Urgensi Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Sabtu, Juni 03, 2023

Hutan Indonesia merupakan hutan hujan terluas ketiga di dunia yang luasnya mencapai 142 juta hektare (ha) pada tahun 2020. Sedangkan hutan terluas di dunia pertama adalah Hutan Amazon (468 juta ha) dan disusul oleh Cekungan Kongo (188 juta ha). 

Dengan luas hutan Indonesia tersebut, maka diharapkan bisa berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 17-23 persen di tahun 2030 mendatang. Meski begitu, keberadaan hutan Indonesia juga mengalami ancaman dari deforestasi serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Apalagi pada tahun 2020, tingkat deforestasi hutan mencapai 115 ribu ha dan 1,6 juta ha lahan terdampak karhutla di tahun 2019 yang menyebabkan dilepaskannya 708 juta ton emisi CO2. 


Pentingnya sikap masyarakat untuk lebih peduli dengan Hutan ini mendorong Blogger Perempuan dan Eco Blogger Squad bekerja sama dengan komunitas Hutan Itu Indonesia dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari mengadakan Online Gathering pada 29 Mei 2023 lalu dengan tema ‘Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim’

Komunitas Hutan Itu Indonesia yang dalam acara ini diwakili oleh Christian Natali menjelaskan bahwa keberadaan komunitas tersebut salah satunya bertujuan untuk mengajak lebih banyak orang Indonesia, termasuk orang muda perkotaan untuk lebih cinta dan beraksi untuk menjaga hutan. 

Keberadaan hutan ini memang sangat penting karena menjadi salah satu hal yang menjaga bumi dari gempuran perubahan iklim, apalagi dari data-data yang ada, selama beberapa dekade terakhir bumi kita sudah mengalami kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,4 derajat. Hal lain yang kasat mata dan bisa menjadi contoh dampak perubahan iklim adalah adanya kekeringan, arus angin atau bencana badai seroja, juga mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. 

Dalam 5 tahun terakhir Indonesia sudah kehilangan hutan 3.5x luas Pulau Bali dan terjadi deforestasi sebesar 28 juta hektar hingga tahun 2030 karena industri Pulp, kertas dan kelapa sawit. Indonesia juga mengalami kerugian 75 trilyun rupiah yang disebabkan oleh karhutla di tahun 2019.

Hingga saat ini, isu hutan tidak terlalu tersentuh oleh masyarakat awam kebanyakan, hal ini karena ada beberapa sebab:


1. Di Luar Radar

Sedikit pemberitaan atau kabar di media nasional atau media sosial yang membahas tentang urgensi hutan. 

2. Diskoneksi

Banyak masyarakat awam yang tidak terkoneksi dengan hutan karena tempat tinggalnya yang jauh dari hutan sehingga tidak merasakan dampak langsung dari keberadaan hutan. 

3. Pesimis dan Negatif

Banyaknya pemberitaan negatif tentang hutan 

Studi dari Hutan Itu Indonesia di tahun 2017 menyatakan bahwa 82,7% responden menyatakan keprihatinan tentang kondisi hutan Indonesia, tetapi hanya 27,3% saja yang menyadari bahwa perilaku manusia berdampak terhadap kondisi hutan saat ini. 

Lalu, sebagai masyarakat awam yang tinggal jauh dari hutan, apa saja sih yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga hutan? Ada 5 Panggilan Aksi (Call to Action) yang bisa kita lakukan, yaitu:



1. Bercerita Tentang Hutan

2. Berwisata ke Hutan

3. Donasi Adopsi Hutan

4. Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu

5. Merayakan Hari Hutan Indonesia

Produk Lokal Berbasis Alam dan Mitigasi Perubahan Iklim

Alam adalah supermarket, di mana banyak hal selain kayu bisa diambil dari alam dan kemudian bisa digunakan atau diambil manfaatnya. Barang-barang hasil alam ini bisa dikonsumsi, seperti buah-buahan, namun tak sedikit juga yang kemudian bisa dikembangkan menjadi benda pakai.

Banyak produk alam yang kemudian berkembang menjadi produk-produk lain, seperti bambu yang bisa menjadi benda-benda rumah tangga. Selain itu, ada pula produk-produk alam yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pendukung untuk produksi benda baru, salah satunya di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan adalah penggunaan Gambo / Gambir untuk yang digunakan sebagai pewarna alami kain. 

Gambo/Gambir merupakan tanaman perdu yang hidup tumpang sari di antara perkebunan karet. Getah Gambir biasanya digunakan sebagai obat, sedangkan untuk sisa limbahnya dimanfaatkan sebagai pewarna kain, sehingga kemudian kainnya dikenal sebagai Kain Gambo. 

Hal ini dijelaskan oleh Aziza Nurul Amanah perwakilan dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari dalam Online Gathering Eco Blogger Squad tanggal 28 Mei 2023 sesi kedua. Lingkar Temu Kabupaten Lestari merupakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten untuk mewujudkan pembangunan yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai agenda nasional melalui gotong royong multipihak.

Dalam kesempatan tersebut, Aziza juga menjelaskan, jika sebelumnya produk masyarakat hanya berhenti pada Kain Gambo saja, maka dari pihak Lingkar Temu Kabupaten Lestari mencoba untuk membantu membuka jalan kreasi masyarakat dengan membuat produk-produk turunannya seperti scarf, hoodie, card holder, dompet, dan lain sebagainya yang tentunya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. 

Anak Muda Bersama Bergerak Berdaya

Seperti halnya Komunitas Hutan Itu Indonesia yang berisi anak-anak muda yang peduli akan hutan, di Musi Banyuasin juga terdapat Komunitas Selaras (Sentra Ekonomi Lestari Serasan Sekate) yang merupakan wadah anak muda yang berperan aktif dan berkolaborasi untuk mewujudkan pembangunan lestari melalui visi ekonomi lestari. 


Hal ini tentunya membuktikan bahwa alam itu bisa menjadi sahabat yang baik apabila dilestarikan dan dipelihara. Tak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga bisa membantu penghidupan. 

Nah, sekarang saatnya, bagi kita, para pemuda untuk bersama bergerak berdaya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk ikut melestarikan alam dan hutan kita. Jangan sampai, anak dan cucu kita nanti hanya mengenal alam dan hutan lewat gambar dan foto saja. (*)

Referensi:

- Online Gathering Eco Blogger Squad, 28 Mei 2023.

- Artikel Katadata.co.id dengan judul ‘Hutan Indonesia Harapan Dunia’



Posting Komentar