Film Agak Laen, Ketika Komedi dan Misteri Tampil Melebihi Ekspektasi

Minggu, Maret 03, 2024

Bertahun-tahun lamanya, sejak kebangkitan film Indonesia di tahun 2000-an, belum ada film komedi original yang tingkat kelucuannya berbanding lurus dengan tingginya jumlah penonton. Bahkan, beberapa tahun ke belakang, film-film horor masih menjadi film yang paling digandrungi masyarakat Indonesia. 

Hingga kemudian, 1 Februari 2024, Film Agak Laen hadir di bioskop dan meledak di pasaran. Banyak penonton yang rela antre panjang untuk menonton film yang disutradarai Muhadly Acho ini. 


Di hari perdana penayangannya saja, Film Agak Laen sudah bisa meraih 181.689 penonton, dan jumlah penontonnya terus menanjak setiap harinya, dan bahkan di hari penayangan yang ke-12, jumlah penonton Film Agak Laen sudah menembus angka 4 juta penonton. Tentunya sebuah pencapaian yang luar biasa.  

Judul film Agak Laen sebenarnya bermula dari podcast dengan judul yang sama, dimana digawangi oleh orang-orang yang sama dengan pemeran utama Film Agak Laen, yaitu Boris Bokir, Oki Rengga, Indra Jegel, dan Bene Dion.

Saya menonton film ‘Agak Laen’ ini di hari ke-4 (weekend). Awalnya saya tak berekspektasi banyak untuk film ini, apalagi saya adalah tipe orang yang sulit tertawa dan cukup selektif terhadap jokes-jokes yang muncul di film, sinetron, atau acara stand up. Maka dari itu, saya baru berani mengatakan sebuah film itu lucu ketika saya bisa tertawa terbahak-bahak, dan ternyata itu saya dapatkan ketika menonton Film Agak Laen ini. Bravooo!!

Pembuka Tanpa Tawa

Film ini berkisah tentang wahana pasar malam, di mana Boris Bokir, Indra Jegel dan Bene Dion yang menggawangi wahana rumah hantu mengalami kesulitan karena wahana mereka di ujung kebangkrutan. 

Jangan berharap bisa tertawa di 10 menit awal film ini dimulai, apalagi dengan ditampilkannya adegan kekerasan pada sosok Oki yang sedang menjadi talent di wahana lempar bola, ia tampil menggunaan baju perempuan yang kemudian menjadi bahan tertawaan pengunjung pasar malam.

Awalnya saya agak bingung kenapa adegan kekerasan seperti ini menjadi opening film? Tapi kemudian saya berpikiran bahwa seperti itulah kehidupan real life di sekitar kita, di mana kita seringkali tertawa di atas penderitaan orang lain, merasa senang di saat orang lain susah, merasa susah di saat orang lain senang.  

Oki Rengga yang baru saja dipecat setelah membuat keributan di wahana lempar bola, kemudian mendatangi Boris, Jegel, dan Bene di rumah hantu.  Oki ingin bergabung ke wahana rumah hantu, tapi teman-temannya menolak karena Oki yang berstatus mantan narapidana serta kondisi keuangan wahana rumah hantu memang sedang memprihatinkan. 

Apalagi tak hanya mereka berempat yang hidup dari wahana Rumah Hantu, tapi ada juga Marlina (Tissa Biani) yang bertugas sebagai penjaga tiket. Tissa Biani hadir sebagai perempuan baik-baik yang lucu, lugu dan menjunjung tinggi sopan santun. Hal ini ditandai dengan gesture Marlina mencium tangan Oki saat bertemu sebagai bentuk sopan santun pada yang lebih tua. 

Sumber: instagram/tissabiani

Menyelesaikan Masalah dengan Masalah

Kembali ke soal wahana rumah hantu, Oki memiliki ide yang ia kemukakan pada teman-temannya agar wahana rumah hantu bisa laris manis. 

Bermodal ide dan juga surat tanah yang ia curi dari ibunya. Oki akhirnya diterima bergabung, apalagi mereka berempat sama-sama harus segera mendapatkan uang, Boris yang harus mengumpulkan uang untuk mencapai mimpi mamaknya agar ia jadi tentara, Jegel yang terlilit hutang rentenir, Bene yang harus memenuhi permintaan calon mertuanya untuk membuat pesta pernikahan yang mewah, serta Oki yang harus membiayai pengobatan ibunya.  

Mereka berempat pun melakukan perubahan besar-besaran di wahana rumah hantu, baik itu dari segi make up, desain rumah, interior, dan gimmick-gimmick perhantuan lainnya. Saat mereka sudah percaya diri dengan perubahan rumah hantu mereka, masalah menerpa. Ada seseorang yang mati di rumah hantu, dan gawatnya, orang itu adalah seorang calon legislatif. Mereka panik dan ketakutan karena takut ditangkap polisi sebagai pembunuh. Akhirnya mereka mencari akal bagaimana menyelesaikan masalah, tapi akhirnya malah semakin menambah masalah. 

Sumber: instagram/pilem.agak.laen

Paduan Komedi dan Misteri

Film Agak Laen ini bisa dikatakan sangat berhasil memadukan komedi dan misteri. Ibarat masakan sangat pas. Tentunya tidak mudah menjadikan misteri menjadi sesuatu yang lucu, namun ternyata Acho sebagai penulis dan sutradara berhasil melakukannya. 

Belum lagi, bit-bit komedi yang pecah banget, rasanya belum selesai kita tertawa, kita sudah disuguhi adegan-adegan lain yang membuat kita mau tak mau harus tertawa lagi, dan itu benar-benar membuat jiwa-jiwa yang jarang tertawa karena banya masalah, bisa merasakan kebahagiaan maksimal saat menonton film ini. 

