan juri, penonton di studio, serta pemirsa di rumah.

Tentunya butuh kecerdasan tingkat tinggi agar para komika ini bisa menghasilkan punch line-punch line yang bisa mengundang tawa, dan tentunya hal itu tidak mudah, apalagi mereka harus tampil hampir setiap hari ketika peserta sudah mulai mengerucut ke jumlah peserta yang lebih kecil. 

Konsep stripping ini bisa menjadi kawah candradimuka para komika yang mana akan menempa mereka untuk menjadi komika handal. Sehingga hanya komika berkualitas dan mumpuni lah yang mampu bertahan dalam kompetisi ini. 

Apalagi karir para komika ini tentunya tak akan berhenti begitu saja setelah SUCA selesai, sehingga acara Stand Up Comedy Academy ini bisa menjadi tempat atau wahana yang membantu para peserta untuk menjadi komika yang tak hanya lucu, namun juga memiliki mental yang kuat menghadapi dunia stand up comedy yang kompetitif. 

2. Host yang Gaul dan Semprul
Berbeda dengan SUCA 1 yang dipandu oleh host utama Andhika Pratama, Gilang Dirga, dan Gading Marteen yang masih awam tentang dunia komika. Pada SUCA 2 kali ini, ada sedikit perubahan dengan kehadiran Uus yang menjadi host utama bersama Andhika dan Gading, sedangkan Gilang dan Rina Nose menjadi co-host.

Kehadiran Uus ini memang menjadi magnet tambahan dalam acara ini, apalagi chemistry Uus sudah terjalin erat dengan Andhika dan Gading dalam Trio Semprul. Ditambah lagi, di sini Uus bukan hanya sebagai host yang sekaligus seorang komika, sehingga ketika memandu acara seringkali melontarkan punch line khasnya yang tentunya mengundang tawa. 

Karena ini merupakan gelaran SUCA yang kedua kalinya, tentunya para host lainnya seperti Gading, Andhika, serta Gilang sudah cukup memahami tentang dunia komika, sedangkan untuk Rina Nose sendiri, ia pun sudah sering melakukan open mic sehingga dunia stand up bukan lagi hal baru baginya. 

Para host gaul yang sudah memahami dunia komika ini tentunya menjadi salah satu nilai plus, karena dalam memandu acara, mereka tak hanya sekadar melempar guyonan semata, namun mereka juga sudah mampu melemparkan punch line ala komika yang membuat acara semakin meriah dengan tawa lewat aksi kesemprulan mereka. 

3. Bukan Sekadar Mentor
Dari formasi mentor tak ada perubahan dari SUCA 1, karena dalam SUCA 2 ini para komika masih dimentori oleh Isman HS, Daned Gustama, Gilang Bhaskara, Mosidik, Arief Didu. 

Para mentor ini tentunya telah bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk anak didiknya, dan yang paling saya soroti di sini adalah kedekatan antara mentor dengan anak didiknya, bukan hanya sekadar mentor, tapi lebih kepada sahabat dan keluarga. 

Salah satunya adalah ketika Arif Didu terharu dan meneteskan air mata bahagia ketika melihat kemampuan Aci di salah satu penampilannya. Arif Didu mengatakan bahwa ia merasa terharu dan bangga terhadap Aci yang mengalami peningkatan yang pesat. Sikap Arif Didu ini menunjukkan bahwa menjadi mentor bukan hanya sekadar memberikan pengarahan dan masukan dalam hal materi dan penampilan saja, tapi juga harus bisa menjadi motivator, sahabat, serta keluarga yang mampu memahami hati dan perasaan anak didiknya. 

4. Hadiah dari Juri yang Memotivasi

Para Juri dan Mentor SUCA 2

Pada SUCA 2 kali ini bisa dikatakan memiliki deretan juri yang unik dan menarik. Selain Raditya Dika, Ernest, Ge Pamungkas, Pandji, Eko, Abdel, dan Babe Cabita yang sudah menjadi juri di SUCA 1. Dalam gelaran SUCA 2 ini ada tambahan Jarwo Kwat yang tentunya memiliki latar belakang komedi yang tak perlu diragukan lagi kualitasnya. 

Selain juri lelaki, kali ini dalam SUCA 2 juga mendatangkan para artis wanita dibangku juri, sebut saja Luna Maya, Melanie Ricardo, dan Hannah Al Rasyid. Keberadaan para juri wanita ini tentunya menjadi warna baru dalam acara SUCA 2, karena hal ini menjadi daya tarik penonton wanita bahwa acara ini layak ditonton untuk semua kalangan.

