Selena dan Nebula: Pertarungan Antara Cinta, Ambisi, dan Egoisme dalam Diri

Selasa, Juni 30, 2020


Judul Buku  : Selena

Penulis          : Tere Liye – Diena Yashinta (Co-Author)

Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Tahun            : 2020

Tebal              : 368 halaman


Novel Selena merupakan novel ke-8 dalam seri Bumi. Menceritakan tentang sosok Selena atau Miss Keriting


Selena merupakan buku ke-8 dalam seri Bumi, di buku ini akan diungkap tuntas mengenai siapa sebenarnya sosok Selena atau Miss Keriting, guru Matematika di sekolah Raib, Seli, dan Ali.

Kisah dalam buku ini bermula tatkala Jem, ibunda Selena meninggal dunia. Atas wasiat Jem, Selena pun diminta menemui pamannya, Raf yang tinggal di kota Tishri. Hidup Selena yang awalnya begitu miskin dan tersisih dari kemajuan zaman ketika berada di distrik tempatnya tinggal, berubah drastis ketika ia tinggal bersama Paman Raf, Bibi Leh, dan kelima sepupunya Am, Im, Um, Em, Om.

Selena adalah satu dari sekian banyak penduduk klan bulan yang memiliki kekuatan. Akan tetapi kekuatan tersebut tidak pernah muncul maksimal, hingga ia sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan tatkala gagal memunculkan kekuatannya itu.

Paman Raf yang memiliki perusahaan konstruksi memperkerjakan Selena di penggalian dan pemasangan lorong kereta bawah tanah, hingga kemudian Selena  mendaftarkan diri ke Akademi Bayangan Tigkat Tinggi (ABTT), namun gagal.

Selanjutnya Tamus datang dan menawarkan bantuan pada Selena agar bisa masuk ke ABTT. Sebagai gantinya Tamus meminta Selena untuk melakukan beberapa tugas. Selena tak sadar, bahwa tugas-tugas dari Tamus yang ia laksanakan itu menjadi awal dari semua petaka.

Selena, Keberanian, dan Ingatan Fotografis
Membaca Selena kita akan dibawa masuk ke dalam sebuah cerita yang sangat detil dan runtut. Seolah-olah kita diajak berkelana bersama ingatan fotografisnya.

Semua yang ia lihat, yang ia sentuh, yang ia dengar, semuanya ditulis begitu detil di buku ini. Dan tak bisa dipungkiri, cerita yang diungkapkan terlalu detil memang membuat pergerakan bab demi bab terasa lambat.

Namun, hal ini tak dapat dihindari juga, karena seorang Selena memang memiliki kelebihan ingatan fotografis dan pandangan mata yang tajam. Maka semua yang ia lihat akan terekam dalam ingatannya, begitu kuat, begitu detil.

“Kamu memang tidak pandai menghilang atau menguasai teknik Klan Bulan lainnya, tapi matamu setajam elang Pegunungan Berkabut. Ingatanmu sekuat gurat air di sungai-sungai jauh. Kamu punya bakat hebat” (halaman 9).

Sosok Selena muda, remaja berambut keriting yang berani, keras kepala, dan siap melanggar peraturan kapan saja, akan mengingatkan kita pada sosok Merida dalam animasi Disney berjudul Brave.

Dilihat dari tampilan fisik dan usianya, sosok Selena dan Merida remaja yang memiliki rambut keriting tentunya sangatlah mirip. Begitu juga dengan keberanian, serta sikap keras kepala dan masa bodoh dengan aturan.

Bedanya, Merida terlahir dari keluarga kerajaan, sedangkan Selena berasal dari kalangan rakyat jelata di Klan Bulan. 

Asal-usul Selena yang bukan berasal dari keluarga kaya atau bangsawan inilah yang membuat kemunculan Mata dan Tazk dalam lingkaran persahabatannya menjadi perpaduan yang pas.

