Toilet Training Anak, Kapan dan Bagaimana Caranya?

Kamis, April 16, 2020


Saat di rumah saja di masa pandemi seperti sekarang ini tentunya hubungan antara orangtua dan anak semakin dekat. Apalagi untuk orangtua yang Work From Home pasti lebih punya banyak waktu untuk anak yang juga sedang belajar di rumah. Ada banyak hal yang bisa dilakukan orangtua saat membersamai anak di rumah. Bagi yang memiliki anak usia sekolah, orangtua tak hanya memantau saja, tapi juga bisa menemani anak belajar menulis dan membaca.


Lalu, untuk orangtua yang memiliki anak balita, kira-kira apa yang bisa dilakukan? Salah satunya adalah dengan membersamai si kecil melakukan toilet training. Sebenarnya bagaimana sih cara dan kapan waktu yang tepat mengajak anak toilet training? Berikut ini adalah kisah saya saat membersamai Ayya toilet training satu tahun yang lalu.

Satu tahun yang lalu, tepatnya saat Ayya berusia 25 bulan, saya mulai mengajak Ayya toilet training. Awalnya saya ingin menerapkan toilet training di usia Ayya 24 bulan, tapi setelah berdiskusi dengan Abinya, kami memundurkan jadwal toilet training Ayya di usia 25 bulan. Hal ini karena di usia 24 bulan, kami menyapih Ayya, jadi kami nggak mau Ayya terlalu kaget dengan perubahan gaya hidupnya yang cukup drastis.

Kapan sih Waktu yang Tepat untuk Toilet Training?
Pada umumnya, anak sudah bisa diajarkan toilet training sejak usia 18 bulan. Lalu kenapa saya nggak memulai toilet training pada Ayya di usia itu? Jawabannya adalah saya melihat Ayya belum siap, termasuk saya juga belum memiliki kesiapan untuk menghadapi toilet training.

Ketidaksiapan saya di sini lebih pada saya belum punya pengalaman mengajarkan toilet training pada anak, dan saya juga belum memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang toilet training. Istilahnya, seperti saya mau maju lomba matematika, tapi saya belum belajar banyak rumus.

Maka dari itu, memiliki waktu beberapa bulan sebelum memulai toilet training, saya mulai browsing dan bertanya ke teman-teman sesama ibu yang sudah sukses mengajarkan toilet training untuk anaknya.

Meski sudah mendengarkan banyak pengalaman, ternyata tidak semuanya bisa saya aplikasikan pada Ayya. Ya, ini karena setiap anak berbeda-beda. Maka dari itu, seorang Ibu harus bisa terlebih dahulu memahami anaknya, metode toilet training seperti apa yang sekiranya cocok diterapkan pada anak.

Memulai Toilet Training  
Hari itu, pertama kali saya memulai toilet training pada Ayya. Saya sudah berencana untuk mengajak Ayya bermain di rumah saja selama 2 minggu, kalau Ayya mau main ke luar, maka anak tetangga dan sepupunya Ayya yang saya minta buat datang ke rumah.

Saya siapkan perlak melapisi tempat tidur Ayya, jadi setiap hari, selama 2 minggu, dia hanya beraktifitas di kamar beralaskan perlak. Kenapa begitu? Ini agar lebih mudah memantau frekuensi Ayya saat buang air kecil, dan untuk menghindari Ayya ngompol di rumah tetangga, hehehe.

Untungnya Ayya nurut-nurut aja, yang penting banyak mainan di depannya, dan karena cara ini juga, gak ada cerita saya ngepel rumah karena ompolnya Ayya berceceran. Semuanya aman terkendali karena posisinya selalu di atas perlak, dan karena masih hari-hari pertama toilet training, Ayya belum bisa mengatakan mau pipis atau pup.

Perhatikan Frekuensi BAK Anak
Sejak Ayya memulai toilet training, saya mulai memperhatikan frekuensi Ayya saat BAK. Jadi, awalnya saya mengajak Ayya ke kamar mandi satu jam sekali. Tapi ya Ayya nggak langsung mau pipis. Saya pernah menunggu 45 menit di kamar mandi, tapi Ayya nggak pipis juga, eh, waktu sampai kamar malah langsung pipis.