Para juri juga tak hanya memberi komentar dan penilaian saja, akan tetapi mereka juga memberikan hadiah untuk para peserta dari kantong pribadi. Seperti Pak Jarwo yang memberikan kasur untuk Aci, serta Raditya Dika yang menjanjikan Aci akan membelikan sepeda motor jika berhasil masuk ke 3 besar. 

Hadiah-hadiah ini diberikan bukan berarti juri pilih kasih antar peserta, namun ini semacam cara lain untuk memberikan motivasi. Misal contohnya Raditya Dika memberikan iming-iming berupa hadiah motor pada Aci karena ia sendiri sebenarnya tak yakin bahwa Aci bisa masuk ke 3 besar. Namun, pada kenyataannya, Aci berhasil masuk ke 3 besar bersama Arafah dan Wawan, sehingga Raditya Dika pun harus memberikan hadiah sepeda motor pada Aci seperti yang telah dijanjikannya. 

5. Bukan Keberuntungan, Tapi Kerja Keras

Grand Finalis SUCA 2

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari acara Stand Up Comedy Academy 2 Indosiar, salah satunya adalah bagaimana suatu keberhasilan didapatkan dari kerja keras, bukan karena sebuah keberuntungan belaka. 

Seperti yang diketahui, 42 peserta yang masuk dalam SUCA 2 ini banyak komika  yang sudah memiliki jam terbang tinggi serta sudah sering open mic. Namun tak sedikit pula komika baru yang belum banyak memiliki jam terbang di panggung stand up comedy, contohnya adalah Aci yang baru terjun ke dunia Stand Up tahun 2015, serta Arafah yang baru beberapa bulan jatuh cinta dengan Stand Up Comedy. 

Namun, keadaan ini tak membuat Arafah dan Aci minder, namun justru semakin memacu mereka untuk lebih bekerja keras, dan seperti dilihat hasilnya, dua komika ini mampu masuk ke grand final bersama dengan Wawan, menyisihkan peserta lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada usaha dan kerja keras yang membuat mereka bisa sampai ke titik ini.  

6. Sisi Manusiawi dalam Stand Up Comedy
Meski SUCA adalah acara komedi, akan tetapi acara ini juga memperlihatkan sisi manusiawi para peserta. Salah satunya adalah sisi percintaan dalam kehidupan komika, yaitu ketika Anyun mendapat kejutan kehadiran gebetannya yang memberikan jawaban atas pernyataan cinta Anyun. Hal ini menunjukkan bahwa komika juga manusia, yang tak hanya punya tawa dan canda, namun juga memiliki rasa dan cinta. 

7. Kuda Hitam dan Emansipasi dalam Tawa

Aci Resti, Juara 1 Stand Up Comedy Academy 2

Jika Arafah adalah salah satu komika yang menonjol dalam SUCA 2, yang mana namanya sering bertengger di trending topic twitter, maka lain halnya dengan Aci Resti yang tak terlalu diperhitungkan, bukan hanya ketika sudah masuk di 42 besar, namun juga sejak audisi. 

Berbeda dengan Arafah yang pada saat audisi mendapatkan kartu ‘Bebas Hambatan’ sehingga dapat langsung melaju panggung 42 besar. Sedangkan Aci hanya mendapat kartu ‘Kesempatan’ yang artinya ia harus deg-degan dan menunggu telepon dari pihak Indosiar, apakah ia akan masuk ke 42 besar ataukah tidak.  

Bisa dikatakan keberadaan Aci Resti memang layaknya kuda hitam, awalnya Aci dianggap sebagai peserta yang tak diperhitungkan, namun perlahan tapi pasti, Aci berhasil membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan yang tak bisa dianggap remeh. Dan yang tak kalah mengejutkan, Aci berhasil membuat semua juri melakukan standing offation dalam beberapa penampilannya, dan ini merupakan rekor dalam gelaran SUCI 1 dan SUCI 2. Dan yang lebih membanggakan lagi, Aci akhirnya berhasil menyabet juara 1 SUCA 2 dan mendapatkan hadiah sebesar 100 juta rupiah. 

Dalam gelaran SUCA 2 ini, bisa dikatakan peserta wanita memang memiliki kemampuan yang mumpuni, dari 3 peserta perempuan, yaitu Aci, Arafah, dan Kokom, dua diantaranya berhasil masuk ke grand final dan berhasil meraih juara 1 dan juara 2. 

