Bidan Desa, Ujung Tombak Pelaksanaan Imunisasi di Masa Pandemi

Minggu, April 17, 2022

Jam di dinding menunjukkan pukul 2 dini hari, saya menempelkan kembali ujung termometer ke ketiak Ayya, anak sulung saya yang kala itu masih berusia 10 bulan. Tak lama, terdengar bunyi ‘bip bip’ dari termometer, tanda jika waktu pengkuran telah selesai. Saya menghela napas lega ketika melihat suhu di layar digital termometer menunjukkan angka 37 derajat celcius. 

Sejak resmi menjadi seorang ibu 5 tahun lalu, barulah saya paham bagaimana pedihnya hati seorang ibu ketika melihat anak terbaring sakit, meski itu hanya demam flu biasa. Menurut kajian para dokter, flu dan demam memang biasa menjangkiti bayi di tahun pertama hidupnya, bahkan dalam 1 tahun bayi bisa mengalami 6-8 kali flu dan demam. Meski begitu, tetap saja hati seorang ibu tidaklah tenang. 

Imunisasi Bidan

Kesehatan anak memang harus menjadi perhatian utama bagi para orangtua, terlebih lagi di 1.000 hari pertama usianya. Selain pemberian makanan bergizi dan seimbang, pemberian #imunisasi juga harus dilaksanakan agar si kecil dapat tumbuh optimal sekarang hingga nanti.

Imunisasi di Indonesia

Imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpapar penyakit tersebut, maka seseorang yang sudah diimunisasi tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan saja (Kemenkes, 2017).

Manfaat Imunisasi
Manfaat Imunisasi

Sebagaimana dilansir dari website kemkes.go.id, Plt. Dir. Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine menyampaikan bahwa imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Berikut ini adalah imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan pada bayi sebelum usia 1 tahun, yaitu Hepatitis B (1 kali), BCG (1 kali), Polio (4 kali), DPT-HB (3 kali), dan Campak (1 kali). Selain imunisasi dasar lengkap, ada juga imunisasi tambahan seperti PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, Varicella, Hepatitis A.  

Imunisasi Dasar
Jadwal Imunisasi Dasar

Berdasarkan Laporan Kinerja Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020, pemberian imunisasi tidak hanya memberikan kekebalan spesifik individu yang bersangkutan, namun juga akan membentuk kekebalan kelompok atau biasa disebut dengan herd immunity

Kekebalan kelompok di suatu daerah (kabupaten/kota) dapat terbentuk apabila imunisasi sudah terlaksana secara merata. Indikator yang digunakan untuk mengukur hal tersebut adalah cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah minimal 80% sasaran bayi yang ada di daerah tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. 

Indikator presentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan adalah indikator seberapa besar tingkat herd immunity di setiap kabupaten/kota. Apabila 80% sasaran bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap, maka 20% sasaran bayi lainnya di daerah tersebut juga turut terlindungi.

Target dan Capaian Imunisasi Indonesia

Berdasar laporan subdit imunisasi tahun 2020 yang tersedia di laman website p2p.kemenkes.go.id, presentase kab/kota yang yang mencapai 80% IDL mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2018 dan 2019, hal ini bisa dilihat dari tabel berikut ini, dimana Tahun 2018 capaian 80% IDL adalah 72,8% (Target 90%), Tahun 2019 mencapai 73,5% (Target 95%), dan Tahun 2020 mengalami penurunan cukup signifikan dengan hanya mencapai 32,7% (Target 79,3%).

Imunisasi di Kabupaten Grobogan

Saat ini saya tinggal di Desa Gubug, Kabupaten Grobogan. Salah satu Kabupaten di Indonesia yang mana tahun 2020 dan tahun 2021 capaian imunisasinya lebih dari 80%. 

Berdasarkan data dari BP3AKB Grobogan Seksi Surveilans, Imunisasi dan KLB. Tahun 2020 jumlah bayi yang menerima imunisasi dasar lengkap adalah 21.330 bayi (107,7%), sedangkan di Tahun 2021 ada 17.103 bayi (92,3%). 

