Vania Febriyantie, Inisiator dan Penggerak Seni Tani untuk Masyarakat Lebih Berdikari

Kamis, Oktober 05, 2023

Matahari terlihat sudah sepenggalah tingginya dan terasa cukup menyengat di kulit. Namun, perempuan berhijab yang akrab dipanggil Vania itu alih-alih bergegas mencari tempat yang lebih rindang untuk berteduh, ia justru tetap asyik berada di tengah kebun sayuran yang dikelolanya. 

Pemilik nama lengkap Vania Febriyantie itu tampak menikmati cahaya matahari yang menimpa wajahnya, sepoi angin yang menyentuh hijabnya, juga gumpalan tanah yang tak segan untuk digenggamnya. Ia begitu menikmati dunianya, sebuah dunia yang membuatnya bahagia dan lebih berarti.

Perempuan kelahiran Lhokseumawe tahun 1993 ini adalah sosok di balik Seni Tani, kebun komunal dengan basis Community Supported Agriculture.  Berawal dari ajakan diskusi dari ketua RT di lingkungannya tentang masalah sampah yang menumpuk di bawah menara SUTT. Vania berinisiatif memanfaatkan lahan di bawah menara SUTT tersebut menjadi kebun komunal.

Berawal dari ide itulah, akhirnya lulusan Pendidikan Biologi-UPI Bandung ini mulai bergerak untuk memanfaatkan lahan tersebut agar tetap produktif. m Apalagi, di masa awal kemunculan Seni Tani, Indonesia dan dunia masih dilanda pandemi sehingga suplai bahan pangan dari luar kota yang masuk ke Bandung terhambat. Selain itu, Vania juga berharap dengan pengolahan lahan tersebut bisa menciptakan akses pangan lokal di sekitar daerah tempat tinggalnya.  

Mengenal Seni Tani Lebih Dekat

Seni Tani memiliki konsep sistem bisnis sosial yaitu community supported agriculture (CSA) yang artinya anggota harus membayar biaya berlangganan di awal musim tanam. Untuk apa dana tersebut? Dana tersebut digunakan untuk kegiatan berkebun yang dilakukan para petani, dimana nantinya hasil pertanian akan dibagikan pad anggota saat masa panen tiba.  

Saat ini Seni Tani menggarap dua area kebun, pertama area kebun komunal dan yang kedua area kebun produksi. Selain menggarap lahan tidur, Vania juga menggerakkan komunitasnya untuk melakukan kegiatan lainnya yang masih berkaitan dengan berkebun setiap Minggu pagi, seperti membuat eco enzyme, membuat pupuk, dan kegiatan bermanfaat lainnya.  

Pada awal pembentukan komunitas ini, tak sedikit hambatan yang dialami oleh Vania, diantaranya seperti stigma masyarakat yang masih berpikiran bahwa untuk jadi petani itu membutuhkan lahan berhektar-hektar luasnya.  Padahal, dari menggarap lahan urban pun hasil produksinya cukup lumayan.

Vania menjelaskan bahwa nama Seni Tani sendiri berangkat dari prinsip bahwa dalam berkesenian, setiap orang tentunya memiliki caranya masing-masing, namun tetap patuh pada prinsip yang ada. Jadi dalam prinsip Vania, bertani itu harus beragam namun tidak boleh mencemari dan tetap terintegrasi satu sama lain.

Anggota dari Seni Tani memiliki latar belakang yang beragam, meskipun dimotori oleh anak muda, namun secara keseluruhan anggotanya terdiri dari segala usia yang memiliki kesamaan dalam ketertarikannya dengan seni bercocok tanam yang ramah lingkungan. 

Dukungan untuk Seni Tani

Meskipun banyak hambatan, namun Vania juga bersyukur karena apa yang dilakukannya ini juga mendapatkan perhatian serta dukungan dari pemerintah. Misalnya seperti izin penggunaan lahan tidur dari Kelurahan Sukamiskin, kemudian pemberian biibit dari Badan Ketahanan Pangan Kota Bandung, serta dana bantuan dari Kemenpora untuk membangun infrastruktur kebun agar kebun layak dikunjungi warga serta dapat menjadi tempat untuk belajar tentang dunia bertani dan berkebun. 

Saat ini, apabila digabungkan secara keseluruhan, luas lahan yang digarap oleh Seni Tani mencapai luas 1.000 m2. Lahan tersebut menghasilkan beragam jenis sayuran yang mana apabila ditotalkan bobotnya mencapai 250 kg yang kemudian didistribusikan ke 50 kepala keluarga di setiap bulannya. 


Petani Kota untuk Indonesia

Menjadi petani kota memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, hal ini sudah terlihat dari apa yang dilakukan oleh Vania Febriyantie. Vania tak pantang menyerah dan terus berusaha untuk mengajak para pemuda agar mau menjadi petani urban dengan penghasilan yang menjanjikan. 

Apalagi hasil kebun dan pertanian tentunya menjadi produk yang selalu dibutuhkan masyarakat, sehingga masyarakat pun tidak akan kesulitan untuk mendapatkan bahan pangan, yang mana hal ini tentunya akan bisa menggerakkan perekonomian masyarakat Indonesia. 

Apa yang dilakukan Vania ini terlihat memberikan dampak yang positif, maka tidaklah heran jika ia menjadi salah satu penerima Satu Indonesia Award 2021 kategori khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19. Untuk lebih mengenal komunitas Seni Tani bisa mengakses juga halaman sosial medianya di Instagram @kamisenitani. (*)




 


Posting Komentar