Hal ini tentunya membuktikan bahwa dalam SUCA 2 ini emansipasi wanita menjadi salah satu hal yang penting. Jika sebelumnya sosok perempuan sering dijadikan objek materi, maka dengan keberadaan Aci dan Arafah menjadi bukti bahwa wanita itu tak cukup hanya cantik, namun juga harus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang layak dibanggakan. 

Seperti yang dikatakan oleh Ernest Prakasa di malam grand final, selama ini komika perempuan di Indonesia sangatlah minim, namun dengan keberadaan Aci Resti, ia bisa menjadi role model serta inspirasi bagi para wanita yang ingin menjadi komika.  

8. Prestasi Tiada Henti untuk Stand Up Comedy Academy

Di balik acara yang keren, terdapat crew yang keren banget

Stand Up Comedy Academy Indosiar memang tak hentinya mencetak prestasi dengan rating/share tinggi di setiap penayangannya, namun acara ini juga berhasil menyabet penghargaan yang prestisius di dunia pertelevisian. 

Pada tahun 2016 ini sendiri, Stand Up Comedy Academy Indosiar berhasil masuk menjadi nominasi di Indonesian Choice Award (TV Program Of The Year) dan Panasonic Gobel Award (Pencarian Bakat dan Reality Show Terbaik). Serta menjadi pemenang di Indonesian Television Award (Program Prime Non Drama Favorit). 

Dari prestasi ini tentunya menunjukkan kualitas Stand Up Comedy Academy Indosiar serta memperlihatkan bahwa SUCA adalah acara favorit yang selalu dnantikan oleh pemirsanya. 

Apabila penasaran dengan penampilan para peserta di malam grand final, bisa menonton kembali di video berikut ini:



Demikian ulasan saya mengenai Stand Up Comedy Academy Indosiar, selamat untuk Aci, Arafah, dan Wawan. Dan terima kasih untuk Indosiar telah menyajikan acara komedi yang tak hanya menghibur, namun juga berkualitas. (*)
Read More

Memetik Hikmah Kehidupan dari Para Pencari Tuhan

Jumat, Juni 17, 2016


Membincang tentang acara televisi kala Ramadhan tentunya tak akan lengkap jika tidak menyebut Serial ‘Para Pencari Tuhan’ yang sudah menemani waktu sahur masyarakat muslim Indonesia dari JILID 1 hingga JILID 9.

Tak bisa dipungkiri bahwa Serial Para Pencari Tuhan memang sudah mencuri perhatian pemirsa sejak pertama kali tayang di layar SCTV, tepatnya tanggal 16 September 2007. Para Pencari Tuhan serupa oase di tengah banyaknya acara sahur yang terlalu banyak canda tapi minim ajakan untuk lebih bertaqwa.

Deddy Mizwar dan tim produksi begitu jeli bagaimana meramu cerita dakwah yang tidak terkesan menggurui, namun tetap mampu diterima oleh pemirsa. Penempatan tokoh utama Bang Jack (Deddy Mizwar) sebagai marbot musholla menjadi daya tarik tersendiri, kisah kehidupannya yang menjadi ‘guru’ para mantan narapidana, Barong, Juki, Chelsea (Trio Bajaj) dalam mencari jalan kebenaran menjadi pemantik yang apik sebagai awal cerita.

Trio Bajaj yang notabene nya adalah pelawak di kehidupan nyata mereka menjadi sebuah pertanda bahwa serial ‘Para Pencari Tuhan’ adalah kisah dakwah dan kehidupan masyarakat yang disisipi dengan humor sehingga terasa ringan namun berisi.

Selain Trio Bajaj, ada pula tokoh Aya (Zaskia Adya Mecca), yang menjadi pioner hijaber muda di kalangan artis juga berhasil memikat pemirsa lewat aktingnya sehingga mampu menarik pemirsa di kalangan remaja dan dewasa muda.

 

Setiap Manusia Memiliki Sisi Kebaikan
Berbeda dari serial TV atau sinetron kebanyakan yang memiliki tokoh antagonis yang selalu diceritakan sebagai sosok yang jahat, penuh dendam, dan selalu ingin mencelakakan tokoh protagonis. Maka di sinetron Para Pencari Tuhan, tak ada tokoh yang benar-benar antagonis, meskipun ada beberapa tokoh yang kadangkala sifatnya menjengkelkan, namun ia tetap memiliki sisi baik.

Sebut saja Pak Jalal (Jarwo Kwat), seorang paling kaya di kampung yang seringkali memamerkan kekayaannya, tapi di sisi lain ia juga seseorang yang dermawan. Begitu juga dengan Pak RW yang kerap bertindak mencari keuntungan pribadi lewat jabatannya, akan tetapi ia tetaplah suami yang penuh cinta terhadap istrinya.  

