Ikatan Persaudaraan dalam Kain Sasirangan

Minggu, Oktober 25, 2015


Setiap perjalanan selalu memiliki kisahnya sendiri, serupa sebuah kain yang memiliki corak dan keunikannya masing-masing. 

Ketika kita melakukan sebuah perjalanan, kita tak pernah tahu apa yang akan kita alami nantinya, kita hanya bisa meraba dan menerka tanpa tahu kisah pasti yang akan terjadi dalam jejak langkah selanjutnya. Sebuah perjalanan bisa menjadi sebuah titik balik kehidupan, membuat kita mengubah sudut pandang, bahkan sebuah perjalanan juga bisa memberikan kita harta kekayaan bernama persaudaraan. 

Awalnya, saya adalah tipe orang yang tak acuh, menganggap biasa arti sebuah hasil budaya dan hal-hal yang berbau tradisional. Dulu, bagi saya hal-hal tradisional adalah kuno dan hanya cocok untuk orang-orang tua saja. Saat itu pun saya menganggap jika kain tradisional tak ubahnya kain biasa, sama dengan kain buatan pabrik yang banyak dijual di pasaran. Namun, sebuah perjalanan di tahun 2014 telah membuka mata saya dan menyadarkan saya akan pentingnya sebuah kebudayaan.

April 2014, saya memenangkan sebuah lomba menulis dengan hadiah jalan-jalan ke Pulau Borneo, tepatnya di Kota Banjarbaru-Kalimantan Selatan. Sebelum berangkat, saya membayangkan akan menjadi penggemar batu intan sepulangnya dari Kalimantan Selatan, karena memang Banjarbaru terkenal sebagai kota penghasil intan terbesar di Indonesia

Akan tetapi saya salah, saya memang tertarik pada batuan intan yang dihasilkan alam Borneo, namun, saya justru lebih terpikat dan jatuh cinta pada kain Sasirangan, kain tradisional dari Kalimantan Selatan.   

Saya berada di Banjarbaru selama 3 hari 2 malam, dan selama di sana, saya merasa beruntung karena selalu didampingi oleh Nanang dan Galuh (Sebutan untuk Duta Wisata Kota Banjarbaru). Acara jalan-jalan mengelilingi kota Banjarbaru pun menjadi istimewa, karena saya mendapat banyak pengetahuan tentang kebudayaan Kalimantan Selatan langsung dari para ahlinya. 

Selain mendapatkan pengetahuan tentang hasil tambang intan, saya juga mendapatkan pengetahuan tentang kebudayaan. Setiap Nanang dan Galuh ini bercerita tentang budaya yang mereka miliki, saya selalu melihat ada binar kebanggaan di mata mereka, sebuah binar yang perlahan membuat saya kagum sekaligus malu karena selama ini saya tak terlalu mengenal, bahkan tak tahu tentang kebudayaan di daerah saya sendiri, Grobogan.

Salah satu kekayaan tradisi yang Nanang dan Galuh ceritakan adalah tentang Kain Sasirangan, sebuah kain yang menjadi identitas sekaligus kebanggaan warga Kalimantan Selatan. Menurut cerita, Kain Sasirangan muncul lewat legenda Lambung Mangkurat dan Putri Junjung Buih. Kala itu, Putri Junjung Buih bersemayam di dasar sungai, ia hanya akan muncul jika permintaannya dikabulkan. Salah satu permintaannya adalah ia ingin dibuatkan selembar kain yang dibuat dan dihias oleh 40 perawan dalam tempo satu hari. 

Mendengar kisah asal muasal kain Sasirangan membuat saya terhipnotis, entah kenapa membuat saya membayangkan akan secantik dan seanggun Putri Junjung Buih jika bisa mengenakan kain Sasirangan.

Sasirangan sendiri memiliki corak yang berbeda di setiap kainnya, meskipun ada yang hampir serupa, namun tidak ada yang sama persis, dikarenakan pembuatannya dan pewarnaannya dikerjakan satu per satu dengan tangan, dengan cara sirang atau diikat jelujur, oleh karena itu kain ini dinamakan Kain Sasirangan.     

