Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Bagi Ibu Rumah Tangga

Senin, Februari 27, 2023

“Kerja di mana?”

“Saya nggak kerja, saya cuma mengurus rumah saja.”

Familiar dengan pertanyaan dan jawaban di atas? Mayoritas ibu rumah tangga di Indonesia akan menjawab seperti itu jika diberi pertanyaan tentang pekerjaan. Mindset pekerjaan di Indonesia memang masih berkutat pada berangkat pagi pulang sore, sedangkan ibu-ibu yang mengurus rumah dengan beragam aktivitasnya di rumah itu dianggap sebagai hal yang biasa saja dan bukan sebuah pekerjaan. 

Padahal, apabila dijabarkan secara rinci, ibu itu memiliki pekerjaan yang sangat berat di mana tidak memiliki jam kerja yang pasti dan tidak memiliki hari libur. Hal ini tentunya berbeda dengan karyawan atau pekerja kantoran yang memiliki batasan waktu kerja setiap harinya, juga hari libur setiap minggunya. 


Sedangkan ibu? Alih-alih memikirkan istirahat atau hari libur, bahkan ketika sedang mencuci piring, ibu bisa jadi melakukannya sambil memikirkan tentang menu makan siang apa yang harus dimasak, atau ketika menyetrika baju, ibu juga sambil berhitung uang belanja agar semuanya bisa cukup hingga akhir bulan. 

Apalagi bagi ibu rumah tangga yang memiliki anak balita dan tidak dibantu ART atau baby sitter, akhirnya semua dikerjakan serba buru-buru, makan, mandi, tidur pun juga tak nyenyak karena anak-anak biasanya terbangun tengah malam untuk minta ASI. 

Ibu Rumah Tangga Rentan Mengalami Depresi

Berdasarkan laporan Newser yang dilansir merdeka.com, 28% ibu yang tinggal di rumah didiagnosa menderita depresi, sekitar 50% sering merasa stres, dan 19% merasakan kemarahan terhadap masa lalunya. Ada banyak penyebab kenapa seorang ibu rumah tangga sangat rentan mengalami depresi:

1. Melakukan Pekerjaan Fisik Secara Terus Menerus

Mayoritas pekerjaan yang biasa dilakukan ibu rumah tangga adalah pekerjaan fisik, dari mencuci baju, mencuci piring, menyapu, mengepel, menggendong anak, memasak, pergi belanja. Pekerjaan tersebut sambung menyambung dari pagi hingga malam hari seakan tidak ada habisnya. 

Aktifitas fisik yang dilakukan oleh ibu rumah tangga tentunya akan membuatnya kelelahan dan bisa menyebabkan stres pada ibu rumah tangga. Apalagi seorang ibu tidak memiliki hari libur. 

Ada sebuah film pendek, berjudul ‘Kisah di Hari Minggu’. Film ini berkisah tentang seorang ibu yang emosinya meledak di suatu pagi, di mana suaminya masih tidur nyenyak sedangkan ia sibuk mengurus rumah dan anak-anaknya yang akan berangkat ke sekolah. 

Ia meminta suaminya untuk mengantar anaknya ke sekolah, tapi suami meneruskan tidurnya, hingga kemudian ibulah yang mengantar anak ke sekolah dengan berjalan kaki. Tak lama, ibu anak tersebut kembali ke rumah karena sadar jika hari itu adalah hari minggu. 

Meski disampaikan secara jenaka, namun film pendek ini sarat akan pesan, dalam film tersebut tersirat jika ibu yang tak pernah memiliki hari libur dan tak pernah merasakan apa arti hari minggu.

2. Minim Interaksi dengan Orang Lain

Ibu yang bekerja di rumah lebih rawan mengalami stres jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar. Salah satunya karena minimnya interaksi dengan orang luar. Ibu yang bekerja di rumah, lebih banyak berinteraksi dengan anak dari pagi hingga malam, belum lagi wilayah kerjanya juga sempit dan hanya sekitaran rumah saja. Kalaupun berinteraksi dengan tetangga juga tidak bisa terlalu lama, karena banyak pekerjaan rumah yang menanti.