Mata dengan asal-usul darah murni pewaris Klan Bulan, juga Tazk yang memiliki kakek seorang mantan Panglima Pasukan Bayangan. Hal ini membuat persahabatan mereka terlihat sempurna.

Ibu Kota Sentris dan Ketimpangan Sosial
Selain di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi (ABTT), latar kisah Selena muda di buku ini berlangsung di kota Tishri, ibu kota Klan Bulan.

Kota Tishri seolah menjadi gambaran betapa kemajuan teknologi itu ada, namun ketimpangan sosial juga tak kalah nyata. Adanya sekat perbedaan antara Kota Tishri bagian bawah tanah dan Kota Tishri bagian permukaan menjadi contohnya.

Pembagian wilayah di dalam Kota Tishri ini layaknya kita ketika memandang banyak kota-kota besar di dunia ini memiliki kemegahan dan hal-hal yang menakjubkan, padahal sebenarnya kota-kota besar tersebut juga memiliki sisi gelap yang jarang dipertontonkan pada dunia. 

Seperti Kota Tishri permukaannya diisi rumah-rumah balon di atas tiang, dihuni untuk kalangan elite. Sedangkan di bagian perut bumi untuk kelas menengah ke bawah.

Ketimpangan sosial ini tidak hanya terjadi di dalam Kota Tishri saja, namun juga di Klan Bulan pada umumnya. Dari cerita Selena, bisa diketahui jika Kota Tishri sebagai ibu kota memiliki sisi modern yang bergerak dengan teknologi tinggi.

Berbeda dengan Distrik Sabit Enam, kampung halaman Selena. Meskipun sama-sama dalam Klan Bulan, namun perbedaannya begitu nyata. Termasuk juga ketakjuban Selena ketika menerima 9.900 Kredit sebagai gaji pertamanya bekerja pada Paman Raf.

“Aku menelan ludah. Sebaliknya seumur-umur aku beum pernah melihat uang sebanyak ini. Dulu. Ibu terpaksa meminjam uang dari tetangga sebanyak 275 Kredit untuk membayar tunggakan listrik kami, agar listrik kami tidak dipadamkan.” (halaman 53).

Klan Bulan ini mengingatkan kita pada Indonesia, dimana selama ini, pembangunan, teknologi, dan kemajuan berpusat di ibu kota Jakarta, melupakan tanah-tanah lain yang gersang dan tak tersentuh kemajuan.

ABTT, Kawah Candradimuka Tiga Sahabat
Novel bertajuk Selena ini mayoritas bercerita tentang kehidupan Selena saat di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi. Bagaimana perkuliahannya, siapa saja dosennya, dan bagaimana ABTT ini membentuk Selena, Mata, dan Tazk menjadi petarung serta pengintai yang ulung.

ABTT serupa kawah candradimuka bagi Selena, Mata, dan Tazk dimana menjadi tempat yang sangat berpengaruh dalam peningkatan kemampuan mereka.

Akademi Bayangan Tingkat Tinggi diceritakan terletak di Lembah Gajah. Entah kenapa ini mengingatkan pada salah satu universitas terbaik di Indonesia, Universitas Gajah Mada.

Entah kebetulan atau tidak, Penggambaran ABTT mirip dengan UGM, selain terletak di kawasan yang rimbun, jauh dari ibu kota negara, juga di dalam UGM terdapat kawasan bernama ‘Lembah UGM’.

Aktifitas perkuliahan Selena, Mata, dan Tazk menjadi paling banyak yang diceritakan. Memang terkesan membosankan karena pembaca diajak mengikuti cerita rutinitas yang berulang dalam beberapa bab.

Latar tempat hanya berputar-putar di asrama, ruang kelas dan kantin. Apalagi tidak ada masalah dan persoalan yang benar-benar membuat adrenalin pembaca berdegup kencang, karena mayoritas masalah Selena, Mata, dan Tazk hanya berkisar pada mata perkuliahan dan nilai-nilai mata kuliah saja.

