Memetik Hikmah Kehidupan dari Para Pencari Tuhan

Jumat, Juni 17, 2016


Membincang tentang acara televisi kala Ramadhan tentunya tak akan lengkap jika tidak menyebut Serial ‘Para Pencari Tuhan’ yang sudah menemani waktu sahur masyarakat muslim Indonesia dari JILID 1 hingga JILID 9.

Tak bisa dipungkiri bahwa Serial Para Pencari Tuhan memang sudah mencuri perhatian pemirsa sejak pertama kali tayang di layar SCTV, tepatnya tanggal 16 September 2007. Para Pencari Tuhan serupa oase di tengah banyaknya acara sahur yang terlalu banyak canda tapi minim ajakan untuk lebih bertaqwa.

Deddy Mizwar dan tim produksi begitu jeli bagaimana meramu cerita dakwah yang tidak terkesan menggurui, namun tetap mampu diterima oleh pemirsa. Penempatan tokoh utama Bang Jack (Deddy Mizwar) sebagai marbot musholla menjadi daya tarik tersendiri, kisah kehidupannya yang menjadi ‘guru’ para mantan narapidana, Barong, Juki, Chelsea (Trio Bajaj) dalam mencari jalan kebenaran menjadi pemantik yang apik sebagai awal cerita.

Trio Bajaj yang notabene nya adalah pelawak di kehidupan nyata mereka menjadi sebuah pertanda bahwa serial ‘Para Pencari Tuhan’ adalah kisah dakwah dan kehidupan masyarakat yang disisipi dengan humor sehingga terasa ringan namun berisi.

Selain Trio Bajaj, ada pula tokoh Aya (Zaskia Adya Mecca), yang menjadi pioner hijaber muda di kalangan artis juga berhasil memikat pemirsa lewat aktingnya sehingga mampu menarik pemirsa di kalangan remaja dan dewasa muda.

 

Setiap Manusia Memiliki Sisi Kebaikan
Berbeda dari serial TV atau sinetron kebanyakan yang memiliki tokoh antagonis yang selalu diceritakan sebagai sosok yang jahat, penuh dendam, dan selalu ingin mencelakakan tokoh protagonis. Maka di sinetron Para Pencari Tuhan, tak ada tokoh yang benar-benar antagonis, meskipun ada beberapa tokoh yang kadangkala sifatnya menjengkelkan, namun ia tetap memiliki sisi baik.

Sebut saja Pak Jalal (Jarwo Kwat), seorang paling kaya di kampung yang seringkali memamerkan kekayaannya, tapi di sisi lain ia juga seseorang yang dermawan. Begitu juga dengan Pak RW yang kerap bertindak mencari keuntungan pribadi lewat jabatannya, akan tetapi ia tetaplah suami yang penuh cinta terhadap istrinya.  

Lewat para tokoh-tokohnya, ‘Para Pencari Tuhan’ seolah ingin menyampaikan bahwa setiap manusia tak ada yang sepenuhnya jahat, yang ada adalah mereka yang khilaf hingga akhirnya memilih jalan hidup yang salah, karena sesungguhnya setiap orang memiliki sisi baik, dan hendaknya kita melihat orang tak hanya dari satu sisi saja, tapi juga dari beragam sisi. 

Pemeran Para Pencari Tuhan Jilid 1 - Jilid 9 (Sumber: sctv.co.id)

Kisah Kehidupan Para Pencari Tuhan
Selama JILID 1 hingga JILID 9, bisa dikatakan ‘Para Pencari Tuhan’ menyajikan cerita yang kompleks lewat setiap tokoh dan cerita kehidupannya. Bang Jack, mantan Tukang Jagal yang kemudian beralih menjadi marbot musholla At Taufiq sekaligus penjual bunga menjadi sentral cerita, seolah ingin mengingatkan kita sebagai pemirsa bahwa kita seringkali lupa dengan masjid dan musholla, padahal lewat masjid dan musholla, dalam sehari, lima kali kita diseru untuk beribadah, akan tetapi kita seringkali tak acuh dengan seruan itu.
Trio Barong, Chelsea, dan Juki yang secara tak sengaja ‘terdampar’ di musholla At-Taufiq setelah bebas dari penjara, hingga akhirnya mereka mendapatkan jalan kebenaran dan hidayah untuk bertaubat.

Kehidupan orang kaya dan orang miskin pun ditampilkan lewat Pak Jalal sebagai orang terkaya yang tinggal di rumah megah dan Asrul sebagai orang miskin yang terus berusaha untuk bersyukur kepada Allah, juga Udin, hansip yang miskin dan sering tertimpa kesulitan karena ulahnya sendiri.  