Lewat para tokoh-tokohnya, ‘Para Pencari Tuhan’ seolah ingin menyampaikan bahwa setiap manusia tak ada yang sepenuhnya jahat, yang ada adalah mereka yang khilaf hingga akhirnya memilih jalan hidup yang salah, karena sesungguhnya setiap orang memiliki sisi baik, dan hendaknya kita melihat orang tak hanya dari satu sisi saja, tapi juga dari beragam sisi. 

Pemeran Para Pencari Tuhan Jilid 1 - Jilid 9 (Sumber: sctv.co.id)

Kisah Kehidupan Para Pencari Tuhan
Selama JILID 1 hingga JILID 9, bisa dikatakan ‘Para Pencari Tuhan’ menyajikan cerita yang kompleks lewat setiap tokoh dan cerita kehidupannya. Bang Jack, mantan Tukang Jagal yang kemudian beralih menjadi marbot musholla At Taufiq sekaligus penjual bunga menjadi sentral cerita, seolah ingin mengingatkan kita sebagai pemirsa bahwa kita seringkali lupa dengan masjid dan musholla, padahal lewat masjid dan musholla, dalam sehari, lima kali kita diseru untuk beribadah, akan tetapi kita seringkali tak acuh dengan seruan itu.
Trio Barong, Chelsea, dan Juki yang secara tak sengaja ‘terdampar’ di musholla At-Taufiq setelah bebas dari penjara, hingga akhirnya mereka mendapatkan jalan kebenaran dan hidayah untuk bertaubat.

Kehidupan orang kaya dan orang miskin pun ditampilkan lewat Pak Jalal sebagai orang terkaya yang tinggal di rumah megah dan Asrul sebagai orang miskin yang terus berusaha untuk bersyukur kepada Allah, juga Udin, hansip yang miskin dan sering tertimpa kesulitan karena ulahnya sendiri.  

Kemudian ada juga Aya, Azzam, dan Kalila, tiga sosok muda yang terus berusaha belajar untuk saling memahami, juga sosok Ustadz Feri (Akrie Patrio) yang menjadi gambaran sebagai ustadz kampung yang berusaha bertahan untuk terus menyebarkan kebaikan meski dihimpit kekurangan dalam perekonomian.

Tampilan para pemimpin pun diwakili oleh sosok Trio RW (Pak Idrus, Pak Hakim, dan Pak Yos) yang seringkali culas dan mencari celah untuk mengelabui warga demi keuntungan pribadi, menjadi sebuah sentilan bagi pemimpin negeri ini yang kerap lebih mementingkan perut sendiri.

Selain para tokoh-tokoh tetap yang hadir di setiap JILID ‘Para Pencari Tuhan’, kehadiran tokoh-tokoh baru juga membawa cerita kehidupan yang bisa menjadi pembelajaran. Seperti tokoh Baha (Tora Sudiro), sahabat Asrul yang hadir pada JILID 2 dan JILID 3, serta Domino (Alfie Alfandi) yang muncul pada JILID 8 dan JILID 9 sebagai keponakan Bang Jack, memberikan pembelajaran bahwa meski seseorang memiliki masa lalu yang buruk, akan tetapi mereka berhak untuk bertaubat dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Setiap tokoh dalam ‘Para Pencari Tuhan’ memang memberikan gambaran realita kehidupan, bagaimana setiap manusia memiliki cerita kehidupannya masing-masing juga masalahnya masing-masing, karena yang paling penting adalah tidak berputus asa dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Tak Hanya tentang Ramadhan
Meski hadir pada bulan Ramadhan, akan tetapi kisah ‘Para Pencari Tuhan’ lebih banyak menceritakan kisah dengan setting waktu di luar bulan Ramadhan. Apabila diputar ulang, ‘Para Pencari Tuhan’ mengambil setting waktu ramadhan hanya pada JILID 1 saja, sedangkan pada JILID-JILID selanjutnya lebih memilih untuk menggunakan setting waktu di luar bulan Ramadhan.

Kenapa begitu? Mungkin bisa jadi karena ‘Para Pencari Tuhan’ ingin mengambil lebih banyak sudut pandang cerita yang lebih puas, tidak hanya berkisar sahur, tarawih, buka puasa, dan zakat, karena sesungguhnya permasalahan manusia itu kompleks dan luas. Sehingga ‘Para Pencari Tuhan’ pun melebarkan setting waktunya agar bisa mengakomodir permasalahan dan gejala sosial lain yang sedang terjadi.