Untungnya kisah rutinitas ini mulai terasa menarik ketika Selena harus mengikuti mata kuliah ‘Malam dan Misterinya’, karena mata kuliah ini menjadi pondasi petualangan-petualangan Selena selanjutnya. 

Terlepas dari kisah Selena di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi yang tidak terlalu menggugah adrenalin, namun setiap detil yang dikisahkan Selena terasa penting dan patut untuk diingat, karena semuanya akan saling berkaitan dalam kisah selanjutnya tentang Klan Nebula. (*)

Judul Buku  : Nebula

Penulis          : Tere Liye – Diena Yashinta (co-author)

Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Tahun            : 2020

Tebal              : 376 halaman


Novel Nebula adaah novel ke-9 dalam seri Bumi. Nebula ini bercerita tentang kehidupan Klan Nebula


Jika ingin membaca buku ke-9, Nebula. Maka sangatlah penting untuk membaca buku ke-8, Selena, terlebih dulu. Karena semua petualangan yang ada di novel Nebula, memiliki keterkaitan erat dengan cerita Selena, Mata, dan Tazk selama di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi.

Bahkan, hal ini juga dicantumkan penulis di halaman awal buku. ‘Catatan: Kalian sebaiknya telah membaca buku SELENA sebelum membaca buku NEBULA.’

Dibandingkan buku Selena, maka buku Nebula ini memiliki petualangan yang lebih seru dan membuat penasaran. Di buku ke-9 ini, Selena, Mata, dan Tazk masuk ke tahun keempat perkuliahan di ABTT, di buku ini juga perlahan terungkap perasaan tiga sahabat ini.

Tak hanya itu saja, ambisi Selena yang ingin bertualang ke klan lain, membuatnya harus memecahkan beragam teka-teki hingga ia mendapatkan kunci untuk membuka portal antar klan.

Pembaca juga seolah diajak untuk merasakan betapa mendebarkannya menjadi seorang pengintai, harus keluar masuk ruangan, bersembunyi, dan mendapatkan petunjuk yang dicari dengan beragam cara.

Dalam buku Nebula ini akhirnya dimulai petualangan Selena, Mata, dan Tazk melewati portal menuju Klan Nebula. Sebuah petualangan yang menguji persahabatan mereka.

Nebula dan Kata yang Akrab di Telinga
Membaca Selena dan Nebula seakan membawa kita masuk ke dalam imajinasi dunia paralel yang terasa nyata, dimana banyak kata dan ungkapan yang akrab di telinga.

Jika di novel Selena, beberapa kata yang akrab seperti tim bola terbang PAR-SIB, PAR-SIJA merujuk pada tim sepak bola PERSIB dan PERSIJA. Pada Nebula terdapat ungkapan-ungkapan tugas akhir perkuliahan yang juga muncul, seperti scriptie yang bisa dipastikan padanan kata skripsi.

Tak hanya ungkapan atau nama tim bola dan tugas akhir. Nama-nama orang terkenal pun dijadikan rujukan dalam penulisan novel ini.

Seperti halnya dalam buku Selena, disebutkan nama Ter-E Liy-E sebagai pengarang yang novelnya sedang dibaca oleh Mata. Maka, di buku Nebula juga ada penyebutan ing HBB sebagai dosen mata kuliah ‘Teknologi dan Rekayasa’ di kelas Selena, yang akan mengingatkan kita pada sosok Almarhum BJ. Habibie.  

Selain beberapa nama yang familiar di telinga tersebut, ada juga penyebutan nama boyband ECHO yang mirip dengan boyband Korea EXO. Namun, ternyata, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh ECHO lebih merujuk pada boyband BTS.

Jika BTS memiliki lagu ‘Love Your Self’ dan ‘Fake Love’, maka ECHO memiliki lagu ‘Cintai Dirimu Sendiri’ dan ‘Cinta Palsu’. Bahkan untuk lirik ‘Cinta Palsu’ yang dinyanyikan ECHO  mirip dengan terjemahan lagu ‘Fake Love’ dari BTS.