Kemudian ada juga Aya, Azzam, dan Kalila, tiga sosok muda yang terus berusaha belajar untuk saling memahami, juga sosok Ustadz Feri (Akrie Patrio) yang menjadi gambaran sebagai ustadz kampung yang berusaha bertahan untuk terus menyebarkan kebaikan meski dihimpit kekurangan dalam perekonomian.

Tampilan para pemimpin pun diwakili oleh sosok Trio RW (Pak Idrus, Pak Hakim, dan Pak Yos) yang seringkali culas dan mencari celah untuk mengelabui warga demi keuntungan pribadi, menjadi sebuah sentilan bagi pemimpin negeri ini yang kerap lebih mementingkan perut sendiri.

Selain para tokoh-tokoh tetap yang hadir di setiap JILID ‘Para Pencari Tuhan’, kehadiran tokoh-tokoh baru juga membawa cerita kehidupan yang bisa menjadi pembelajaran. Seperti tokoh Baha (Tora Sudiro), sahabat Asrul yang hadir pada JILID 2 dan JILID 3, serta Domino (Alfie Alfandi) yang muncul pada JILID 8 dan JILID 9 sebagai keponakan Bang Jack, memberikan pembelajaran bahwa meski seseorang memiliki masa lalu yang buruk, akan tetapi mereka berhak untuk bertaubat dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Setiap tokoh dalam ‘Para Pencari Tuhan’ memang memberikan gambaran realita kehidupan, bagaimana setiap manusia memiliki cerita kehidupannya masing-masing juga masalahnya masing-masing, karena yang paling penting adalah tidak berputus asa dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Tak Hanya tentang Ramadhan
Meski hadir pada bulan Ramadhan, akan tetapi kisah ‘Para Pencari Tuhan’ lebih banyak menceritakan kisah dengan setting waktu di luar bulan Ramadhan. Apabila diputar ulang, ‘Para Pencari Tuhan’ mengambil setting waktu ramadhan hanya pada JILID 1 saja, sedangkan pada JILID-JILID selanjutnya lebih memilih untuk menggunakan setting waktu di luar bulan Ramadhan.

Kenapa begitu? Mungkin bisa jadi karena ‘Para Pencari Tuhan’ ingin mengambil lebih banyak sudut pandang cerita yang lebih puas, tidak hanya berkisar sahur, tarawih, buka puasa, dan zakat, karena sesungguhnya permasalahan manusia itu kompleks dan luas. Sehingga ‘Para Pencari Tuhan’ pun melebarkan setting waktunya agar bisa mengakomodir permasalahan dan gejala sosial lain yang sedang terjadi.

Seperti misalnya, pada JILID 6 ada sentilan tentang maraknya penggunaan facebook sehingga membuat masyarakat menjadi tidak produktif karena lebih banyak berinteraksi dan hidup di dunia maya. Juga pemaparan tentang gejala sosial dan politik lewat cerita Pemilihan RW baru pada JILID 7 yang berusaha menghadirkan miniatur PEMILU di Indonesia.  

Roda Kehidupan Para Pencari Tuhan
Kehidupan manusia itu seperti roda, kadang di atas, namun sewaktu-waktu bisa beralih ke bawah. Allah Maha Kuasa, bisa membolak-balikkan kehidupan manusia, seperti itulah hidup manusia yang coba digambarkan oleh ‘Para Pencari Tuhan’.

Pada awal cerita, Chelsea, Barong, Juki, adalah mantan narapidana yang mencari ilmu dan menempuh jalan taubat lewat bimbingan Bang Jack dan Ustadz Feri. Namun, roda kehidupan mereka berputar, hingga pada JILID 5 berhasil menjadi artis terkenal.  

Kemudian ada juga Pak Jalal yang sejak JILID 1 adalah orang kaya, pada JILID 4 diceritakan bahwa bisnis Pak Jalal bangkrut total hingga ia tak memiliki apa-apa lagi dan harus tinggal di gubuk yang dulu pernah ditinggali Asrul. Akan tetapi, dari hidupnya yang jungkir balik tersebut, Pak Jalal yang awalnya sedikit pongah mulai merenung hingga akhirnya berubah menjadi pribadi yang lebih zuhud.