Hasil Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi Dasar Lengkap Puskesmas Gubug 1

Meski secara presentase mengalami penurunan, namun hasil yang didapatkan terbilang masih baik karena sudah mencapai presentase 80%. Bahkan, di wilayah tempat tinggal saya, tepatnya area Puskesmas Gubug 1, Desa Gubug, Kab. Grobogan, mengalami peningkatan capaian Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2020 dan 2021. Untuk Tahun 2020 presentasenya 101, 6%, sedangkan Tahun 2021 presentasenya 104,0%.

Langkah Taktis Bidan Desa

Menurut pengamatan saya, para ibu di desa saya sudah memiliki kesadaran yang baik tentang pentingnya imunisasi untuk anak. Setiap saya membawa anak-anak untuk imunisasi, pasti ada antrean panjang para ibu yang sedang membawa anaknya untuk imunisasi. Bahkan, saya bisa mengantre hingga 2 jam lamanya agar bisa mendapat giliran untuk imunisasi. 

Kesadaran para ibu akan pentingnya imunisasi ini tentunya berkaitan erat dengan keberadaan para bidan desa yang rutin memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dan informasi kesehatan lainnya untuk ibu dan bayi, termasuk juga di masa pandemi ini. 

Pentingnya Komunikasi untuk Penyebaran Informasi

Salah satu yang sangat saya rasakan perbedaannya ketika membawa anak pertama saya imunisasi 5 tahun lalu, dan anak kedua saya yang baru berusia 6 bulan adalah informasi kesehatan dari Bidan Desa. 

Lima tahun lalu, informasi baik itu tentang kesehatan kandungan, persalinan, pasca persalinan dan imunisasi sangatlah minim. Saat itu saya masih mencari-cari sendiri tentang informasi layanan imunisasi. Bahkan, saat itu saya tidak tahu tanggal pelaksanaan posyandu di tempat saya. Akhirnya imunisasi bagi anak kami yang pertama lebih banyak kami lakukan mandiri dengan biaya sendiri. Padahal, imunisasi sebenarnya bisa didapatkan secara gratis dari puskesmas atau posyandu. 

Jembatan Komunikasi di Masa Pandemi

Kesulitan informasi seperti ini, saya yakini tidak hanya dialami oleh saya, namun juga banyak ibu baru lainnya. Saat itu, saya seperti orang asing yang baru masuk ke sebuah kota baru, dimana di kota itu tak ada papan petunjuk arah ke mana saya harus pergi.

Namun, saya merasa lebih beruntung di kehamilan kedua saya. Bidan Desa yang baru, Bidan Hilmi S. Amd.Keb berinisiatif membuat grup whatsapp untuk mengakomodir dan memudahkan pemberian informasi kepada para Ibu. Apalagi di masa pandemi, keberadaan grup whatsapp ini sangatlah berguna, karena selain bisa mengurangi intensitas tatap muka, juga bisa menyampaikan semua infromasi kesehatan lebih optimal meskipun dari jarak jauh. 

“Pembentukan grup whatsapp untuk ibu hamil dan ibu balita adalah inisiatif saya sendiri, karena untuk memudahkan saya dalam menyampaikan informasi tentang posyandu, imunisasi dan informasi penting lainnya,” tutur Bidan Hilmi.  

Ada 2 grup untuk ibu yang dibuat oleh Bidan Hilmi, yang pertama adalah Grup Whatsapp untuk Ibu Hamil, dan yang kedua adalah Grup Whatsapp untuk Ibu yang memiliki Balita.

Grup Whatsapp untuk Ibu Hamil beranggotakan para ibu seluruh desa yang sedang mengandung, di grup tersebut diberikan informasi tentang materi-materi yang mendukung kesehatan ibu hamil, termasuk sharing video tata cara pijat oksitosin. 

Sedangkan grup yang kedua adalah grup untuk ibu balita yang beranggotakan ibu-ibu yang sudah melahirkan dan harus  membawa bayinya imunisasi. 