“Aku menatap potongan video klip dengan sembilan anggota boyband sedang menari dan subtitle lirik lagu di bawahnya: ‘Jika itu untukmu aku bisa. Berpura-pura bahagia bahkan ketika aku sedih. Jika itu untukmu aku bisa. Berpura-pura menjadi kuat bahkan ketika aku terluka’.” (halaman 9-10).

Lirik ini sangatlah mirip dengan terjemahan lagu Fake Love dari BTS berikut:

Neol wihaeseoramyeon nan
(Jika itu untukmu)
Seulpeodo gippeun cheok hal suga isseosseo
(Aku bisa berpura-pura bahagia bahkan ketika aku sakit)
Neol wihaeseoramyeon nan
(Jika itu untukmu)
Apado ganghan cheok hal suga isseosseo
(Aku bisa berpura-pura kuat bahkan ketika aku terluka)

Penggunaan lirik terjemahan dari BTS ini bisa jadi karena penulis menganggap pembaca Novel Tere Liye memang sudah akrab dan banyak menggemari lagu-lagu Korea, terutama dari boyband BTS yang sedang naik daun.

Selain itu, penggunaan lirik tersebut bisa juga sebagai upaya untuk lebih menghidupkan dunia Paralel dalam imajinasi pembaca, antara Klan Bulan yang diwakili ECHO dan Klan Bumi yang diwakili BTS.

Belajar Kesederhanaan dari Klan Nebula
Sesampainya di Klan Nebula, Selena, Mata, dan Tazk disuguhi pemandangan yang jauh berbeda dari Klan Bulan. Jika Klan Bulan selalu berlomba menemukan teknologi-teknologi baru. Maka Klan Nebula hidup sederhana tanpa adanya teknologi.

“Kami hidup sederhana di Klan Nebula. Kami tidak membutuhkan teknologi dan pengetahuan itu, apalagi kekuatan. Klan ini damai dan tenteram.” (halaman 289)

Ya, begitulah kehidupan di Klan Nebula, mereka merayakan kehidupan yang bersahaja, menyayangi kehidupan dan menghormati alam sekitar.

Seringkali, kemajuan teknologi memang melenakan manusia, setiap hari manusia terlalu mengandalkan gadget tanpa tahu ada apa di sekitarnya. Seperti yang dikatakan Kosong,

“Semakin maju teknologi, memang semakin banyak waktu yang dihemat manusia, tapi kualitas hidup mereka menurun. Waktu dan kemudahan hanya digunakan untuk hal sia-sia, memelototi gadget di tangan.” (halaman 299)

Belajar dari Kesalahan-Kesalahan Selena
Di buku ke-8, meskipun cerdas, Selena digambarkan sebagai biang onar dan kerap bikin sebal, dan di buku ke-9 ini, perkembangan watak Selena dibuat menjadi kian menyebalkan. Ada beberapa kesalahan Selena yang bisa menjadi pembelajaran untuk pembaca.

Pertama. Ambisius. Meski sudah diperingatkan Ox dan Bibi Gill untuk tidak mencari portal menuju Klan Nebula, Selena tak mengindahkan hal tersebut. Ia tetap bersikukuh mencarinya bersama Mata dan Tazk. Termasuk juga ketika Tazk memperingatkan Selena agar tidak mengambil cawan keabadian, namun Selena menganggap semua peringatan itu hanya angin lalu.

Kedua. Tidak Peka. Selama ini Selena memiliki mata yang tajam bagai elang, tapi hatinya justru sebaliknya. Selena tidak bisa memahami perasaan Tazk dan Mata. Selena tidak peka dan terlalu sibuk dengan perasaannya sendiri.  

Ketiga. Terbutakan Cinta. Selena terlalu naif memandang suatu hubungan, hingga ia pun terbutakan cinta yang mengakibatkan munculnya sikap egoisme dan pengkhianatan dalam dirinya. Selena tak sadar sikap tersebut menjadi kunci pembuka sebuah kehancuran besar.