Seperti misalnya, pada JILID 6 ada sentilan tentang maraknya penggunaan facebook sehingga membuat masyarakat menjadi tidak produktif karena lebih banyak berinteraksi dan hidup di dunia maya. Juga pemaparan tentang gejala sosial dan politik lewat cerita Pemilihan RW baru pada JILID 7 yang berusaha menghadirkan miniatur PEMILU di Indonesia.  

Roda Kehidupan Para Pencari Tuhan
Kehidupan manusia itu seperti roda, kadang di atas, namun sewaktu-waktu bisa beralih ke bawah. Allah Maha Kuasa, bisa membolak-balikkan kehidupan manusia, seperti itulah hidup manusia yang coba digambarkan oleh ‘Para Pencari Tuhan’.

Pada awal cerita, Chelsea, Barong, Juki, adalah mantan narapidana yang mencari ilmu dan menempuh jalan taubat lewat bimbingan Bang Jack dan Ustadz Feri. Namun, roda kehidupan mereka berputar, hingga pada JILID 5 berhasil menjadi artis terkenal.  

Kemudian ada juga Pak Jalal yang sejak JILID 1 adalah orang kaya, pada JILID 4 diceritakan bahwa bisnis Pak Jalal bangkrut total hingga ia tak memiliki apa-apa lagi dan harus tinggal di gubuk yang dulu pernah ditinggali Asrul. Akan tetapi, dari hidupnya yang jungkir balik tersebut, Pak Jalal yang awalnya sedikit pongah mulai merenung hingga akhirnya berubah menjadi pribadi yang lebih zuhud.

Berbeda dengan Pak Jalal, Asrul yang awalnya miskin, pada JILID 4 berubah menjadi kaya lewat dagangan soto yang resepnya diwariskan oleh Baha (Tora Sudiro), sahabat Asrul yang telah meninggal pada JILID 3.
Namun, lagi-lagi roda kehidupan kembali berputar, pada JILID 6, perekonomian Pak Jalal mulai membaik, sedangkan Asrul justru bangkrut dan kembali jatuh miskin. Kisah tentang berputarnya roda kehidupan ini tentu saja mengingatkan kita bahwa ‘TIADA KEKUATAN SELAIN ALLAH’ dan kita harus selalu ingat 5 perkara sebelum 5 perkara (Hidup sebelum Mati, Kaya sebelum Mati, Muda sebelum Tua, Lapang sebelum Sempit, Sehat sebelum Sakit).

Cinta Romantis, Cinta yang Elegan
Hidup tentunya akan menjadi lebih berwarna dengan kehadiran rasa yang disebut cinta, begitu juga dalam ‘Para Pencari Tuhan’ yang tak luput dengan bumbu-bumbu kisah cinta yang dihadirkan.   

Berbeda dengan sinetron-sinetron lain yang mana romantisme kisah cinta anak manusia ditampilkan lewat adegan-adegan peluk cium antara yang bukan mahram. Maka, romantisme cinta dalam ‘Para Pencari Tuhan’ tampil dengan sopan dan elegan.

Meski tak ada adegan peluk cium, tapi kisah-kisah cinta tersaji apik, tak berlebihan, tak juga kurang, semuanya terasa pas namun tidak pasaran. Sebagaimana kisah cinta antara Aya dan Azzam yang mulai tumbuh sejak kanak-kanak, jiwa pantang menyerah Azzam yang terus mengejar Aya meski telah melamar tiga kali dan tiga kali pula ditolak, juga kecanggungan hati mereka yang harus melewati ujian kisah cinta segitiga dengan Kalila, hingga akhirnya mereka menikah.

Namun, kisah cinta mereka pasca pernikahan pun tak berjalan mulus, ada ujian tentang kehilangan buah hati, juga pertengkaran-pertengkaran yang membuat mereka saling memendam kesal sekaligus rindu.

Selain kisah cinta Aya dan Azzam yang rumit, ada pula kisah cinta Chelsea dan Marni, juga Barong dan Dara, dan tak lupa kisah cinta dalam usia puber kedua dihadirkan pada JILID 5 antara Bang Jack yang jatuh cinta dengan Bu Widya (Henidar Amroe), ibunda Azzam. Bang Jack meski telah bersusah payah mencuri perhatian Bu Widya, namun Bang Jack harus berlapang dada ketika Bu Widya memilih Om Wijoyo (Slamet Rahardjo).