Kisah saya dengan Kain Sasirangan tak hanya berhenti di kisah legenda yang dituturkan oleh Nanang dan Galuh saja. Namun, kisah saya bersama Kain Sasirangan berlanjut di malam puncak HUT Kota Banjarbaru Ke-15. 

Ya, hari kedua saya di Banjarbaru, tanpa saya sangka sebelumnya, saya mendapat undangan khusus dari Dinas Pariwisata untuk hadir di malam puncak HUT Kota Banjarbaru Ke-15. Bahkan saya tak hanya hadir, namun saya pun didapuk untuk menjadi salah satu pengisi acaranya, saya diminta untuk membacakan hasil karya lomba yang saya menangkan hingga membuat saya bisa datang ke Kota Banjarbaru. 

Sore sebelum acara, asisten Kepala Dinas Pariwisata datang ke hotel tempat saya menginap untuk mengantarkan baju yang akan saya kenakan di malam puncak acara. Saya terkejut sekaligus bahagia ketika melihat baju yang akan saya kenakan, sebuah kebaya putih dan kain sasirangan berwarna kuning. Ada sebuah keharuan yang meledak di dada saya, betapa saya merasa sangat tersanjung, dengan mengenakan kain Sasirangan, saya yang notabene-nya adalah seseorang dari pulau seberang, merasa dirangkul dan merasa menjadi bagian dalam keluarga besar masyarakat Banjarbaru.


    Berpose dengan Kain Sasirangan
sebelum acara HUT Kota Banjarbaru


Mengenakan Kain Sasirangan di HUT Kota Banjarbaru

Malam puncak HUT Kota Banjarbaru Ke-15, saya berdiri di panggung utama berhadapan dengan para petinggi Kota Banjarbaru dan puluhan ribu warga Kota Banjarbaru yang turut menyaksikan gelaran pesta rakyat tersebut. 

Malam itu, ketika saya berdiri di hadapan puluhan ribu warga Kota Banjarbaru dengan mengenakan kain Sasirangan, menjadi salah satu malam yang tak akan saya lupakan, malam dimana pertama kalinya saya merasa begitu bangga dengan kekayaan tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia.  

Ada satu hal yang saya sadari ketika kain Sasirangan itu saya kenakan bahwa tak hanya warga Banjarbaru saja yang wajib melestarikan Sasirangan, namun juga seluruh rakyat Indonesia termasuk saya. 

Rasa debar kebanggaan di hati saya semakin berdetak kencang ketika keesokan harinya saya melihat pawai Kain Sasirangan di depan Balaikota Banjarbaru. Laki-laki, perempuan, tua, muda dengan senyum penuh kebanggaan berjalan melenggang dengan mengenakan aneka rupa modifikasi kain Sasirangan. Mereka sudah berbuat sesuatu untuk menjaga tradisi Indonesia, lalu apa yang sudah saya lakukan untuk menjaga tradisi Indonesia? Saya merasa tertampar dengan pertanyaan yang berulang kali dibisikkan hati saya itu.  

Muda-mudi Sasirangan

Senyum Kebanggaan bersama Kain Sasirangan

 
Langkah Semangat Anak-anak Kenakan Kain Sasirangan

Kain Sasirangan tak hanya membuat saya lebih mencintai Indonesia, tapi juga membuat saya sadar jika tradisi Indonesia dengan segala macam keunikan dan ciri khasnya bisa menjadi tali pemersatu antar suku bangsa, seperti halnya warga Banjarbaru yang menerima saya dengan tangan terbuka dan menganggap saya layaknya saudara. 