3. Memiliki Sedikit Waktu untuk Dirinya 

Memiliki pekerjaan yang terus menerus dilakukan membuat waktu ibu untuk dirinya sendiri sangat minim, atau bahkan tidak ada. Semua waktunya ia dedikasikan untuk suami dan anak, bahkan untuk merasakan waktu mandi yang cukup dan rileks pun tak bisa.  Minimnya waktu luang untuk sekadar me time akan membuat seseorang rentang mengalami stres dan depresi. 

Apalagi di Indonesia ada kalimat yang lazim didengungkan bahwa ‘Ibu tak boleh sakit’, ketika ibu demam, kepala ibu pusing, hidung pilek, ibu harus tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan menyugesti dirinya bahwa dia baik-baik saja. 

4. Melakukan Aktivitas Mental dan Pikiran Terus Menerus

Apakah ibu rumah tangga hanya melakukan aktivitas fisik saja? Ternyata tidak. Ibu rumah tangga setiap harinya harus memutar otak untuk mengelola keuangan rumah tangga, memikirkan menu masakan, apalagi jika anak juga GTM dan tidak mau makan, belum lagi harus menemani anak mengerjakan pekerjaan rumah. 

Apalagi jika ditambah dengan adanya masalah finansial dalam keluarga, tentunya kondisi ini bisa membuat emosi ibu semakin tidak stabil. 

5. Tidak Adanya Apresiasi

Banyak ibu rumah tangga yang jarang mendapatkan apresiasi terhadap apa yang ia lakukan setiap harinya, bahkan untuk sekadar ucapan terima kasih. Seorang ibu dituntut ikhlas lahir batin dalam melakukan pekerjaan rumah tangganya, sehingga ia pun dituntut pula untuk tidak mengharapkan balas jasa dari orang-orang terdekatnya. 

Tidak adanya apresiasi ini membuat ibu semakin minder dan insecure dengan pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga, ibu rumah tangga merasa dirinya tidak ada apa-apanya karena hanya berkutat di rumah dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. 

6. Tanggung Jawab Berlebih

Anak sakit, anak kurang pintar, anak tidak mau makan, anak susah diatur, semua hal-hal buruk yang terjadi pada anak dibebankan pada seorang ibu. Pada kondisi ini, ibu akan mengalami penghakiman ganda, penghakiman dari lingkungan serta penghakiman dari dirinya sendiri. 

Rasa bersalah dan penyesalan sudah cukup membuat seorang ibu terluka dan menangis, dan ini masih ditambah lagi dengan penghakiman dari lingkungan yang membuat seorang ibu semakin terpuruk. 

Ciri-ciri Ibu Rumah Tangga yang Mengalami Depresi

Ada beberapa ciri-ciri ibu rumah tangga yang mengalami depresi, yaitu:

- Tidak bisa mengontrol emosi

- Pola tidur terganggu

- Kecanduan Media Sosial

- Sakit Punggung Bawah

- Kehilangan ketertarikan pada lingkungan dan pasangan

Apabila seorang ibu mengalami ciri-ciri di atas, ada baiknya untuk berkomunikasi dengan suami perihal apa yang dialami dan dirasakan, karena apabila tidak segera ditangani, khawatir akan berdampak semakin buruk bagi kesehatan fisik dan mental ibu. 

Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Beberapa waktu lalu, tepatnya di pertengahan bulan Januari 2023, saya membaca sebuah postingan facebook dari seorang ibu. Tulisan itu diposting November 2022 dan dishare ribuan orang hingga membuat saya penasaran.  Di postingannya yang cukup panjang, ibu itu (sebut saja ibu A) bercerita jika ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak laki-laki yang jaraknya berdekatan. Ia juga memiliki usaha sampingan jualan online dan tak punya ART.

Ibu A mengungkapkan jika setiap harinya jadwalnya tak menentu, pekerjaan rumah 24 jam nonstop tanpa henti, dan ia harus menghadapi 3 anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda pula. Ia bercerita jika ia tak pernah me time, kalaupun ada waktu keluar rumah, ia pun harus tetap membawa serta anaknya.