Kisah-kisah cinta dalam ‘Para Pencari Tuhan’ tak hanya menampilkan perjuangan cinta, akan tetapi juga keikhlasan melepaskan orang yang dicintai demi melihat orang yang dicintai tersebut bahagia. Karena sesungguhnya Jodoh, Rezeki, dan Maut, adalah Kekuasaan Allah SWT.

Tak Sekadar Lewat Mimbar
‘Para Pencari Tuhan’ ini memang bisa dikategorikan sebagai serial atau sinetron Dakwah, karena tidak hanya bisa menjadi tontonan, akan tetapi juga tuntunan. ‘Para Pencari Tuhan’ sebagai sebuah tayangan di layar kaca memang menjadi media dakwah yang tepat bagi masyarakat di era teknologi saat ini, karena Dakwah bisa dilakukan lewat media apa saja, tak sekadar lewat mimbar.  

Menurut bahasa, Dakwah berarti ajakan, dan secara epistimologis, dakwah adalah proses komunikasi yang memiliki beberapa unsur, yaitu: 1. Dai (Penyampai Dakwah), 2. Mad’u (Penerima Dakwah), 3. Maddah (Materi Dakwah), 4. Wasilah (Media Dakwah), 5. Thariqah (Metode Dakwah).

Jika dilihat dari unsurnya, ‘Para Pencari Tuhan’ adalah tayangan televisi yang menjadi Wasilah atau Media dakwah, yang disampaikan oleh para kreator yang bergerak di belakang maupun depan layar untuk menyampaikan pesan dakwah masyarakat sebagai Mad’u.

Pesan-pesan dakwah atau materi dakwah pun tersaji apik lewat rangkaian cerita dari JILID 1 hingga JILID 9 yang mana memberikan teladan serta contoh kebaikan lewat peran-peran dalam kisah tersebut. Hal ini sejalan dengan surat Al Quran tentang dakwah yaitu Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk(QS. An Nahl : 125).

Semoga ke depannya ‘Para Pencari Tuhan’ tetap bisa menebarkan kebaikan, menjadi pioner sinetron religi yang tak hanya menjadi tontonan, tapi juga tuntunan yang selalu dinantikan pemirsa saat Ramadhan tiba. (*)
Read More

SUCA 2015 : Menebar Tawa ke Seluruh Indonesia

Minggu, Desember 13, 2015



Tak terasa SUCA 2015 telah selesai, namun atmosfer tawa Stand Up Comedy Academy 2015 terbukti tak berhenti begitu saja. Stand Up Comedy Academy 2015 Indosiar telah berhasil menyihir para penonton seluruh Indonesia, penonton yang awalnya terpaku pada sinetron, telah beralih menjadi penonton setia Stand Up Comedy Academy 2015 Indosiar.

Sejak awal 2000-an, Indosiar memang selalu berhasil menawarkan suguhan acara menarik lewat ajang pencarian bakat yang menjadi booming dan disukai pemirsanya. Sejak AFI, Mamamia, Dangdut Academy Indosiar, dan yang teranyar adalah Stand Up Comedy Academy 2015. 

Ada beberapa hal menarik yang perlu dicatat tentang acara Stand Up Comedy Academy Indosiar 2015 yang mulai ditayangkan perdana pada 5 Oktober 2015. Berikut ini adalah catatan menarik seputar gelaran SUCA Indosiar 2015 tersebut :

1. Acara Stand Up Comedy Stripping Pertama

Stand Up Comedy Academy Indosiar adalah acara stand up comedy pertama yang berani tayang stripping, setiap hari senin hingga hari kamis pukul 20:00 WIB. 

Ini adalah keberanian acara yang memiliki tagline ‘Lucunya Tuh Di sini’ ini, kepercayaan diri untuk menyuguhkan acara yang berbeda bagi masyarakat Indonesia ternyata berbuah manis dengan semakin dikenalnya Stand Up Comedy oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Siaran Indosiar yang memiliki jangkauan luas dan bisa ditangkap hingga ke pelosok Indonesia, memungkinkan banyak orang bisa menikmati acara SUCA Indosiar 2015. Ini menjadikan masyarakat pun mempunyai pilihan tontonan yang menarik serta menghibur.

Tayang stripping mengharuskan SUCA 2015 harus menyuguhkan comic yang berbeda setiap harinya, dengan membagi peserta menjadi 4 (empat) grup (yang 1 comic dieliminasi setiap harinya) adalah pilihan terbaik karena penonton tidak akan bosan karena mereka dapat menonton berbagai macam comic dengan materi serta persona yang berbeda setiap harinya.    

