Menggali Inspirasi Dari Para Pejuang Mimpi

Senin, Maret 09, 2015


Judul Buku      : Pasukan Matahari
Penulis             : Gol A Gong
Penerbit           : Indiva Media Kreasi
Halaman          : 368 halaman
Tahun              : Cetakan Pertama, September 2014
ISBN               : 978-602-1614-43-3
Peresensi         : Richa Miskiyya*

‘Bahwa cinta datang kepada kita, tanpa bertanya soal jati diri. Maka peluklah cinta. Dia datang dari muasal, diri kita sesungguhnya’

Perbedaan merupakan keniscayaan di dunia ini, Tuhan menciptakan manusia berbeda rupa, berbeda suku, dan berbeda budaya untuk saling kenal-mengenal. Akan tetapi seringkali manusia menciptakan perbedaan dengan jarak terlalu lebar, tentang kaya dan miskin, tentang cantik dan buruk rupa, atau tentang pejabat dan rakyat jelata. 

Perbedaan status sosial dan pangkat ini kerap menjadikan suatu kelompok menjadi tersisih dan merasa menjadi yang termarginalkan hingga akhirnya menyingkir pelan-pelan. Benarkan perbedaan menjadi suatu batu sandungan untuk meraih masa depan? Atau perbedaan itu justru menjadi pijakan jembatan untuk meraih impian?   

Hidup sebagai orang ‘berbeda’ inilah yang harus dijalani oleh Doni, tokoh utama dalam novel Pasukan Matahari ini. Perjalanan hidup yang tak mudah sebagai seorang lelaki yang tak sempurna dari segi fisik, bukan dalam hal ketampanan, melainkan karena Doni harus merelakan tangan kirinya diamputasi karena sebuah kecelakaan ketika ia bermain saat masih kecil.

Pada bab-bab awal novel ini dimulai dengan mengisahkan Doni dewasa yang bekerja sebagai wartawan. Ia dan keluarganya berencana untuk pergi ke anak gunung Krakatau, menepati janji bertemu dengan sahabat-sahabat masa kecilnya. Namun, sebelum ke anak Gunung Krakatau, Doni ingin napak tilas perjalanan hidupnya, kembali ke Kampung Menes, tanah kelahirannya

Di awal novel, diceritakan bahwa Doni memiliki keluarga yang bahagia dengan karir yang bagus di bidang penulisan, jika dibayangkan sungguh hidup yang sempurna. Namun, ketika masuk ke bab-bab selanjutnya barulah terbentuk garis merah cerita, sebuah perjuangan di tengah keterbatasan.

Demi menepati janji puluhan tahun silam untuk mendaki anak Gunung Krakatau, Doni rela resign dari pekerjaannya sebagai wartawan untuk bertemu dengan Pasukan Semut dan Empat Matahari, sahabat-sahabat di masa kecilnya (halaman 44).

Sebuah perjalanan memang tidaklah mudah, ada banyak halangan dalam perjalanan Doni kembali ke kampung halaman, akan tetapi hal tersebut tak menyurutkan semangatnya. 

Sesampainya Doni dan Keluarganya di rumah masa kecilnya, kenangan Doni kembali berkejaran. Kisah tentang pohon seri di halaman rumah pun bergulir. Sebuah pohon berusia puluhan tahun yang menjadi titik balik kehidupan Doni hingga ia harus kehilangan satu tangannya. 

Ya, sebuah kenakalan semasa kanak-kanaknya dulu membuat tangan Doni patah hingga akhirnya harus diamputasi. Pasukan Semut, kelompoknya bersama tujuh sahabatnya menjadi saksi mata tragedi di sore hari itu. Semua berpikir segalanya akan baik-baik saja, hingga dokter memvonis jika tangan Doni harus segera diamputasi atau Doni tak akan memiliki umur panjang. (halaman 181).