Berbeda dengan Pak Jalal, Asrul yang awalnya miskin, pada JILID 4 berubah menjadi kaya lewat dagangan soto yang resepnya diwariskan oleh Baha (Tora Sudiro), sahabat Asrul yang telah meninggal pada JILID 3.
Namun, lagi-lagi roda kehidupan kembali berputar, pada JILID 6, perekonomian Pak Jalal mulai membaik, sedangkan Asrul justru bangkrut dan kembali jatuh miskin. Kisah tentang berputarnya roda kehidupan ini tentu saja mengingatkan kita bahwa ‘TIADA KEKUATAN SELAIN ALLAH’ dan kita harus selalu ingat 5 perkara sebelum 5 perkara (Hidup sebelum Mati, Kaya sebelum Mati, Muda sebelum Tua, Lapang sebelum Sempit, Sehat sebelum Sakit).

Cinta Romantis, Cinta yang Elegan
Hidup tentunya akan menjadi lebih berwarna dengan kehadiran rasa yang disebut cinta, begitu juga dalam ‘Para Pencari Tuhan’ yang tak luput dengan bumbu-bumbu kisah cinta yang dihadirkan.   

Berbeda dengan sinetron-sinetron lain yang mana romantisme kisah cinta anak manusia ditampilkan lewat adegan-adegan peluk cium antara yang bukan mahram. Maka, romantisme cinta dalam ‘Para Pencari Tuhan’ tampil dengan sopan dan elegan.

Meski tak ada adegan peluk cium, tapi kisah-kisah cinta tersaji apik, tak berlebihan, tak juga kurang, semuanya terasa pas namun tidak pasaran. Sebagaimana kisah cinta antara Aya dan Azzam yang mulai tumbuh sejak kanak-kanak, jiwa pantang menyerah Azzam yang terus mengejar Aya meski telah melamar tiga kali dan tiga kali pula ditolak, juga kecanggungan hati mereka yang harus melewati ujian kisah cinta segitiga dengan Kalila, hingga akhirnya mereka menikah.

Namun, kisah cinta mereka pasca pernikahan pun tak berjalan mulus, ada ujian tentang kehilangan buah hati, juga pertengkaran-pertengkaran yang membuat mereka saling memendam kesal sekaligus rindu.

Selain kisah cinta Aya dan Azzam yang rumit, ada pula kisah cinta Chelsea dan Marni, juga Barong dan Dara, dan tak lupa kisah cinta dalam usia puber kedua dihadirkan pada JILID 5 antara Bang Jack yang jatuh cinta dengan Bu Widya (Henidar Amroe), ibunda Azzam. Bang Jack meski telah bersusah payah mencuri perhatian Bu Widya, namun Bang Jack harus berlapang dada ketika Bu Widya memilih Om Wijoyo (Slamet Rahardjo).

Kisah-kisah cinta dalam ‘Para Pencari Tuhan’ tak hanya menampilkan perjuangan cinta, akan tetapi juga keikhlasan melepaskan orang yang dicintai demi melihat orang yang dicintai tersebut bahagia. Karena sesungguhnya Jodoh, Rezeki, dan Maut, adalah Kekuasaan Allah SWT.

Tak Sekadar Lewat Mimbar
‘Para Pencari Tuhan’ ini memang bisa dikategorikan sebagai serial atau sinetron Dakwah, karena tidak hanya bisa menjadi tontonan, akan tetapi juga tuntunan. ‘Para Pencari Tuhan’ sebagai sebuah tayangan di layar kaca memang menjadi media dakwah yang tepat bagi masyarakat di era teknologi saat ini, karena Dakwah bisa dilakukan lewat media apa saja, tak sekadar lewat mimbar.  

Menurut bahasa, Dakwah berarti ajakan, dan secara epistimologis, dakwah adalah proses komunikasi yang memiliki beberapa unsur, yaitu: 1. Dai (Penyampai Dakwah), 2. Mad’u (Penerima Dakwah), 3. Maddah (Materi Dakwah), 4. Wasilah (Media Dakwah), 5. Thariqah (Metode Dakwah).

Jika dilihat dari unsurnya, ‘Para Pencari Tuhan’ adalah tayangan televisi yang menjadi Wasilah atau Media dakwah, yang disampaikan oleh para kreator yang bergerak di belakang maupun depan layar untuk menyampaikan pesan dakwah masyarakat sebagai Mad’u.

Pesan-pesan dakwah atau materi dakwah pun tersaji apik lewat rangkaian cerita dari JILID 1 hingga JILID 9 yang mana memberikan teladan serta contoh kebaikan lewat peran-peran dalam kisah tersebut. Hal ini sejalan dengan surat Al Quran tentang dakwah yaitu Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk(QS. An Nahl : 125).

Semoga ke depannya ‘Para Pencari Tuhan’ tetap bisa menebarkan kebaikan, menjadi pioner sinetron religi yang tak hanya menjadi tontonan, tapi juga tuntunan yang selalu dinantikan pemirsa saat Ramadhan tiba. (*)
Read More