Berbicara tentang kesalahan di novel ini. Ada kesalahan yang entah disadari atau tidak oleh penulis.

Pada halaman 129, Saat Selena duduk berdua bersama Tazk di kantin, Tazk menanyakan tentang renovasi Tower Sentral. Dan saat itu Selena terkejut karena Tazk tahu tentang renovasi tersebut. Tazk juga mengatakan bahwa ia mendengar dari perbincangan Selena dengan Mata dan Ev.

Padahal, jika kembali ke halaman 99, ketika Selena duduk bersama Tazk di kereta terbang menuju Kota Tishri. Ada percakapan antara Selena dan Tazk yang menyebut renovasi Tower Sentral.

“Kamu sendiri akan berlibur kemana?”

“Mungkin menghabiskan waktu di Perpustakaan Sentral. Atau mungkin membantu paman Raf. Dia mengerjakan proyek renovasi di Tower Sentral.”
(halaman 98-99).

Tentunya agak aneh bukan jika selanjutnya Selena terkejut saat Tazk bertanya tentang proyek tersebut. Entah Selena lupa atau ia terlalu terlena dan tak menyadarinya karena terpesona dengan wajah tampan Tazk.

Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada di novel Selena dan Nebula. Kedua novel ini layak untuk dibaca, terutama untuk para penggemar serial Bumi. Hal ini karena novel Selena dan Nebula ini menjadi pembuka banyak rahasia, tak hanya tentang asal-usul Selena, tapi juga asal-usul Raib.

Kedua buku ini juga menjadi pintu gerbang petualangan baru di Klan Aldebaran, sebuah petualangan yang layak ditunggu.  (*)

9 komentar

  1. Hallo mba Icha salam kenal. Sya baru ngeh mba Richair89 di grup BW asik ya mba Icha ini, hehehe. Wah mbak jeli banget melihat kesalahan penulis dalam menyambungkan cerita mengenai pembangunan tower sentral. Mungkin proses editingnya dalam pembuatan buku ini juga kurang jeli ya mba.

    BalasHapus
  2. Belum juga sempat baca kedua novel ini. Butuh waktu khusus dan keseriusan, karena sudah pasti ketagihan dan gak bisa disela. Wkwkwk.

    BalasHapus
  3. Udah pengen baca dari lama tapi blm kesampaian juga buat baca buku ini. Jadi makin penasaran, banyak review yang bilang bagus meskipun ada miss sedikit. Thanks for sharing mba

    BalasHapus
  4. Wuah detailnya resensi mbak ichq. Aku blm baca serial bumi yg tere liye...punya buku bumi blm khatam2 karena genrenya fantasi yg membuatku susah sulit khatamnya hehe. Ternyata seru jg euy ikut deg2an dan ngebayanin kaya sekolah pahlawan super ya abtt itu

    BalasHapus
  5. Novel fiksi ilmiah seperti ini masih jarang-jarang di Indonesia, makanya salut banget sama Tere Liye deh.. Apalagi bukunya tetralogi kan

    BalasHapus
  6. Bukunya bagus2 nih, mesti masuk ke dalam list buku yg mesti dibeli berikutnya. Saya tuh paling senang Kl diajak ke toko buku, seneng banget milih2 buku,

    BalasHapus
  7. Tereliye selalu bikin kita betah lama2 baca bukunya. Eh, kemarin aku belum selesai baca bukunya, perpus umum keburu tutup gegara pandemi. Huhu.. Mau baca di ipusnas tapi lebih suka buku fisik ya.

    BalasHapus
  8. selalu suka sama karya tere liye. belum baca yang selena dan nebula ini. tapi sudah bisa tahu isinya dari reviewnya mbak Icha. cakep jadi pengen beli. hehe

    BalasHapus
  9. Sudah lama banget saya gak baca buku dan jadi penasaran sekali dengan buku ini, apalagi detail banget penulis novelnya menceritakan setiap bagian ya, seru pastinya

    BalasHapus