Perjalanan ke Banjarbaru tahun lalu benar-benar menjadi titik balik cara pandang saya pada budaya bangsa Indonesia, budaya yang awalnya saya pandang sebelah mata justru telah berhasil membuat saya jatuh cinta. Saya pun tersadar jika kita seharusnya berbangga dengan segala tradisi milik bangsa Indonesia, karena jika bukan kita, lalu siapa lagi yang akan melestarikannya? (Richa Miskiyya)



Read More

Nge-blog, Merajut Impian Menuju Pelaminan

Jumat, Oktober 23, 2015

Jika kamu membaca judul di atas dan berharap postingan ini berisi informasi tentang wedding organizer, harga gaun pengantin, atau info tentang kontak jodoh, maka maaf, kamu belum beruntung, hehe. 

Meskipun sama-sama membicarakan tentang pelaminan, tapi ini bukan catatan tentang hal-hal apa saja yang harus anda siapkan sebelum akad nikah, melainkan ini adalah catatan hati saya mengenai sebuah mimpi yang saya bangun lewat blog ini sejak 3 tahun lalu. Tak banyak yang tahu tentang mimpi ini, dan gara-gara semangat dari Emak Gaoel buat curhat, akhirnya saya beranikan diri untuk menulis ini. 

Blog ini sudah berusia 7 tahun, namun saya baru rajin menulis blog sejak 3 tahun terakhir, tepatnya sejak saya sering mendapat pertanyaan yang horor, lebih horor daripada malam jumat kliwon, yaitu ‘KAPAN NIKAH?’ 

Pertanyaan Paling Horor

Saya dan pacar sudah menjalani masa pacaran selama 4,5 tahun, tentunya bukan waktu yang sebentar. Tapi tentunya kami punya alasan mengapa kami belum juga menikah, saya di Semarang dan dia di Jogja, kami masih memiliki mimpi-mimpi yang ingin kami kejar terlebih dulu, kami ingin menggenggam ijazah pendidikan master terlebih dulu, sebelum melafalkan ijab sah di depan penghulu.  

Distance Never Separates Two Hearts





Saya dan pacar seringkali mengobrol via telpon tentang pertanyaan ‘Kapan Nikah’ ini, kami seringkali merajut percakapan tentang mimpi-mimpi pernikahan impian atau tempat honeymoon idaman di masa depan. Namun, di sela percakapan itu kami selalu tersadar tentang biaya yang harus tersedia untuk mencapai mimpi-mimpi kami ini. 


Kami tak mungkin bergantung pada orangtua, karena bagi kami, mimpi kami harus kami juga yang memperjuangkannya. Oleh karena itu, karena belum lulus kuliah dan belum memiliki pekerjaan tetap, saya dan pacar pun mulai mencari cara bagaimana bisa mulai mendapatkan rupiah untuk ditabung di tengah aktivitas kuliah yang begitu padat. 

Pacar saya memilih menulis cerpen dan puisi untuk media, sedangkan saya memilih untuk mulai melanjutkan aktifitas blog saya. Saya mulai aktif menulis job review, serta mulai aktif ikut lomba blog dengan harapan uang hadiahnya bisa saya tabung untuk biaya menikah dan bulan madu ke destinasi impian.

Ya, daripada galau dengan terus memikirkan pertanyaan ‘Kapan Nikah?’, bukankah lebih baik terus produktif berkarya lewat passion yang dimiliki, kan? Saya pun aktif mencari info-info di internet dan media sosial tentang lomba-lomba blog, mencatat setiap tema lomba dan deadline nya di kertas post it / sticky notes lalu menempelnya di dinding. 

My Deadline

Beragam lomba blog saya ikuti, sebenarnya lebih banyak yang belum berhasil daripada yang menang. Tapi saya terus membangun semangat untuk tak berhenti nge-blog. Kalau membangun semangat saja tak mampu, bagaimana mau membangun rumah tangga, ya, kan? ^_^   


Menulis blog memang tak mudah, apalagi menulis blog untuk lomba yang tentunya harus ditulis dengan gaya unik dan berbeda. Oleh karena itu saya sering blog walking tulisan para pemenang lomba blog untuk belajar bagaimana memaparkan tema dan menyajikan foto yang menarik dalam blog. Untuk blog walking, saya menggunakan Opera Mini yang ringan, dan bila ada info yang penting saya cukup menggunakan aplikasi Screen Capture sehingga bisa saya simpan dan buka kembali kapan saja.  