Situasi yang suntuk, lelah, dan penuh emosi diabaikannya karena ia ingin membahagiakan orang-orang di sekitarnya, ia pun lupa makan dan lupa membahagiakan dirinya sendiri, hingga ia mengalami hipertensi yang akhirnya terjadi komplikasi di jantung dan ginjalnya. Selama berbulan-bulan ia harus mengonsumsi obat dan menjadi pejuang jarum suntik, bahkan saat pertama kali di bawa ke rumah sakit, ia langsung dilarikan ke ruang HCU. 

Di akhir tulisannya, ibu A menyampaikan pesan jika seorang ibu juga memiliki hak atas tubuhnya sendiri, seorang ibu juga boleh membahagiakan orang yang disayang tapi jangan pernah lupa untuk membahagiakan diri sendiri. 

Hingga kemudian saat saya scroll komentar, jantung saya mencelos seketika, karena barulah saya tahu jika ibu A sudah berpulang ke Rahmatullah di bulan Januari 2023, 2 bulan setelah ia membagikan kisahnya. Allahummaghfirlaha warhamha waafiha wa’fuanha. 

Air mata saya menggenang membaca kisahnya, apalagi ketika membaca banyak komentar dari banyak ibu rumah tangga yang mengalami hal serupa, di mana mereka mengalami kelelahan dan kurang waktu untuk membahagiakan dirinya sendiri. 

Bagaimanapun, banyak ibu rumah tangga di dunia ini yang terlihat baik-baik saja, namun sejatinya ada rasa kosong yang menghinggapinya. Bukan berarti seorang ibu rumah tangga tidak bahagia dengan keluarga dan kehadiran anak-anaknya, namun ibu juga manusia biasa yang membutuhkan jeda untuk dirinya.

Untuk menjaga kesehatan mental, para ibu rumah tangga perlu jujur pada diri sendiri tentang kondisi tubuh dan mentalnya.  Maka beberapa hal ini perlu untuk dilakukan. 

1. Me Time

Me Time untuk ibu rumah tangga perlu dilakukan meski hanya sebentar, entah itu menekuni hobi, pergi ke salon, atau sekadar menikmati mie rebus dengan kuah pedas  ketika anak-anak sedang tidur. Ibu perlu rehat sejenak, perlu mengambil jeda agar semua baik-baik saja. 

2. It’s Okay Not To Be Okay


Ibu rumah tangga perlu memahami bahwa tak semuanya harus berjalan sempurna, tidak apa-apa jika harus istirahat sejenak. Tidak apa-apa jika rumah berantakan, tidak apa-apa jika memang cucian bertumpuk dan membawanya ke laundry, tidak apa-apa jika tak sempat masak dan harus membeli makanan ke warung. Tidak apa-apa jika ingin menangis, tidak apa-apa jika harus jujur bahwa tubuh dalam kondisi lelah, sungguh, tidak apa-apa jika memang merasa sedang tidak baik-baik saja. Tidak apa-apa jika memang seorang ibu butuh bantuan dan itu bukan dosa.

3. Konsultasi ke Psikolog Profesional

Apabila ibu merasa stres berkepanjangan dan tidak bisa menanganinya sendiri, segera pergi ke psikolog, apalagi saat ini psikolog bisa ditanggung oleh BPJS. Konsultasi dengan profesional adalah salah satu ikhtiar untuk membuat ibu menjaga kesehatan mentalnya.  

Tak banyak ibu yang bisa mendapatkan support system dari lingkungan terdekatnya, apalagi jika lingkungan sekitarnya masih tak acuh perihal kesehatan mental ibu rumah tangga dan hanya mengatakan jika seorang ibu itu harus sabar dan ikhlas namun tak peduli dengan rasa stres dan depresi yang dialami ibu. 