Menyadari jika anaknya kehilangan satu tangan, membuat ayah dan ibu Doni sangat terpukul dan menyesal karena merasa tak bisa menjaga anaknya dengan baik. Doni pun merasakan hal yang serupa, dalam benaknya ada banyak ketakutan. Ia takut diolok-olok, ia takut tak bisa menjadi pilot seperti mimpinya, dan ia takut jika tak bisa bermain bersama-sama lagi dengan sahabat-sahabatnya di Pasukan Semut. 

Namun, kekhawatiran Doni mulai sirna, ketika ia satu kamar dengan Ujer, Herman, dan Yayat di rumah sakit. Ujer, Herman, dan Yayat juga harus rela kehilangan salah satu anggota tubuhnya di masa kanak-kanak mereka. 

Ujer, Herman, Yayat, dan Doni akhirnya bersahabat erat dan membentuk kelompok bernama Empat Matahari. “Kita berempat ini walaupun tubuh kita cacat, tapi otak kita menyinari dunia.” (halaman 207).

Perlahan tapi pasti, kepercayaan diri Doni pun kembali bangkit, apalagi ketika Pasukan Semut datang ke rumah sakit dan tetap menganggap Doni sebagai sahabat. Pasukan Semut dan Empat Matahari pun kemudian mengucap ikrar bersama jika mereka akan berusaha untuk menggapai mimpi mereka masing-masing dan mereka suatu hari kelak akan bertemu kembali setelah semua mimpi-mimpi mereka tercapai.


Semangat Mengejar Mimpi
Doni awalnya bercita-cita menjadi pilot agar bisa keliling dunia, tapi kemudian ia harus pasrah ketika satu tangannya harus diamputasi. Namun, ia tetap berjuang keras untuk menjadi pintar sehingga tetap bisa keliling dunia seperti mimpinya.

Dalam novel ini perjalanan dan semangat yang dimiliki Doni tak hanya tercermin dari kekuatan para sahabat, akan tetapi juga kekuatan orang tuanya yang tetap tabah dan berusaha menyemangati dan menemani Doni mencari kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana ayahnya mengajarinya bermain bulu tangkis juga menyediakan perpustakaan kecil untuk menghalau kesedihan anaknya. Tuhan memang Maha Adil, ketika seseorang kehilangan sesuatu, Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih baik. 


Novel ini memanglah masuk dalam kategori buku fiksi, akan tetapi novel ini juga menjadi semacam autobiography oleh Gol A Gong yang juga memiliki ketidaksempurnaan di tangan kirinya. Membaca Pasukan Matahari layaknya membaca kisah hidup penulisnya sendiri yang penuh inspirasi.(*)
    
*Richa Miskiyya, penikmat novel, tinggal di Grobogan



Read More

Perjalanan Hati Mencari Makna Kesetiaan Sejati

Jumat, Maret 06, 2015


Judul Buku       : Assalamualaikum Beijing!
Penulis             : Asma Nadia
Penerbit           : Asma Nadia Publishing House
Halaman          : viii + 360 halaman
Tahun              : Cetakan III, Februari 2014
ISBN              : 978-602-9055-25-2
Peresensi         : Richa Miskiyya*


Di antara rembulan yang tersembunyi dalam gelap dan gemerisik angin yang datang dari kejauhan, ke mana akan kubisikkan cinta?’

Cinta merupakan anugerah yang dapat dirasakan setiap manusia, seringkali cinta datang tanpa diduga, namun tak jarang untuk meraih cinta ada banyak liku yang harus dihadapi. Manusia selalu punya harapan besar untuk meraih cinta dengan jalan yang mudah, namun manusia hanya memiliki rencana, sedangkan kepastian tetap dalam kuasa Yang Maha Esa.

Perjalanan hati memang tak selamanya sesuai keinginan, selalu ada kerikil atau batu sandungan yang menghadang, tentang godaan nafsu yang bisa menggoyahkan iman, juga tentang kesetiaan yang harus dipertaruhkan. Hingga selalu ada pertanyaan, masihkah ada kesetiaan di dunia ini?

Pertanyaan tentang kesetiaan inilah yang harus dihadapi oleh Asmara, tokoh utama dalam novel Assalamualaikum Beijing! Karya Asma Nadia. Kisah dalam novel ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan sekaligus jawaban kehidupan, tentang keimanan, kerinduan, kesetiaan, juga tentang harapan.