Capturing Info

Saya tak memiliki kamera untuk memotret hal-hal yang bisa saya jadikan sebagai penunjang postingan blog saya. Namun, saya tak menyerah, saya pun memaksimalkan kamera di gadget yang saya miliki. Hasilnya fotonya memang tidak sebagus kamera pocket/DSLR, namun saat ini saya tak khawatir, karena sudah ada beragam aplikasi di playstore yang bisa saya andalkan untuk mengedit foto. 

Aplikasi Andalan

Untuk mengedit tampilan, cahaya, dan kecerahan dalam foto, aplikasi andalan saya adalah Photoshop Express, Snapseed, Kamera B612 dan edit foto bawaan di Instagram. Sedangkan untuk menambah tulisan, saya menggunaan Cymera dan PicsArt. 


Sekarang saya juga bisa mengunggah video yang saya edit ke postingan blog. Saya memilih aplikasi video sederhana PicPac. Video ini bisa saya sisipi lagu yang saya download via aplikasi Mp3 Downloader. 

Rejeki memang sudah diatur Tuhan, namun Tuhan pun meminta kita untuk berjuang, dan saat ini saya memilih untuk berjuang merajut impian menuju pelaminan lewat aktifitas blog saya, because I HAVE A DREAM, AND I GO FOR IT !  

Sekian curhatan saya tentang apa yang ingin saya raih lewat dunia blog. Kata orang, impian yang ditulis akan lebih cepat terwujud. Semoga tulisan ini bisa menjadi jembatan untuk meraih impian saya. Aamiin. (Richa Miskiyya)

http://www.emakgaoel.com/


Read More

Gerakan Generasi Muda dan Masa Depan Kota Semarang

Sabtu, Oktober 10, 2015



Sejak masa sebelum kemerdekaan, tak bisa dipungkiri jika kaum muda memegang peranan penting untuk Bangsa Indonesia. Budi Utomo menjadi tonggak awal berserikatnya para pemuda di masanya, yang kemudian dilanjutkan dengan dilaksanakannya Konferensi Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. 

Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pun tak lepas dari sikap kaum muda yang mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Gerakan kaum muda ini menjadi bukti bahwa kaum muda memang sudah menjadi sumbu penggerak pembangunan Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, tugas generasi muda pun mulai berkembang, bukan lagi untuk merebut kemerdekaan, melainkan dengan mengisi kemerdekaan dengan aktivitas-aktivitas yang positif dan berguna bagi banyak orang, minimal bisa berguna untuk diri sendiri. 

Generasi Tahan Banting

Zaman yang berkembang membuat permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi generasi muda pun berkembang, termasuk permasalahan dan tantangan yang ada di Kota Semarang. Meski sekarang banyak sekali kemudahan berupa fasilitas dan teknologi, tetapi bila segala kemudahan dan fasilitas itu tak digunakan sebagaimana mestinya, permasalahan dan tantangan yang ada saat ini tidak akan pernah bisa terselesaikan, bahkan bisa terus beranak pinak. 

Ada banyak permasalahan dan tantangan di Kota Semarang yang harus dihadapi oleh generasi muda saat ini, seperti banjir rob, sampah, minimnya ruang publik, transportasi, penataan kawasan pesisir, kriminalitas dan pergaulan bebas remaja. 

Mengatasi permasalahan di Kota Semarang bukan hanya tugas pemerintah kota saja, namun juga tugas seluruh elemen masyarakat untuk memberikan dukungan, salah satu yang harus memegang peranan dalam pembangunan Kota Semarang adalah generasi muda. Generasi muda Kota Semarang harus bisa berani bersikap dan berani untuk beraksi, generasi muda juga harus bisa menjadi pioneer, bukan lagi follower.   