Apa semua bit komedi di film ini berhasil? Tentunya tidak, beberapa di antaranya ada pada part Soleh Solihun yang terkesan dipaksakan untuk lucu, tapi gagal lucu.

Namun, di sisi lain, banyak sekali adegan-adegan lucu yang tentunya natural, bahkan Oki bilang ‘Sambil’ aja bisa pecah banget komedinya. Termasuk ketika Oki mengungkapkan amarahnya pada Intan (Indah Permatasari) yang berperan sebagai pelakor, saya seperti melihat netizen yang sedang merutuki pelakor di media sosial X, berasa banget julidnya. 

Kritik Politik Lewat Komedi 

Film yang memang hadir dari para komika, tentunya akan hadir pula banyak keresahan-keresahan yang kemudian dimunculkan sebagai komedi, termasuk di dalamnya keresahan mereka tentang dunia politik.

Munculnya tokoh caleg Basuki Mulyadi (Arief Didu) yang berselingkuh tentunya menjadi gambaran buruk para politikus di negeri ini, karena jeratan harta, tahta, wanita itu memang benar adanya. 

Bit-bit politik lain yang muncul di film ini juga tak kalah kocaknya. Salah satunya saat adegan Marlina (Tissa Biani) bersama Komandan Polisi di warung makan, benar-benar ngena sekali punclinenya. 

Pemilihan masa tayang jelang pemilu juga sepertinya menjadi strategi jitu untuk menyindir para caleg serta politikus yang berlaga di masa kampanye, bahwa sebenarnya masyarakat itu tahu betapa buruk dan kotornya dunia politik itu.

Apakah semua elemen mendapatkan porsi untuk mendapatkan ‘cubitan’ dari film ini? Sebenarnya saat institusi polisi muncul di film ini, saya menunggu bagaimana film ini akan menyindir kebobrokan institusi kepolisian, tapi ternyata, sampai akhir film Acho memilih untuk bermain aman dan bahkan menempatkan polisi terlihat heroik di film ini. 

Pemilihan Setting yang Agak Laen

Penggunaan set Wahana Rumah Hantu dan Pasar Malam bisa dibilang sesuatu yang tidak biasa. Di tengah banyaknya tempat wisata aestetik yang menjamur beberapa tahun terakhir, Pasar Malam tentunya menjadi pilihan yang menggembirakan untuk mengajak anak 90an untuk bernostalgia.

Mengingatkan kita bahwa sebelum jadi anak senja dan anak kopi kekinian, kita lebih dulu merasakan bahagia dengan naik komidi putar dan bianglala.

Pemilihan nama ‘Rawa Senggol’ saya pikir sebagai tempat yang fiktif, tapi kemudian ketika membaca tulisan ‘Polres Depok’ di film itu rasanya ingin tertawa. Memang menjadi sesuatu yang pas ketika menempatkan Rawa Senggol di Depok, karena bagi netizen, Depok memang dikenal sebagai kota yang Agak Laen, hahaha.

Sumber: X.com/convoms

Pro Kontra Disabilitas di Film Agak Laen

Adanya karakter Obet (Sadana Agung) sebagai seorang tuna wicara juga memunculkan pro kontra di kalangan netizen. Banyak yang menganggap karakter Obet mendiskriminasi teman-teman dengan disabilitas. Tapi menurut saya justru adanya Obet ini justru ingin menyuarakan bahwa teman-teman disabilitas bisa diterima di tengah masyarakat. 

Sumber: instagram/sadanaagungs

Kemunculan Obet sepertinya juga sebagai bentuk perwujudan istilah ‘saksi bisu’ dalam sebuah kasus kriminal, dan di film ini mencoba menghadirkan saksi yang benar-benar bisu. 

Dalam kesehariannya, Obet juga berkarakter ‘sedikit bicara banyak bekerja’, ini tentunya juga bisa menjadi kritik bagi masyarakat yang seringnya tampil ‘lebih banyak bicara sedikit kerjanya’. 

Adanya Ernest sebagai Juru Bicara Isyarat di film ini menurut saya bisa dianggap sebagai sebuah kampanye baik tentang pekerjaan ini. Agar masyarakat tahu bahwa ada ragam pekerjaan untuk ‘Juru Bicara Isyarat’, tidak hanya sebagai juru bicara isyarat ketika penayangan berita saja. 

Film Komedi Terlaris Indonesia

Siapa yang keluar bioskop terus terngiang-ngiang dengan lagu Agak Laen? Hahaha. Lagu Agak Laen yang dinyanyikan oleh Boris, Bene, Jegel, dan Oki ini memang easy listening, dan bisa dibilang menjadi trade mark tersendiri untuk film garapan Imajinari yang memiliki unsur Batak, karena sebelum ada di Film Agak Laen, lagu ini juga muncul di Film Ngeri-Ngeri Sedap. Hayoo, siapa yang baru sadar, nih? 

Ketika menonton film ini di hari ke-4 tayang, saya sudah berpikir bahwa film ini akan bisa meraup jutaan penonton, dan ternyata benar-benar terbukti, tak hanya 1 atau 2 juta penonton, tapi di hari ke-31 penayangannya, Agak Laen sukses dengan 8 juta penonton, dan tentunya masih akan terus bertambah. 

Sumber: instagram/pilem.agak.laen

Dengan raihan jumlah penonton ini, Agak Laen berhasil menjadi film komedi dan film dengan skenario asli terlaris di Indonesia. Congrats Agak Laen! Menyala abangkuuu! (*)


1 komentar

  1. Film 'Agak Laen' membawa realitas kehidupan dengan humor yang segar. Meski pembukaannya kontroversial, film ini berhasil mengundang tawa dengan cerdas. Sepertinya saya tertarik menonton film ini.

    BalasHapus