Tapi ya saya nggak menyerah gitu aja, saya tetap mengajaknya ke kamar mandi 1 jam sekali di minggu pertama, kemudian 2 jam sekali di minggu kedua, 3 jam sekali di minggu ketiga, dan 4 jam sekali di minggu keempat. Alhamdulillah lambat laun, Ayya mulai tahu kapan ia harus pipis, dan di bulan kedua masa toilet training, saya mulai memperbolehkan Ayya main ke rumah tetangga, namun beberapa jam sekali tetap saya jemput buat diajak ke toilet.

Bertahap
Saat Ayya memulai toilet training ini, saya pernah tergoda membeli clodi pants, celana dengan bahan tebal yang bisa membantu anak saat toilet training, inginnya sih saat anak buang air kecil, ia akan kerasa nggak nyaman dan akhirnya bilang mau pipis.

Tapi ternyata, justru karena bahannya tebal, Ayya malah nyaman-nyaman aja dan nggak bilang kalau udah pipis di celana. Akhirnya strategi saya ganti, saya nggak lagi memakaikan Ayya clodi pants, tapi saya memakaikan Ayya celana kain biasa.

Oh ya, toilet training yang Ayya lakukan ini bertahap. Saya memulainya dengan memakaikan celana kain saat pagi sampai sore, kemudian setelah mandi sore mulai menggunakan diapers. Semakin bertambahnya waktu, penggunaan diapers mulai saya kurangi secara bertahap.

Yang awalnya menggunakan diapers sejak pukul 4 sore, mulai saya kurangi jadi pukul 6 sore, kemudian 7 malam, hingga digunakan saat mau tidur. Setiap bangun tidur, saya juga cek, ada nggak pipis Ayya di diapers. 


Awalnya ada cukup banyak, lambat laun berkurang, semakin sedikit, dan setelah 1,5 bulan menjalani toilet training saya mulai berani mengajak Ayya pipis ke toilet saat tengah malam. Lakukan toilet training secara bertahap, ingat, seperti halnya orang dewasa, anak butuh waktu mempelajari hal-hal baru, jadi tak perlu diburu-buru.

Perlu Nggak Membeli Potty Training?
Dulu saya pernah tergoda juga mau membeli potty training, apalagi bentuk dan warnanya lucu-lucu. Namun akhirnya saya urungkan untuk membelinya. Saya khawatir kalau belajar toilet training menggunakan potty training nanti Ayya malah menjadi kebiasaan dan khawatir dia gak mau menggunakan toilet konvensional, kan jadi repot. 


Tapi kembali lagi ya ke pribadi masing-masing orangtua, menggunakan potty training bagus, enggak pun juga tak apa-apa. Yang perlu diingat adalah, saat toilet training, orangtualah yang paling dibutuhkan oleh anak.

Sabar dan Konsisten
Membersamai anak menjalani toilet training yang dibutuhkan adalah kesabaran. Selain itu, orangtua juga harus konsisten untuk selalu mengajak anak ke toilet secara berkala. Beberapa kali saya kecolongan Ayya udah pipis duluan di atas perlak, kesal pasti dan pengen marah rasanya, tapi suami kemudian menyabarkan saya dan mengatakan bahwa anak masih belajar, yang dibutuhkan adalah diberi pengertian.

Sounding Setiap Saat
Sesungguhnya anak balita mampu memahami apa yang orangtuanya sampaikan, yang penting dilakukan perlahan. Maka dari itu, setiap saat saya selalu ngobrol dengan Ayya dan bilang kalau mau pipis dan pup harus ke toilet.


Saat Ayya berhasil pipis dan pup di toilet, maka saya akan langsung bertepuk tangan dengan berkata kalau Ayya pintar. Semangat dan penghargaan seperti itu ternyata manjur untuk Ayya.

Jangan Dibandingkan
Setiap anak memiliki masa toilet training masing-masing, mungkin ada yang cepat, atau ada yang lambat. Yang pasti, orangtua jangan buru-buru membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain yang sudah lulus toilet training.

Jika anak lain ada yang lulus toilet training 2 minggu atau 1 bulan, Ayya sendiri menjalani masa toilet training selama 3 bulan penuh, dan akhirnya di usianya ke 28 bulan, Ayya benar-benar lepas diapers siang dan malam.


Karena saat toilet training Ayya terbiasa saya ajak ke toilet di tengah malam, maka saat sudah lulus toilet training, saat tengah malam dan ingin pipis atau pup, Ayya akan terbangun dan membangunkan saya. Alhamdulillah selama setahun ini lepas diapers Ayya hanya mengompol sekali, itupun saat ia sakit dan panas tinggi.