Kota Semarang tahun 2015 ini terpilih menjadi salah satu dari 100 kota yang masuk dalam program 100 Resilient Cities (100RC) yang didanai oleh Rockefeller Foundation. Program ini memiliki tujuan untuk membantu kota-kota di dunia agar bisa menjadi kota yang tangguh untuk menghadapi segala macam tantangan. 

Kota Semarang telah mulai bergerak untuk menjadi kota yang tangguh, oleh karena itu, Kota Semarang juga membutuhkan generasi muda yang tangguh untuk membantu mewujudkannya. 

Generasi muda yang tangguh adalah generasi muda yang peka dengan segala macam permasalahan di sekitarnya. Generasi yang mampu beraksi tidak hanya semata menjadi saksi, juga generasi yang tahan banting, tidak mencari alasan, namun mereka mampu untuk mencari solusi segala permasalahan. 

Kota Semarang membutuhkan generasi muda yang mampu menggerakkan semangat masyarakat, bukan generasi benalu yang hanya bisa mencaci dan mengeluh, tapi tak pernah melakukan tindakan dengan semangat berpeluh.  

Langkah Generasi Muda

Ada banyak cara generasi muda untuk ikut serta dalam membangun Kota Semarang, tak perlu bingung dan berpikir bagaimana cara melakukan langkah besar di awal, karena setiap langkah generasi muda, meskipun kecil itu sangat berarti dan bermanfaat untuk Kota Semarang. 

Salah satu langkah awal namun bisa menjadi penting adalah berkegiatan dan membangun Kota Semarang lewat Karang Taruna. Setiap Rukun Warga tentunya memiliki Karang Taruna, namun tak semuanya bergerak secara aktif, bahkan tak sedikit yang mati suri. Meski begitu, keberadaan Karang Taruna harus tetap dipertahankan, karena bisa menjadi langkah awal generasi muda untuk berkontribusi pada kota dan bangsanya.  

Karang Taruna bisa menjadi kawah candradimuka para generasi muda untuk belajar berorganisasi, bersosialisasi, serta belajar mengenal lingkungannya. Ketika generasi muda sudah bisa mengenal lingkungan terdekatnya, maka mereka juga bisa dengan baik mengenal kotanya dan tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh kotanya. 

Selain Karang Taruna, ada pula gerakan-gerakan generasi muda yang memiliki peranan penting untuk pembangunan Kota Semarang lewat komunitas yang mereka bentuk. Ada beberapa komunitas di Kota Semarang yang telah berkontribusi aktif sehingga  bisa memberikan energy positif bagi Kota Semarang. 

Sebut saja contohnya Komunitas Tangan Kedua yang berdiri pada 13 Oktober 2013. Komunitas sosial yang digawangi oleh generasi muda di Kota Semarang ini bergerak di bidang sosial, banyak aktifitas sosial yang telah mereka lakukan seperti membersihkan jalan, membantu panti asuhan, anak jalanan dan lain sebagainya.
Mereka bergerak secara swadaya tanpa membeda-bedakan siapa yang harus mereka bantu, karena yang jadi pedoman mereka adalah bisa membantu orang lain dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin. 

Komunitas-komunitas seperti ini selayaknya menjadi contoh untuk terus dikembangkan di Semarang karena ini menjadi bukti bahwa generasi muda Kota Semarang tak hanya bisa berpangku tangan. Generasi muda Kota Semarang pun bisa memberikan kontribusi positif dan mampu menyebarkan kebaikan kepada masyarakat.

Gerakan generasi muda lewat komunitas seperti ini bisa menjadi harapan bagi masa depan Kota Semarang, karena generasi muda dengan jiwa sosial yang besar akan dapat memberikan harapan yang positif bagi masyarakat sehingga bisa membangun masa depan Kota Semarang yang tangguh dan berkepribadian sosial.(*)
             

Read More

Taman Tematik, Pilihan Baru Tempat Wisata di Bandung

Jumat, Oktober 09, 2015



Kota Bandung kini semakin cantik, jika dulu tempat wisata di Bandung hanya berkisar factory outlet di Cihampelas dan Tangkuban Perahu saja. Maka kini masyarakat memiliki semakin banyak pilihan untuk berwisata. Beberapa diantaranya adalah dibangunnya berbagai taman tematik yang tersebar di seluruh Kota Bandung. 