Pada bab-bab awal novel ini menjadi bagian pengenalan tokoh serta konflik yang menjadi pemantik cerita. Bagaimana konflik para tokoh dijalin apik dengan porsi yang tepat, sehingga para tokoh di dalamnya terasa hidup dengan ungkapan emosi yang mampu membuat pembaca masuk ke dalam kerumitan hidup tokoh Asmara.

Asmara, sosok perempuan sederhana yang ceria, tiba-tiba harus dihadapkan pada keadaan yang membuat semua mimpi indahnya tentang pernikahan hancur seketika. Lebih menyakitkannya lagi, yang menghancurkan impiannya itu adalah Dewa, calon suaminya sendiri, lelaki yang sebelumnya selalu membuatnya tersenyum di kala duka.

Asma – nama kecil Asmara- kemudian dihadapkan pada dinding pengkhianatan yang menjulang, hingga membuatnya harus takhluk dan mengambil keputusan, pergi dari sisi Dewa agar lelaki itu bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.    

Mengambil keputusan besar dengan mengorbankan semua harapan dan impian bukanlah sesuatu yang mudah bagi Asma. Ia harus meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat, mengikhlaskan Dewa untuk menjadi suami wanita lain serta menjadi ayah dari janin yang dikandung perempuan itu (halaman 65).

Demi menghapus duka di hatinya, Asma akhirnya menerima tawaran pekerjaan dari kantornya untuk melakukan liputan ke Beijing. Awalnya, Asma menganggap ini adalah perjalanan dinas sekaligus liburan semata, hingga kemudian ia bertemu dengan Zhongwen, lelaki berahang kukuh serta pemilik senyum serupa matahari.

Ketika mendengar Asma menyebutkan namanya, pikiran Zhongwen langsung tertuju pada Ashima, sosok putri jelita dalam legenda cinta dari daratan China.

Pertemuan singkat antara Zhongwen dan Asma di bus Bandara, membuat Zhongwen merasakan ada sesuatu yang berbeda, suatu perasaan yang membuat Zhongwen ingin lebih mengenal sosok Asma. Hingga kemudian takdir kembali mempertemukan mereka di Masjid Niujie, salah satu masjid tertua di Xuanwu Distrik (halaman 95).

Tanpa diminta, Zhongwen dengan rela hati menemani Asma untuk berkeliling menyusuri Hutong seraya bercerita tentang legenda cinta Ashima dan Ahei. Sebuah legenda cinta tentang pengorbanan dan kesetiaan.

Dialog dengan Zhongwen berlanjut setelah Asma kembali ke tanah air. Mereka masih rutin bercakap –cakap melalui beberapa instant messenger dan skype. Sesekali Zhongwen mengejutkannya dengan kiriman teks di ponsel, menelepon atau mengiriminya kartu pos dengan gambar-gambar indah negeri China (halaman 125).

Sekar, sahabat dekat Asma begitu bahagia ketika mendengar cerita tentang Zhongwen dan berharap jika Zhongwen adalah jodoh terbaik bagi Asma. Namun, Asma tak ingin berpikiran terlalu jauh, selain karena masih ada keraguan dalam hati Asma tentang cinta, juga karena ia harus menghadapi penyakit yang diam-diam menggerogoti tubuhnya, Antiphospholipid Syndrome, sindrom pengentalan darah yang bisa mengakibatkan gangguan di organ-organ vital tubuhnya.

Meraih sesuatu bisa jadi cukup mudah, namun ketika sudah mendapatkannya, masihkah ada kesetiaan yang mampu untuk dijaga? Hal inilah yang coba dicari tokoh Asmara, sebuah pencarian hati tentang makna kesetiaan sejati.

Novel ini memberikan inspirasi tentang harapan dan semangat kehidupan, sebab begitu manusia mengangkat wajah dan melihat ke sekililing, ada banyak harapan dan berlimpah karunia yang mustahil untuk dihitung.   