Melihat anak yang berhasil lulus toilet training rasanya lega dan terharu banget. Akhirnya kami bisa menghadapi tahapan ini bersama-sama.(*)

15 komentar

  1. Kereeeen mommy ayyaaa. . Arbi juga udah mulai masa tt nih. . Tapi emaknya yang belum siap. . Kudu training emaknya dulu nih

    BalasHapus
  2. makasih mb sangat membantu tulisannya,karena dari kemarin2 lagi nyari info tentang tt yg tepat gimana..

    BalasHapus
  3. Tentang toilet training ini beneran deh jangan suka membanding-bandingkan dengan anak lain, kasihan banget.

    Nggak cuma kasihan dengan anaknya Kasihan juga dengan ibunya sebenarnya. Salah satu keponakan yang sudah kelas 2 SD masih menggunakan diapers sebenarnya itu beban mental bagi ibunya juga

    Artikelnya bermanfaat banget, izin share buat kakak saya ya kak, sampai sekarang masih belum nemu metode yang tepat beliaunya hehehe

    BalasHapus
  4. Record toilet training si sulung paling cepat kak. Cuma 3 hari udah lulus siang hari. Cuma pake diapers saat tidur malam. Tapi malam saya bangunkan ke toilet. Seminggu latihan di malam hari ia pun lulus. Tapi anak cowok agak lambat ya kak. Entahlah, anak perempuan yang dua lancar, yang cowok usia paud kalo malem masih sering bolak-balik dibangunin. Kadang kebablasan. Hiks

    BalasHapus
  5. Masya Allah mudah banget Mbak proses Toilet trainingnya Ayya. Saya sudah memulai sejak anak usia 16 bulanan, sampai sekarang anak sudah 3,5 tahun belum sukses. Pipis sudah bisa sih ke toilet, tapi masih seringnngewes di celana. Begitu juga ketika pup, lebih sering di celana.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah karena #dirumahaja anak saya malah bisa lepas popok juga mbak. Sebelumnya dititip di daycare saya yang selalu parno takutnya ngompol di sana makanya dipakain diapers. Syukurlah ada hikmahnya sekolah dan daycare diliburkan 😁

    BalasHapus
  7. Jadi inget momen toilet training bocah. Kalo lupaaa aja sehari, mulai balik lagi pake diapers. Dan emang paling sulit itu untuk konsisten. Mau ngga mau harus diinget terus biar ga balik pake diapers lagi

    BalasHapus
  8. Saya 4 anak beda² kisah TTnya. Kakak²nya pd cepet semua, usia 1 tahun rata² udah lulus. Nah si bungsu nih sekarang sampe 2,5 thn lebih juga belum. Kemanjaan x yaa banyak permisifnya saya haha

    BalasHapus
  9. emang enggak mudah ya mba untuk toilet training, harus sabar. karena ponakan saya juga begitu, untuk pipis udah bisa tapi pup paling sulit hihi. lama-lama juga anak-anak paham ya asal terus diajari.

    BalasHapus
  10. Wah, saya baru tahu kalau ada istilah toilet training begini. Memang dari usia 2 tahun anak perlu dikenalkan dengan toilet ya Mbak.

    BalasHapus
  11. Wah, dapet ilmu baru nih per toilet training
    ternyata sudah mulai usia 18 bulan bisa dilakukan tt ya
    tapi ya kembali lagi pada kesiapan anak

    BalasHapus
  12. Ternyata butuh perjuangan ya untuk melatih anak agar paham kapan waktunya ke kamar mandi... Tipsnya perlu ditiru ini kedepannya

    BalasHapus
  13. Menunggu 45 menit di kamar mandi? Luar biasa sabar,Mbak. Adek ngga bosan selama 45 menit? Atau sambil mainan?
    Minggu ini saya berencana menerapkan toilet training untuk batita saya. Semoga istiqamah seperti menyapihnya setahun yang lalu..

    BalasHapus
  14. aku belum ada pengalaman sama sekali tentang toilet training, tapi semoga setelah baca ini setikit paham. dan ternyata untuk melatih anak tidak mudah.

    BalasHapus
  15. Tiap anak emang beda² ya kelulusan TT nya, si ragil saya udah lulus tp kadang² masih lupitaaa hehe...

    BalasHapus