Maka tidak ada salahnya untuk mencari support system dari komunitas yang paham tentang isu kesehatan mental. Salah satunya yaitu Komunitas Support System dari Dear Senja. Di website Dear Senja dijelaskan bahwa mereka akan mendengarkan apa yang kita rasakan dan juga menyediakan tim profesional untuk berkonsultasi dan memberikan saran. Dan pastinya Dear Senja juga akan menjaga privasi kita. 

Peran Suami untuk Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga 

Kesehatan mental seorang ibu rumah tangga tidak hanya dijaga seorang diri, namun juga oleh pasangan, dalam hal ini oleh suami. Suami adalah sosok terdekat bagi seorang istri, karena itu suami perlu memberikan dukungan terbaiknya. 

1. Membagi Pekerjaan Rumah Tangga

Saya dan suami lebih suka menyebut interaksi suami dan istri di rumah tangga adalah membagi pekerjaan, bukan membantu pekerjaan. Karena apabila menggunakan kata ‘suami membantu’, sama artinya dengan menumpukkan semua pekerjaan rumah tangga sebagai beban istri, dan suami hanya membantu sekadarnya. 

Padahal, pekerjaan rumah tangga harusnya menjadi tugas bersama suami dan istri, karena rumah itu ditinggali bersama. Saya sendiri bersyukur memiliki suami yang suportif dan tidak abai pada pekerjaan rumah tangga. Meskipun bekerja di kampus sebagai dosen, namun ketika di rumah, posisinya adalah sebagai suami dan ayah yang mau ikut memasak, beres-beres rumah, mencuci baju, mencuci piring juga menjaga anak. 

Jadi, untuk para bapak dan suami. Ingatlah untuk tidak membebankan semua urusan rumah tangga pada istri, namun harus dikerjakan bersama-sama atau jika memang ada kelebihan rezeki, tidak ada salahnya memperkerjakan asisten rumah tangga.  

2. Memberi Apresiasi

Beberapa waktu lalu, saya menonton film pendek berjudul ‘Maybe Someday Another Day But Not Today’ yang menceritakan tentang kisah seorang istri yang diperlakukan layaknya pembantu di rumahnya sendiri. Lelah dan kerja kerasnya setiap hari di rumah tak pernah dihargai. 

Sang istri lebih sering mendengar kritikan daripada apresiasi dari suaminya. Suaminya pun tak pernah menatap istrinya ketika bicara seolah istrinya adalah orang lain yang tidak penting. 

Sang istri yang ingin bekerja pun tidak diizinkan suaminya, padahal suaminya sendiri tidak bisa menghidupinya dengan layak. Sang istri juga selalu ditentang keinginannya, ia tak memiliki kuasa untuk membeli baju harian untuk di rumah juga tak dipenuhi. Padahal, istri itu butuh diapresiasi, sekadar mendengar ucapan terima kasih saja istri sudah cukup bahagia.   

3. Deep Talk dengan Istri

Jalinan komunikasi antara suami dan istri sangat penting. Coba dengarkan cerita istri, keluh kesah istri, tangisan istri, dan jangan lupa untuk memeluknya. Cari tahulah, apakah istri bahagia? Apakah istri baik-baik saja? Jangan sampai istri memendam bom waktu karena rasa lelah dan sedih yang menderanya. 

Tempo hari, viral kompilasi video Arie Keriting yang sering bertanya pada istrinya Indah Permatasari, “Kamu happy nggak?”. Hal ini membuat banyak netizen kagum karena melihat Arie Keriting sangat berusaha untuk membahagiakan istrinya. Sedangkan di kolom reply banyak netizen yang curcol jika tak pernah ditanya oleh pasangannya tentang keadaan dirinya. 

Hal ini tentunya perlu diperhatikan oleh para suami, karena banyak ibu yang pura-pura tersenyum bahagia padahal hatinya sebenarnya terluka. Maka dari itu, suami harus sesering mungkin mengobrol dan deep talk dengan pasangan. Apabila merasa bingung harus ngobrol apa, bisa kok mencontoh pertanyaan saat deep talk dengan pasangan di salah satu artikel yang ada di blog Dear Senja

Menjadi Ibu Rumah Tangga memang pilihan, namun tentunya kita juga bisa memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang bahagia dengan terus menjaga kesehatan mental, karena ibu yang bahagia adalah syarat utama mewujudkan anak-anak dan keluarga yang bahagia juga. 