Cinta Bermuara Setia
Seperti tercantum dalam judulnya, Assalamualaikum Beijing!. Latar kisah novel ini selain di Indonesia juga di negeri Tirai Bambu. Hal ini menjadi keistimewaan tersendiri bagi novel ini, ditambah lagi, dalam novel ini juga tersaji legenda cinta tentang Ashima dan Ahei, juga tentang Meng Jiang Nv dan Fan Xi-liang yang berjuang demi kesetiaan cinta pada pasangan.

Bukan hanya kesetiaan cinta antara dua insan manusia, kesetiaan dan cinta sahabat Nabi, Mush’ab bin Umar pada agama Allah pun menjadi embun penyejuk yang melengkapi kisah kesetiaan sejati dalam novel ini.

Novel ini menjadi sebuah sketsa kehidupan yang seringkali dialami manusia, tentang cinta dan harapan yang selalu berkaitan erat dan sulit dipisahkan. Hal ini tercermin dalam sikap Asma yang terus menjaga harapannya untuk membahagiakan ibu yang dicintainya meski sindrom akut menggerogoti tubuhnya, juga Zhongwen yang setia menjaga harapannya jika suatu ketika dapat berjumpa kembali dengan Asma yang jaraknya terentang samudra.

Tak hanya pesan untuk berani bangkit dari keterpurukan, tapi dalam novel ini juga sarat akan pesan untuk terus menjaga keimanan, karena cinta yang bermuara setia adalah cinta yang berselimutkan iman kepada Tuhan.(*)      

*Richa Miskiyya, penikmat novel, tinggal di Grobogan
Resensi ini diikutsertakan dalam lomba resensi buku karya penulis FLP
(Milad FLP Ke-18)
Read More

Ketika Cinta (Tak) Datang Tepat Waktu

Minggu, Maret 01, 2015



“Apa kabar cinta? Akankah pagi ini kau akan datang? Ataukah aku harus menunggu hingga seribu tahun lamanya?”

 Pernahkah pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengusik hati? Hingga akhirnya membuat galau karena cinta sejati tak juga datang menghampiri.

Mencintai memang sebuah keniscayaan yang pasti akan dirasakan setiap manusia, ketika cinta itu datang yang dirasakan hanyalah bahagia, bahagia, dan bahagia. Lalu bagaimana jika cinta itu tak juga datang? Apakah kita harus menangis dan terus meratapi nasib?

Cinta di sini bukan hanya sekadar ketertarikan lawan jenis, akan tetapi cinta yang mampu membuat kita nyaman dan yakin jika orang yang ada di hadapan kita adalah The One yang akan menemani sisa hidup kita hingga tua nanti.

Melihat orang lain sudah menemukan pasangan hidup, pastinya seringkali timbul rasa iri dalam hati. Berbagai macam pertanyaan tentang cinta sejati pasti terus menghampiri. Wajah yang rupawan belum pasti menjadi jaminan seseorang akan segera mendapatkan cinta sejatinya.

Ya, cinta bukanlah tentang wajah rupawan, otak cerdas, atau harta yang melimpah. Cinta adalah ketika kita menemukan orang yang bisa memahami kita, dan tetap hadir di sisi kita meski ia tahu semua kekurangan yang kita miliki.

 Ketika banyak teman sebaya kita sudah menikah dan banyak orang yang melontarkan pertanyaan “Kapan nikah?”, sebuah pertanyaan keramat yang membuat kita ingin sekali kabur dan bersembunyi.

Setiap orang tentunya ingin menikah, memiliki pasangan hidup tempat berbagi bahagia dan airmata. Tapi ketika cinta sejati itu belum datang, akankah bisa dipaksakan? Kita tentunya tak mungkin memilih sembarang orang karena tuntutan lingkungan untuk segera menikah. Kita pastinya memilih seseorang yang terbaik, yang mana hati kita berbunyi ‘Klik’ saat berada di dekatnya.

Kenapa cinta sejati tak kunjung datang? Bisa jadi Tuhan sedang mempersiapkan jodoh yang tepat dan terbaik untuk kita. Oleh karena itu, menjadi jomblo jangan terpuruk, ada banyak sisi positif yang harus kita lihat selama menunggu jodoh terbaik itu datang.