Perubahan wajah Bandung ini tentunya tak lepas dari tangan dingin Ridwan Kamil, Walikota Bandung yang lahir pada 04 Oktober 1971. Gerak cepat dan sigap dilakukan oleh Kang Emil, sapaan akrab walikota berkacamata ini untuk menata ulang Bandung. 

Tak perlu waktu lama, hanya 6 bulan sejak Kang Emil terpilih sebagai walikota, warga Bandung mulai merasakan perubahan yang signifikan terhadap kotanya, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Ridwan Kamil banyak menyumbang ide-ide kreatif dan inovatif untuk kotanya, hingga Bandung mendapat julukan sebagai kota dengan Smart Innovation

Semua inovasi yang dilakukan oleh Ridwan Kamil ini semuanya berdasarkan riset, seperti wisata Taman Tematik yang juga dibangun berdasarkan kajian dan riset serta mempunyai teori yang bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Ridwan Kamil, konsep utama pembangunan taman-taman tematik ini adalah berdasarkan Index Kebahagiaan Manusia. Taman-taman unik yang ada di Bandung merupakan proyek untuk menciptakan kebahagiaan bagi warga Bandung dan wisatawan yang datang. Kebahagiaan masyarakat dapat diukur dari tiga indicator, yaitu apakah seseorang tersenyum setiap hari, apakah seseorang mendapatkan sapaan dari teman atau saudaranya setiap hari, serta apakah seseorang itu menemukan hal-hal baru setiap harinya, dan pembangunan taman di Bandung ini adalah bentuk upaya dari walikota agar warga bisa memenuhi tiga indikator tersebut.

Berbekal latar belakang pendidikannya sebagai arsitek, Ridwan kamil berhasil mendesain taman yang tidak hanya indah, namun juga bernilai seni, sehingga taman tidak lagi sekadar menjadi taman, namun juga menjadi tempat wisata.

Ada banyak taman yang dibuat oleh Ridwan Kamil, beberapa diantaranya adalah :

a. Taman Pustaka Bunga

Taman ini jaraknya sekitar 1 km dari Gedung Sate. Ada lebih dari 100.000 jenis bunga yang tumbuh di taman ini.

b. Taman Pasupati / Taman Jomblo

Taman ini berada di persimpangan Tamansari-Balubur. Ada fasilitas wifi di taman ini yang memudahkan pengunjung untuk beraktifitas di dunia maya. Taman ini disebut jug ataman jomblo karena hanya menyediakan seat bangku single. Di taman ini juga ada sarana lintasan miring yang bisa digunakan untuk bermain skateboard.

c. Taman Fotografi

Taman ini memiliki lambang tugu huruf “C”, lokasinya ada di Jalan Anggrek. Taman ini biasa digunakan para komunitas fotografi untuk berkumpul. Berbagai fasilitas tersedia di sini, seperti cermin, spot-spot foto, dan yang tidak ketinggalan tentunya Wifi gratis.

d. Taman Film

Taman ini berlokasi di Tamansari, tepatnya di bawah jalan laying Pasupati. Taman ini mempunyai luas 1300 meter persegi serta memiliki kapasitas 500 orang penonton. Sebagai taman film, di sini juga dilengkapi dengan layar videotron sebesar 4x8 meter dengan sound system yang mumpuni, sehingga tak heran jika di taman ini sering digunakan untuk nonton bareng, seperti nonton film atau nonton pertandingan bola.

Sebenarnya masih banyak taman-taman unik yang kini menjadi tempat wisata di Bandung yang dapat anda kunjungi jika berkunjung ke kota Bandung. Ingin mengunjungi kota yang ramah, unik, dan penuh inovasi. Segara datang ke kota Bandung, karena anda akan menemukan banyak keunikan di setiap sudut kotanya. (*)







Read More