Pilihan untuk tayang stripping ini memang sebuah pilihan yang cerdas, dengan jadwal tayang yang singkat, sejak 05 Oktober 2015 hingga grand final pada 13 November 2015, menjadikan masyarakat pun menjadi semakin penasaran dengan kelanjutan SUCA Indosiar season 2.

2. Acara Stand Up Comedy Pertama di Jam Prime Time

Selain tayang stripping, SUCA 2015 adalah acara stand up comedy pertama yang berani tayang di jam prime time. Di tengah kepungan acara sinetron, Indosiar menjadi pioneer acara stand up yang tayang di jam prime time. Sebenarnya ini menjadi pertaruhan bagi Indosiar, bukan hanya karena penonton Indonesia masih menjadikan sinetron sebagai tontonan primadona, tapi juga karena stand up comedy belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Jika dilihat dari komentar yang ada di media sosial, khususnya twitter, awalnya banyak yang memberikan komentar miring bahwa SUCA 2015 tidak akan sukses. Namun, semua komentar miring itu akhirnya terbantahkan, sejak episode perdana, SUCA 2015 telah berhasil menyita perhatian masyarakat. Ini terbukti dari rating/share SUCA 2015 yang selalu tinggi dan selalu menjadi trending topic di twitter. 

3. SUCA Tak Membedakan Peserta

Memang benar apa kata Pandji dalam blognya bahwa stand up comedy itu bukanlah milik satu stasiun televisi saja. Tidak ada comic TV A, comic TV B, atau comic TV C. Comic adalah comic, mereka menebarkan tawa untuk semua orang, bukan untuk golongan tertentu saja. 

Hal ini pun bisa dilihat bahwa SUCA 2015 yang tidak membedakan peserta, baik itu yang sudah sering tampil di televisi seperti Yudha Keling, Beni, Lolox, dan Heri Hore ataupun comic yang belum pernah seperti Musdalifah yang justru berhasil menyabet juara 3. 

Ini menunjukkan jika SUCA 2015 memang memandang kualitas, bukan memandang frekuensi seringnya tampil di televisi.  

4. Juri yang Mumpuni

Selain Eko Patrio, Abdel, dan Shoimah, kehadiran Raditya Dika, Pandji, dan Ernest Prakasa sebagai juri memang menjadi magnet tersendiri bagi. Selain karena mereka adalah comic yang sudah tidak diragukan lagi kiprahnya di dunia stand up comedy, kehadiran Radit, Pandji, dan Ernest juga menjadi tanda bahwa Indosiar benar-benar serius ingin melahirkan comic-comic yang berkualitas lewat acara Stand Up Comedy Academy Indosiar 2015 ini. 

Kenapa juri SUCA begitu banyak? Bukankah hanya Radit, Pandji, dan Ernest saja sudah cukup? Lalu kenapa harus ada Eko Patrio, Abdel, dan Shoimah? 

Kehadiran juri yang notabene dari dua generasi yang ‘berbeda’ ini menurut saya adalah cara yang jitu untuk menarik penonton. Radit, Pandji, dan Ernest untuk menarik penonton generasi muda yang sudah kenal dekat dengan sosok mereka. Sedangkan Eko Patrio, Abdel, dan Shoimah untuk menarik penonton dari generasi tua yang memang lebih mengenal mereka. Meskipun Abdel juga seorang comic, tapi masyarakat lebih mengenalnya sebagai pemain sinetron dan sebagai host pendamping Mamah Dedeh.   

Ketika salah satu dari Raditya Dika, Pandji, dan Ernest, SUCA Indosiar 2015 juga seringkali mendatangkan juri tamu dari kalangan comic, sebut saja di antaranya Babe Cabita, Ge Pamungkas, dan Kemal Pahlevi. Ini menunjukkan jika SUCA Indosiar 2015 memang ingin terus menjaga pakem standarisasi kualitas penilaian para finalis yang tampil.  

5. Host SUCA dan Mata Pelajaran Stand Up Comedy

Awalnya saya sempat bingung kenapa Host acara SUCA Indosiar 2015 adalah Gading Marteen, Gilang DIrga, dan Andhika Pratama yang notebene-nya masih awam dengan dunia stand up comedy. 

Akan tetapi semakin ke sini, saya semakin paham kenapa host yang dipilih adalah Gading, Gilang, dan Andhika, yaitu dikarenakan trio host ini secara tidak langsung mewakili para penonton yang juga masih banyak tidak paham dengan istilah-istilah asing di dunia stand up comedy. 