Berikut ini adalah beberapa pikiran positif yang harus ditanamkan dalam diri agar kita bisa mengubah makna bahwa jomblo bukanlah suatu kutukan, melainkan suatu kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

 1.      Raih Mimpimu, Raih Masa Depanmu
Bermimpilah dan wujudkanlah via favim.com
Setiap orang pastilah punya mimpi, tapi mimpi di sini bukan bunga tidur, melainkan mimpi sebagai cita-cita. Sebagai manusia yang punya rasa, kita pastinya punya mimpi yang ingin sekali diwujudkan. Mimpi tak harus sesuatu yang mahal seperti keliling dunia dengan jet pribadi. Mimpi bisa sesuatu yang kelihatannya ‘simple’, tapi sangat berarti dan ketika kita sudah bisa meraihnya, kita akan berteriak. Yes, I did it!!

Selama menjalani masa tunggu cinta sejati, kenapa kita tidak isi hidup dengan aktivitas positif untuk meraih mimpi-mimpi kita yang belum tercapai? Misalnya, bagi yang punya mimpi bisa menerbitkan novel, isilah masa kesendirian dengan menulis novel. Bahkan bisa jadi, kisah kesendirian selama jadi jomblo bisa menjadi ide novel yang keren.

Mungkin Tuhan menginginkan kita agar meraih mimpi-mimpi kita terlebih dahulu sebelum mempertemukan kita dengan cinta sejati.  Masih punya mimpi yang belum tercapai? Tunggu apalagi? Segera wujudkan sebelum mimpi itu terlupakan karena terlalu banyak meratapi kesendirian. 

2.      Bahagiakan Orangtuamu
Cintai dan Bahagiakan Orangtuamu via Dopepictures.tumblr.com
Sudahkah kita membahagiakan orangtua kita? Kebaikan orangtua memang tidak bisa kita balas seluruhnya, meskipun dengan emas dan permata di seluruh dunia, tapi bukan berarti kita tidak mau berbuat baik pada orangtua.

Seringkali kita minta pada Tuhan agar menganugerahkan cinta sejati dan jodoh terbaik yang bisa membahagiakan kita. Tapi, pernahkah kita meminta dan berdoa pada Tuhan agar membahagiakan orangtua kita?

Ketika kita sudah menikah nanti, pastinya kita akan membangun keluarga sendiri, tinggal di rumah yang berbeda dengan orang tua kita. Pernahkah kita bayangkan apa yang dirasakan orang tua kita saat melepas kita di kursi pelaminan? Ada rasa kebahagiaan sekaligus bercampur kesedihan di hari pernikahan kita nanti saat melihat anak yang dibesarkan dan disayangi sepenuh hati akan memasuki babak baru dalam hidupnya, ada harapan yang diam-diam dirapalkan orang tua, semoga suami/istri kita bisa menjadi jodoh yang bisa membahagiakan kita.

Selama cinta sejati belum datang, tak layak jika kita meratap diri. Ingat masih ada orangtua yang harus kita bahagiakan terlebih dulu sebelum mencari kebahagiaan kita sendiri. Tuhan belum mengirim jodoh untuk kita, bisa jadi karena Tuhan ingin agar kita membahagiakan orang tua kita terlebih dulu. Ingat, Ridha Tuhan adalah Ridha Orangtua. Semoga dengan membahagiakan orangtua, maka Tuhan pun akan membahagiakan kita dengan memberikan jodoh yang terbaik.  

3.      Pantaskan Diri
Menjadi Pribadi Lebih Baik via Favim.com
Kita selalu berdoa agar mendapat cinta sejati yang baik lahir dan batin, tapi apakah kita sudah baik sehingga layak mendapatkan jodoh yang baik pula? Bisa jadi saking seringnya meminta jodoh yang baik membuat kita lupa untuk memperbaiki diri.