Keberadaan grup whatsapp ini benar-benar memberikan kemudahan bagi para ibu yang ingin memberikan imunisasi pada bayinya. Bidan Desa biasanya akan memberikan informasi mengenai tanggal berapa akan dilaksanakan imunisasi. Pelaksanaannya dibagi ke dalam beberapa RW sehingga diharapkan tidak akan menimbulkan kerumunan di masa pandemi. 

Selain kemudahan informasi, adanya grup whatsapp ini juga memberikan kemudahan untuk memetakan prioritas penerima imunisasi, khususnya di masa pandemi ini. Pada masa pandemi, di tempat kami sempat terjadi kelangkaan vaksin dasar, seperti DPT. Maka untuk mengatasinya, Bidan Hilmi memprioritaskan bayi dengan usia lebih tua untuk mendapatkan imunisasi. 

Biasanya jelang waktu imunisasi, para ibu harus mengisi list nama, usia, serta imunisasi terakhir yang diterima, sehingga bisa terlihat mana bayi yang lebih butuh untuk diimunisasi.

“Misalnya, kalo ada stok vaksin sedikit, maka saya akan mendahulukan bayi yang usianya sudah mendekati 24 bulan.dan belum vaksin DPT 3,” jelas Bidan Hilmi. 

Imunisasi Tepat Waktu, Untuk Sehat Kini dan Nanti

Apa yang dilakukan Bidan Hilmi untuk mendahulukan bayi dengan usia yang lebih tua untuk mendapatkan imunisasi ini tentunya sejalan dengan tujuan untuk mencapai kadar perlindungan untuk anak sehingga pemberian imunisasi harus sesuai jadwal yang ditentukan, baik itu untuk imunisasi dasar, maupun imunisasi ulangan. 

Meski harus berfokus dengan pemberian vaksin #Covid-19 juga, namun vaksin atau imunisasi dasar lengkap dan lanjutan untuk bayi tidak boleh dilupakan, karena dengan imunisasi, kita akan sehat kini dan nanti.(*) 

Sumber:

- Laporan Subdit Imunisasi 2020

- Laporan BP3AKB Kab. Grobogan 2021

- Laporan Kinerja Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020

- Website kemkes.go.id

- Website p2p.kemkes.go.id




7 komentar

  1. Iya sih. Kadang orang desa ada aja yang nggak mau anaknya diimunisasi. Nggak jelas alasannya apa. Maka, bidan desa bisa kasih edukasi. Seenggaknya, orang-orang desa pasti akan periksa kehamilan ke bidan. Jadi, pas momennya untuk mengingatkan tentang pentingnya imunisasi dengan tepat.

    BalasHapus
  2. luarbiasa jasa bidan desa ya mbak, aku dulu termasuk anti vaksin, namun sekarang udah tobat, Alhamdulillah anak kedua vaksin lengkap dan rutin ke bidan desa dong

    BalasHapus
  3. bidan desa adalah kunci utama kesehatan dan kesejahteraan bagi warga desa, terutama di situasi pandemi sekarang ini, sangat patut diberikan penghargaan setinggi-tingginya atas pengabdian mereka.

    BalasHapus
  4. Wah bidan Hilmi telaten ya. Bidan desa memang ujung tombak terkait masalah kesehatan tidak hanya imunisasi saja ya mbak, teman sy yang bidan di sebudah desa di Jatim juga menceritakan hal yang sama

    BalasHapus
  5. Bener, di kampungku juga, bidan desa yang berperan menggerakkan warga untuk imunisasi bayinya. Rata-rata sih nurut, soalnya pas melahirkan, ya bidan desa itu yang menolong.

    Bahkan yang bukan balita dan ibu hamil pun, kalau sakit periksanya ke bidan desa

    BalasHapus
  6. Bidan desa memang menjadi penting untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, bisa dibayangkan jika jauh bidan desa

    BalasHapus
  7. Bu Bidan Hilmi (eh samaan dikit namanya ama sy ya, hehe), menggagas bikin grup WA ya,, buat memudahkan komunikasi dg para bumil dan busui, agar imunisasi anak2 lebih teratur, salut deh

    BalasHapus