*Artikel ini diikutsertakan dalam #DearSenjaBlogCompetition 


Referensi:

1. https://www.merdeka.com/sehat/ibu-rumah-tangga-lebih-rentan-depresi.html

2. https://www.halodoc.com/artikel/kenali-ciri-ciri-depresi-pada-ibu-rumah-tangga

3. Ilustrasi pribadi didukung aplikasi canva. 


Media Sosial Penulis:

Telegram: Richa Miskiyya

Instagram: @richamiskiyya

Tiktok: @wisatakata88 


10 komentar

  1. Memang kesehatan mental ini perlu banget menjadi perhatian kita semua, terutama kesehatan mental wanita. Banyak wanita yang memiliki beban mental namun tak punya satupun support system. Sedih banget, sebagian besar orang masih tidak care soal ini.

    BalasHapus
  2. Kesehatan mental ini memang penting banget sih buat siapapun, kalau buat para ibu yang bekerja tiada henti apalagi kalau punya anak, perlu banget memang menjaga mental ini. Semangat untuk para ibu di luar sana, kalian adalah orang-orang hebat

    BalasHapus
  3. Wah datanya cukup mengkhawatirkan. 50% ibu rumah tangga mengalami depresi. Mungkin karena terlalu banyak tuntutan atau pekerjaan. Mudah-mudahan kita bisa menikmati kehidupan dengan lebih baik lagi. Misalnya nggak terlalu banyak neko-neko atau target yang ingin dicapai. Harga kehidupan baik sih. Tapi kalau kita tidak tahu cara meraihnya bisa-bisa malah menjadi beban

    BalasHapus
  4. IRT itu pekerjaan yang mulia, karena nggak banyak orang yang bisa multitasking Kaya IRT terutama yang ngga punya art di rumahnya. Namun kalau punya support sistem yang bagus biasanya nggak ada masalah buat seorang istri tapi kalau nggak ada support system yang baik memang perempuan terutama ibu itu tentang stress. Makanya Jaga mental health itu penting bagi perempuan

    BalasHapus
  5. Padahal profesi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yg tak mengenal waktu, bahkan bisa dikatakan sebagian besar waktu adalah digunakan untuk mengurus rumah tangga. Makanya ibu rumah tangga itu adalah profesi yg luar biasa.

    BalasHapus
  6. Nyatanya menjadi ibu rumah tangga memang bukan pekerjaan yang ringan ya Mbak, butuh suppport banget emang kalau nggak ya bisa bahaya karena bisa menyebabkan stres yang berujung depresi

    BalasHapus
  7. Kalau sudah bisa deteksi mandiri, tanda-tanda mental health, akan cepat pemulihannya, ya.
    Irt memang rawan banget kalau ga kuat dari dalam. Sudah 10an tahun, saya masih sering melihat ekspresi merendahkan status irt. Padahal kan sebagian besar bloger kayak saya kan irt juga dan penghasilannya banyak.

    BalasHapus
  8. kesehatan mental bagi ibu sangat penting. karena ini berpengaruh kepada pola pengasuhan terhadap anak. mental ibu yang sehat akan mempengaruhi proses mendidika dan mengasuh anak. dan ini harus didukung oleh suami yang juga perhatian terhadap kesehatan mental ibu

    BalasHapus
  9. Suami harus bisa mengerti keadaan istrinya nih. Penting ini karena kebanyakan suami gak peka dan menyalahkan istri yang dianggap gak ngapa ngapain di rumah. Saya merasakannya dan meminta suami belajar memahami istrinya.

    BalasHapus
  10. Sayangnya yg bikin mental ibu rumah tangga down ya orang2 di sekitarnya, bahkan di keluarga nya sendiri. Smg kita bisa tetap jaga kesehatan mental kita Krn itu penting banget

    BalasHapus