Pertanyaan-pertanyaan Gading, Gilang, serta Dhika kepada peserta, juri, maupun mentor menjadi pengetahuan baru bagi penonton. SUCA 2015 seperti sebuah sekolah, dimana penonton sedang belajar mata pelajaran stand up comedy dengan segala teori, tekhnik, serta istilah asing seperti act-out, punch line, persona, beat, dan masih banyak lagi. Saya yakin banyak ilmu tentang stand up comedy ini yang terserap oleh para host dan penonton, hal ini memang terbukti dengan tampilnya para host untuk stand up comedy yang ternyata menghasilkan ledakan tawa penonton karena materinya ‘Grrrrrrrrr nya berantakan’.    

6. Benang Merah Tawa

SUCA 2015 berhasil menghadirkan konsep stand up comedy yang berbeda, selain karena adanya pembagian finalis per grup, juga ada mentor untuk para peserta. Untuk mentor para finalis, adalah para comic yang sudah banyak malang melintang di dunia stand up comedy, yaitu Isman HS, Daned Gustama, Gilang Bhaskara, Mosidik, Arief Didu.

Keberadaan mentor yang juga hadir di panggung ini menjadikan benang merah tawa terasa semakin panjang. Jadi, bukan hanya para finalissaja yang berhasil menghasilkan tawa penonton, akan tetapi juga para juri, host, dan mentor berhasil mengulurkan benang merah tawa yang membuat para penonton tak berhenti tertawa. 

7. Bintang Tamu Istimewa

Setiap episode, SUCA Indosiar 2015 kerap menampilkan bintang tamu, tak hanya dari para comic, tapi juga dari kalangan selebritis. Sebut saja Saipul Jamil dan Zaskia Gotik. 

Kehadiran Saipul Jamil yang menjadi bahan Roasting (Rangkaian joke yang dilontarkan comic untuk meledek seseorang yang dijadikan sasaran) pada penampilan 4 (empat) besar.

Selain Saipul Jamil, ada pula bintang tamu yang menurut saya kahadirannya paling epic diantara bintang tamu lainnya, yaitu Zaskia Gotic yang datang khusus untuk memberi kejutan pada Cemen di malam Grand Final SUCA 2015. 

Kenapa saya bilang paling Epic? Karena Cemen seringkali menggunakan Zaskia Gotic sebagai bahan materi dalam stand up nya atas dasar rasa suka fans kepada artis juga atas dasar kedekatan sebagai warga Cikarang. 

8. Grand Final yang Selalu Terkenang

Bagi saya, malam Grand Final SUCA 2015 adalah salah satu episode terbaik dari SUCA 2015. Selain karena Cemen, Ephy, dan Musdalifah sebagai tiga besar berhasil membangun tawa maksimal penonton. Malam Grand Final juga menjadi sejarah acara stand comedy yang mendapat rating share tertinggi yaitu 6,6/34%, serta menempati Tranding Topic Indonesia di posisi pertama. 

Pada malam Grand Final juga menjadi malam yang penuh tawa, tak hanya karena penampilan para finalis, tapi juga karena kehadiran Zaskia Gotic yang khusus datang untuk menemui Cemen.

Cemen tentunya sangat terkejut ketika Zaskia Gotic datang, dan menghadiahinya kecupan serta ‘folback’ di instagram Cemen. Malam Grand Final SUCA 2015 akhirnya menghasilkan Cemen sebagai juara 1, Ephy sebagai juara 2, serta Musdalifah sebagai juara 3. 

Acara Stand Up Comedy Academy 2015 memang banyak memberikan konsep yang berbeda serta menjadi suguhan yang menarik bagi penonton. Ada banyak kelebihan dalam acara Stand Up Comedy Academy 2015, meski begitu bukan berarti tidak ada kekurangan. Salah satu kekurangan yang menurut saya cukup mencolok adalah tampilan panggung SUCA 2015 pada saat Grand Final yang terasa biasa saja.

Seharusnya panggung Grand Final harus berbeda dan lebih megah, tampilan panggung Grand Final yang tak berubah membuatnya menjadi panggung Grand Final rasa Audisi. Kenapa tata panggung penting? Selain karena menjadi tontonan yang istimewa untuk penonton, juga sebagai penghargaan bagi para finalis 3 besar yang sudah berhasil melaju ke Grand Final.

Demikian hasil review saya untuk acara Stand Up Comedy Academy Indosiar 2015. Selamat untuk Cemen, Ephy, dan Musdalifah sebagai juara SUCA 2015, serta tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk Indosiar dan Stand Up Comedy Academy 2015 yang telah berhasil menebarkan tawa ke seluruh Indonesia.(*)
Read More