Sebelum cinta dan jodoh sejati itu datang, kita masih banyak waktu untuk memperbaiki diri dan memantaskan diri. Coba kita ambil pensil dan selembar kertas, lalu kita tulis apa saja yang masih perlu kita perbaiki dalam diri kita. Misalnya seperti, malas mandi, shalat 5 waktu masih bolong-bolong, masih suka membantah orang tua, boros, egois, dll.

Lihat, sebelum meminta sesuatu, alangkah baiknya kita instrospeksi diri kita terlebih dahulu, kita pantaskan diri agar nantinya benar-benar mendapatkan jodoh yang pantas untuk kita. Jangan terlalu banyak menuntut orang lain harus sesuai keinginan kita, karena sebenarnya jodoh adalah representasi dari diri kita sendiri. Sebuah kesendirian  alangkah baik jika menjadi jeda dan ruang yang bisa dimanfaatkan agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Ingat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik, begitu pula sebaliknya. 

4.      Syukuri Apa yang Dimiliki
 
Kamu tidak benar-benar sendiri via havealaughonme.com
Jika kita belum mendapatkan apa yang kita impikan, maka sudah selayaknya kita mensyukuri dan menjaga apa yang sudah kita miliki. Manusia memang seringkali melihat dari sisi negatif dibandingkan dari sisi positif, hingga membuat kita lupa untuk bersyukur.

Kita selalu melihat apa yang orang lain miliki, tanpa melihat apa yang sudah kita miliki. Kita melihat orang lain sudah menemukan jodohnya, sedangkan kita belum. Kita merasa sendiri dan tersisih, padahal kita tak benar-benar sendiri. Kita lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki, kita lupa bahwa kita memiliki keluarga yang menyayangi kita dan kita juga memiliki sahabat yang mau menerima kita apa adanya. Maka, tak perlu bersedih, yang harus kita lakukan adalah bersyukur dengan cara mempererat silaturrahim dengan keluarga dan sahabat. Siapa tahu jodoh kita nanti datang karena dikenalkan keluarga atau sahabat, ya, kan?

5.      Segalanya Akan Indah Pada Waktunya
Akan ada pelangi setelah hujan via hsconline-blog.com

Orang bijak mengatakan jika segalanya akan indah pada waktunya, memang terdengar klise dan hanya mencari-cari alasan agar hati ini tenang, tapi jika dipikirkan baik-baik, segalanya memang membutuhkan kesabaran dan waktu yang tepat.

Manusia punya rencana, tapi tetap Tuhan yang menentukan semua. Bisa jadi berulang kali kita mencari cinta dan berunlang kali pula kita patah hati, ada yang karena diselingkuhi, tak dapat restu orangtua, dan lain sebagainya. Awal pacaran kita selalu punya harapan jika orang di depan kita adalah yang terbaik, tapi di tengah jalan nantinya kita harus merelakan orang itu pergi dan melepaskan genggaman tangannya.

Ketika jatuh cinta, kita memang berpikiran jika apa yang kita lihat dan rasakan adalah yang terbaik, tapi bukan berarti yang paling tepat untuk kita. Apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kita, apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk untuk kita. Tuhan selalu tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Tuhan hanya meminta kita untuk bersabar, segala sesuatu yang terburu-buru biasanya berakhir tak baik. Seperti ketika kita mengerjakan ujian, ketika terburu, bisa jadi ada yang terlewat sebab kita tak teliti. Tuhan selalu punya rencana terbaik yang nantinya akan membuat kita bahagia ketika kita sudah sampai pada titik terbaik itu.

Tak perlu gengsi atau rendah diri karena status jomblo ataupun karena belum menikah. Percayalah, Tuhan tak akan menyia-nyiakan doa dan kesabaran hamba-Nya. Suatu jalinan hubungan dan jalinan pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah sehingga harus dipersiapkan dengan baik. Sebelum cinta sejati itu datang, persiapkan diri dan hati agar tak membuat kecewa cinta sejati kita yang kelak akan datang. Mungkin cinta memang tak datang tepat waktu, tapi yakinlah jika cinta akan selalu datang di waktu yang tepat. (*)

 

 




Read More